SYAKHRUDDIN.COM – Dimasa kanak-kanak sering dibawah oleh orang tua berkunjung ke rumah Tata Limpo dan Nurung di Jalan Kakatua II Makassar. Disanalah kami diperkenalkan para rumpun keluarga, mulai dari Keluarga Tata Limpo, Babba Ella, Babba Alle, Babba Itung, Babba Lipung, Bibi Tonji, Bibi Lebang dan keluarga dari Galesong.
Sering ada acara “Maudu (Maulid) atau berkunjung ziarah kubur ke Pattung untuk sebuah hajatan atau acara kenduri, sesuai dengan kondisi saat itu. Kami jalan kaki, menelusuri Kawasan Benteng Sompaobu, kemudian menyeberang naik perahu dan tiba di rumah kediaman Dg Ngai.
Banyak pengalaman ritual kami saksikan, apalagi kalau ada yang kemasukan (Kadongkokang), dari sanalah kami biasa mendapatkan pemahaman ritual akan arti beragama kala itu.
Saat itu tentu belum ada HP, sehingga kami tak mampu merekam secara visual, tetapi rekaman dalam batin dan fakta sejarah yang terlihat, tercatat rapih dalam ingatan.
“Sebulan lalu, dalam grup Kakatua Family” yang sekarang berubah menjadi “Kerabat Kakatua Pattung” kami menawarkan untuk melakukan perjalanan “Tapak-tapak Sejarah Sang Leluhur”
Penulis sendiri tak pernah bermimpi akan kesana, tetapi ada dorongan batin untuk mengajak para anak cucu sang leluhur, untuk menziarahi kuburan orang yang dihormati para orang tua kita dahulu.
Alhamdulillah, Sabtu pagi 20 November 2021 bersama keluarga besar anak cucu “Nuhung Daeng Ngalle” di Jalan Andi Tonro, dipandu Sulaiman Dg Taba kami mengunjungi lokasi kuburan.
Menelusuri perjalanan kampung Sappabulo, memasuki Kawasan Benteng Sompaopu, kemudian naik perahu (rakit) yang memuat enam buah motor menuju Kampung Garassi (tempat pendaratan ikan), sementara di sebelah barat adalah jembatan penghubung “Jalur ke Barombong”
Tiba di sebelah, setelah kami bertanya kesana-kemari, akhirnya tiba di pertigaan belokkan ke arah Desa Sombaopu Kecamatan Barombong.
Di balik sebuah tembok bangunan dan Tower Telkomsel yang berdiri tegak, ternyata dibelakangnya ada kuburan, orang mengenalnya dengan nama “ JERA LABBUA” – Patanna Pa’rasangan sementara di sektor selatan ada bangunan yang juga beratap Namanya “Patanna Barakka” dan kuburan almarhum Dg Ronrong.
Sesudah ziarah dan tabur bunga, kunjungan laksana sowan kepada sang leluhur, kami kembali ke jalur sebelumnya, sambal ceritera dengan warga setempat, kalau dahulu ada keluarga Namanya Dg Ngai dan Dg Maleng (keduanya sudah wafat – Al fatihah).
Akhirnya dalam perjalanan pulang sempat mampir ke rumah anaknya Dg Ngai, Namanya H.Mappa (Menantu) dan H.Sanga (anaknya Ngai) serta cucunya yang pandai menggunakan WA bernama Syahrul. Kedua nomor ini sudah kami gabungkan dalam grup “ Kerabat Kakatua Pattung”
Sembari bernoslgia, menyebut Namanya H. So’na, Jufri Dg Ngunjung, Sana (Hasnah), Hawa Dg Bollo, Dg Kebo ( generasi seangkatannya).
Beliaupun berharap untuk kembali menghimpun diri dalam kekeluargaan yang mesra, setelah semuanya selesai, kami pamit pulang.
Sebahagian masih melewati sungai dan kami menempuh jalur jembatan Barombong, sekalipun jauh namun terasa aman.
Alhamdulillah, hari ini impianku terpenuhi, terima kasih Ya Allah atas segala kasih sayang-MU (Penulis H. Lurang)