SYAKHRUDDIN.COM – Masuk bulan November, terdapat beberapa peristiwa langit yang dapat diamati sebagai fenomena yang menarik bulan ini. Fenomena astronomi yang akan muncul di langit malam itu mulai dari hujan meteor hingga gerhana bulan parsial yang bisa disaksikan di langit Indonesia.
Dilansir dilaman CNN, Tidak perlu khawatir atau memikirkan soal teropong, karena beberapa fenomena dapat disaksikan dengan mata telanjang.
Berikut beberapa fenomena langit di bulan November 2021:
Bulan baru (4 November) ; Bulan akan berada di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada 21:15 UTC.
Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati objek redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidak ada cahaya bulan yang mengganggu.
Gerakan orbit Bulan membawanya mengelilingi Bumi setiap empat minggu sekali, dan sebagai akibatnya siklus fasenya dari bulan baru, melalui kuartal pertama, bulan purnama dan kuartal terakhir, kembali ke bulan baru setiap 29,5 hari, seperti dilansir dari InTheSky.
Gerakan ini juga berarti bahwa Bulan bergerak lebih dari 12 derajat melintasi langit dari satu malam ke malam berikutnya, menyebabkannya terbit dan terbenam hampir satu jam kemudian setiap hari.
Penampakan Planet Uranus (5 November) ; Planet Uranus akan berada pada posisi terdekat dengan bumi pada 5 November. Planet ini juga akan diterangi sepenuhnya oleh Matahari sehingga ia akan menjadi lebih terang dari sebelumnya, seperti dilansir dari Sea Sky.
Terletak di konstelasi Aries, ia akan terlihat hampir sepanjang malam, mencapai titik tertinggi di langit sekitar tengah malam waktu setempat.
Hujan Meteor Taurid (4-5 November) ; Taurid adalah hujan meteor kecil yang berlangsung lama dan hanya menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam. Fenomena tidak biasa karena terdiri dari dua aliran hujan meteor yang terpisah.
Yang pertama dihasilkan oleh butiran debu yang ditinggalkan oleh Asteroid 2004 TG10. Aliran kedua dihasilkan oleh puing-puing yang ditinggalkan oleh Komet 2P Encke. Hujan ini berlangsung setiap tahun dari 7 September hingga 10 Desember. Puncaknya tahun ini pada malam 4 November.
Pemandangan terbaik untuk menyaksikan fenomena ini adalah setelah tengah malam dari lokasi gelap dan jauh dari lampu-lampu kota. Meteor akan memancar dari konstelasi Taurus, tetapi dapat muncul di mana saja di langit.
Hujan Meteor Leonid (17-18 November) ; Hujan meteor Leonid menghasilkan hingga 15 meteor per jam pada puncaknya. Hujan ini unik karena memiliki puncak siklon setiap 33 tahun di mana ratusan meteor per jam dapat terlihat. Yang terakhir terjadi adalah pada 2001.
Leonid dihasilkan oleh butiran debu yang ditinggalkan oleh komet Tempel-Tuttle, yang ditemukan pada tahun 1865. Hujan turun setiap tahun dari tanggal 6-30 November. Puncaknya tahun ini akan terjadi pada malam tanggal 17 dan pagi tanggal 18 November.
Namun Bulan yang hampir purnama akan bersinar pada malam puncak hujan meteor Leonid dan kemungkinan cahayanya akan menghalangi, tetapi beberapa bintang jatuh masih dapat dilihat karena meteor yang terkait dengan Leonid cenderung lebih terang daripada hujan meteor lainnya, seperti dilansir dari Accu Weather.
Bulan Purnama (19 November) ; Bulan akan terletak di sisi berlawanan dari Bumi serta akan sepenuhnya diterangi oleh Matahari.
Fase ini terjadi pada 08:59 UTC. Bulan purnama ini dikenal oleh suku asli Amerika sebagai Bulan Berang-berang (Beaver Moon) karena ini adalah waktu dalam setahun untuk memasang perangkap berang-berang sebelum rawa dan sungai membeku.
Gerhana Bulan Parsial (19 November) ; Gerhana bulan parsial terjadi ketika Bulan melewati bayangan parsial Bumi, atau penumbra, dan hanya sebagian yang melewati bayangan paling gelap, atau umbra.
Selama jenis gerhana ini, sebagian Bulan akan menjadi gelap saat bergerak melalui bayangan Bumi. Gerhana akan terlihat di sebagian besar Oseania, Amerika, Asia Timur, Eropa Utara, dan Indonesia (syakh/cnn)