SYAKHRUDDIN.COM – Tim relawan gabungan yang dipimpin oleh Polda Sumbar telah menutup operasi pencarian 75 orang korban erupsi Gunung Marapi. Dari total korban, 52 orang berhasil selamat, sementara 23 lainnya meninggal dunia.
Sementara itu, usat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan bahwa Gunung Marapi di Sumatera Barat seringkali mengalami erupsi secara tiba-tiba. Namun, terdapat kendala serius dalam pemantauan aktivitas gunung tersebut karena alat pendeteksi di Stasiun Pemantauan Gunung Api Marapi (GGSL) beberapa kali mengalami pencurian.
Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG, Ahmad Basuki, mengungkapkan bahwa pada tahun ini saja sudah terjadi dua kali pencurian alat pemantau di Stasiun Guguak Solang. Pencurian pertama terjadi pada akhir Maret, di mana rekaman seismik dari stasiun pemantauan terputus.
Pada 30 Maret 2023, dilakukan pengecekan lapangan dan ditemukan bahwa stasiun tersebut sudah dibongkar. Pencurian tersebut dilaporkan ke Polres Tanah Datar pada 3 April 2023, dan perbaikan serta pergantian baterai ACCU dilakukan pada 17 Mei 2023.
Kejadian kedua terjadi pada 25 September 2023, di mana rekaman seismik dari stasiun pemantau kembali terputus. Tim dari PVMBG melakukan pengecekan lapangan pada 11 Oktober 2023, dan meskipun stasiun GGSL aman, tim juga melakukan penggantian radio di Stasiun Sago sebagai Stasiun Repeater. Ahmad menegaskan bahwa meskipun pencurian tidak terlalu sering terjadi, kejadian tersebut masih menjadi masalah yang perlu diatasi.
PVMBG menginformasikan bahwa Gunung Marapi seringkali erupsi tanpa adanya tanda-tanda gempa vulkanik sebelumnya. Hal ini berbeda dengan kebanyakan gunung lain. Ahmad menjelaskan bahwa erupsi awal tahun 2023 dan erupsi pada 3 Desember 2023 tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik.
Oleh karena itu, PVMBG telah menetapkan status level II atau waspada di Gunung Marapi sejak Agustus 2011, dengan batas aman sejauh 3 km dari puncak gunung.
Dalam menghadapi kondisi ini, Ahmad menyoroti pentingnya pengawasan serius terhadap Gunung Marapi, baik terkait aktivitas vulkanik maupun aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Dengan kondisi gunung yang sulit diprediksi dan sering meletus tiba-tiba, Ahmad menekankan perlunya pengawasan ketat untuk menjaga keamanan dan kewaspadaan (sdn)