SYAKHRUDDIN.COM – Berangkat dari suasana kebatinan yang mengharu-biru, maka pada Hari Minggu 5 Desember 2021 sekitar Pukul 14.00 Wita, ditengah suasana hujan lebat, kami dari dua rumpun keluarga yaitu Rumpun Bibi Lebang dan Rumpun Nuhung Dg Ngalle, mencari tahu, dimana sebenarnya posisi kuburan dari “Dato” ri Pattung.
Beruntung masih ada Bapak H.Mappa, suami H.Sanga (anaknya Almarhumah Dg Ngai), adalah saksi sejarah, yang berhasil memindahkan kuburan, setelah mendapatkan uang pembebasan tanah dan memindahkan kuburan, dari area perluasan Sungai ke lokasi yang ditentukan dari masing-masing ahli waris, kala itu banyak kerabat dab warga Pattung berada dalam kawasan pekuburan keluarga di Pattung.
Adalah H.Mappa bersama almarhum Muhadi Limpo (Tata Limpo) memindahkan kuburan Dato ri Pattung (Angrong Guru – Sang Pemilik Barakka) ke dalam satu kawasan di Pattung.
Pusara sang leluhur, berada di dalam rimbunan pohon bambu dan letaknya berada di sebuah dan tinggi atau perbukitan, di tengah aliran sungai, pada sisi kirinya ada kuburan “Karaeng Mangellai dan Karaeng Mangalliki”
Disisi kanannya ada rumah kecil, semacam tempat istirahat, dahulu dikenal dengan nama “Saukang” sementara disebelahnya, ada bangunan dalam bentuk permanen, disebut juga dengan rumpun keluarga “Bontomarannu”
Akhirnya kami berhasil sampai ke lokasi tujuan, diantar H. Mappa dan anak-anaknya, dan tiba dengan selamat di “Kuburan Dato” didalamnya ada sembilan kuburan, semuanya dicatat dengan rapi oleh H.Mappa (akan diulas tersendiri).
Di depan kuburan ada dua kuburan yang dipenuhi tumbuhan, Namanya pengawal Angrong Guru, sampai akhir hayatnya setia mendampingi dan kuburannya pun terletak di pintu gerbang masuk.
Tiba di dalam makam, lalu menggelar plastik panjang dan duduk bersila, sembari menanti anggota rombongan yang datang menyusul satu per satu.
Kami awali kegiatan, dengan menyiram ke pusara Dato, lalu meletakkan bunga dan membakar lilin, kemudian disusul dengan anggota peziarah lainnya.
Kami semua berdoa sesuai dengan hajat masing-masing, tetapi kata kuncinya, adalah bagaimana, kita semua sebagai anak cucu dan cicit keturunan, ikut bertanggungjawab, menjaga pusaranya dan tak henti-hentinya membacakan ummulkitab “ Al-Fatihah”.
Konon menurut H.Mappa, pada kotak ke-10, rencana adalah lahan kuburan Muhadi Dg Limpo (Tata limpo) yang wafat 1994, akan tetap pemerintah setempat melarang untuk menambah kuburan di lokasi yang dianggapnya keramat.
Betapa tidak, pada saat pelebaran sungai dan kegiatan proyek untuk menggusur tanah gundukan, Kawasan Pattung Keke,disekitar kuburan Dato, terdapat hal-hal diluar kemampuan daya nalar manusia.
Alat ekskavator itu tiba-tiba rusak, ada juga yang terbalik, bahkan ketika operator ketiga yang akan mendorong tanah kuburan Dato, “Eskavatornya tiba-tiba tenggelam” laksana di telan bumi.
Syukurlah karena pengelola proyek, menyadari kekeliruannya, segera memohon ampun dan berjanji tak akan lagi menggusur pusara kuburan yang didalamnya terdapat pusara Angrong Guru Pattung dan para leluhur yang memiliki kekhalipaan yang tinggi (inilah yang perlu digali oleh kita sebagai generasi penerus).
Setelah berdoa bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju Kuburan Tata Limpo di Kawasan Pekuburan Jera Labbua di Bontomarannu.
Hujan terus mengguyur namun bukan halangan untuk sampai kesana. Di kawasan Jera Labbua pada sisi kanan, kami menemukan pusara Muhadi Dg Limpo berdekatan dengan kuburan Dg Ngai dan suaminya.
Kuburan Tata memakai atap dan didalamnya “Ada Paddupan”.
Karena tanaman sudah merambat ke pagar besi, maka sebelum masuk ziarah ke dalam ruang pusara, dilakukan dahulu pembersihan di sekitar kuburan.
Ada pesan khusus dari Dato, kalau mau berkunjung ziarah, sedapat mungkin waktu yang tepat ada “Waktu Sesudah Sholat Dhuha”
Semua suasana kunjungan relegi ini, menjadi awal dari rasa kepenasaran untuk mencari jejak-jejak perjuangan para leluhur, disini kami juga ditemani cucu H. Mappa, Namanya Syahrul yang selalu mendapat tip dari penulis, setiap kali berkunjung ke Pattung.
Semoga kelak akan bermanfaat terhadap anak cucu, agar tidak kehilangan jati dirinya sebagai “Anak Cucu dan Cicit Karaeng Pattung, pemegang amanah dari Angrong Gurutta” yang akan dikupas secara berseri, salamaki semua (syakhruddin dg lurang, pengelana sang leluhur)
Dokumentasi kunjungan 5 Desember 2021 :