SYAKHRUDDIN.COM – Tahun baru Islam, 1 Muharram 1445 Hijriyah akan segera tiba pada 19 Juli mendatang. Di momen pergantian tahun ini, umat Islam diajak untuk melakukan instrospeksi dan berupaya menjadi manusia yang lebih baik. Lalu, apa hikmah dari 1 Muharram 1445 Hijriyah?
Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Islam dan memiliki banyak kemuliaan. Dalam satu riwayat, bulan Muharram disebut sebagai “bulannya Allah.”
Kelebihan bulan ini terletak pada namanya yang islami dibandingkan dengan nama-nama bulan hijriah lainnya. Sebelum Islam, bulan ini dinamai Shafar Awwal, sedangkan bulan setelahnya dinamai Shafar Tsani. Namun, setelah Islam datang, Allah menyebut Shafar Awwal dengan bulan Muharram yang dinisbahkan dengan asma-Nya.
Selain itu, di bulan ini juga terdapat puasa sunah dengan tingkatan hanya satu level di bawah puasa Ramadhan. Puasa di bulan Muharram ini sangat dianjurkan dan dilakukan pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, sebagaimana dilansir dilaman CNN Jakarta.
Sejarah bulan Muharram diawali dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Peristiwa ini menjadi penanda kalender Islam. Hijrah memiliki makna perjuangan meninggalkan hal-hal buruk menuju ke arah yang lebih baik. Saat ini, hijrah diartikan sebagai pembelajaran nilai kebaikan untuk diri sendiri, seperti berani meninggalkan hal buruk yang merugikan diri dan beralih pada hal yang baik.
Hijrah juga memiliki makna yang lebih luas, tidak hanya terkait dengan peristiwa historis tertentu, tetapi juga semangat untuk memperbaiki diri. Rasulullah SAW menyatakan bahwa tidak ada lagi hijrah setelah pembukaan Kota Mekkah, namun yang ada adalah jihad dan niat tulus.
Jihad dalam Islam bukan hanya berarti berperang melawan kaum kafir, tetapi juga mencakup usaha untuk berbuat baik dan membawa keadilan bagi semua. Para pemimpin dalam Islam diwajibkan untuk bertindak dengan keadilan, amanah, dan tanggung jawab dalam memikirkan kesejahteraan rakyat.
Momen 1 Muharram adalah saat yang tepat bagi umat Islam untuk merenung dan memaknai hijrah dalam dua bentuk, yaitu hijrah fisik dan hijrah rohani. Hijrah fisik pernah dilakukan oleh sahabat Nabi dengan melewati berbagai tantangan dan rintangan untuk menyelamatkan akidah dan membangun ekosistem baru bagi perkembangan Islam. Meskipun hijrah fisik tidak lagi diwajibkan, semangat hijrah rohani tetap relevan, yaitu berpindah dari keadaan yang buruk menjadi lebih baik.
Kita semua dapat mengambil hikmah dari 1 Muharram 1445 Hijriyah ini, yakni sebagai momentum untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik, meninggalkan hal-hal buruk, dan bergerak dinamis menuju kebaikan dunia dan akhirat. Semoga momen ini memberikan inspirasi bagi umat Islam dalam memperbaiki diri dan mengembangkan semangat hijrah dalam kehidupan sehari-hari (sdn/cnn)