SYAKHRUDDIN.COM – Jagat maya saat ini tengah dihebohkan dengan prediksi fenomena La Nina yang akan terjadi di pertengahan tahun 2024. Fenomena La Nina ini cukup mengkhawatirkan publik, mengingat dampak yang ditimbulkannya berisiko dan membahayakan.
Badan Kelautan Atmosfer Nasional (NOAA) memprediksi bahwa La Nina berpeluang 49 persen untuk muncul dan melanda dunia secara global pada bulan Juni-Agustus 2024.
Peneliti NOAA juga memperkirakan bahwa musim akan berada di atas normal sebanyak 85%, mendekati normal sebanyak 10%, dan di bawah normal sebanyak 5%. Hal ini dapat mengakibatkan adanya 17-25 badai dengan kecepatan angin mencapai 39 mph.
Dari jumlah tersebut, 8-13 badai diperkirakan berkekuatan 27 mph dan 4-7 badai berkecepatan 111 mph.
“Kita sudah melihat badai bergerak di seluruh negeri dan dapat membawa bahaya seperti tornado, banjir, hingga hujan es,” ujar Erik A. Hooks, Wakil Administrator FEMA, dikutip dari NOAA.
Apa Itu La Nina?
La Nina merupakan fenomena iklim yang terjadi secara periodik di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, ditandai dengan pendinginan suhu permukaan laut yang signifikan.
Fenomena ini dapat mengakibatkan kurangnya potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah serta meningkatnya curah hujan di wilayah tropis seperti Indonesia.
Benarkah Fenomena La Nina Akan Melanda Indonesia?
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memberikan peringatan adanya fenomena La Nina yang ditandai dengan musim badai aktif.
WMO juga mengimbau seluruh masyarakat dunia untuk menjaga nyawa dengan baik dan mengatur ekonomi tanpa impulsif.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa La Nina memiliki dampak global seperti peningkatan curah hujan.
Di Indonesia sendiri, fenomena La Nina diprediksi terjadi pada periode Juni-Juli-Agustus dengan peningkatan curah hujan mencapai 20% hingga 40%.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, fenomena La Nina tahun ini diprediksi tidak diikuti dengan El Nino.
“La Nina tahun ini diprediksi akan terjadi dalam kategori lemah,” ujar Ardhasena.
Ia menerangkan bahwa fenomena La Nina ini termasuk dalam kategori lemah, sehingga tidak berdampak signifikan pada musim kemarau yang mulai terjadi di sebagian wilayah Indonesia.
Dampak La Nina di Indonesia
Juru Bicara WMO, Clare Nullis, mengatakan bahwa badai dahsyat ini dapat mempengaruhi sektor-sektor mulai dari ekonomi hingga pangan. Fenomena La Nina juga merupakan kebalikan dari El Nino, yang dapat memengaruhi pola cuaca global secara dramatis.
Selain itu, WMO menyoroti adanya cairan glasial dari pemanasan global sehingga air di permukaan laut meningkat dan mengancam penduduk di pesisir.
BMKG memprediksi periode La Nina di wilayah Indonesia akan terjadi pada pertengahan tahun 2024. Dampak yang ditimbulkan berupa peningkatan curah hujan mencapai 20%-40%, namun di beberapa lokasi dapat lebih besar hingga 50% (sdn)