SYAKHRUDDIN.COM – Isak tangis Nurbaya, isteri almarhum Drs. M.Ridwan Lebu (64) yang berpulang kerahmatullah, Selasa 1 Muharram 1443 H, tepat pada penanggalan 10 Agustus 2021.
“Maafkan almarhum Kanda” tutur Ny. Ridwan Lebu bernama Nurbaya alias Baya, asli orang Selayar. Baya adalah teman sekelas penulis, pada saat sekolah dimasa SPSA (Sekolah Pekerjaan Sosial Atas) Jalan Amanagappa Makassar, selesai tahun 1976.
Tentang almarhum Ridwan Lebu kelahiran Bone, Penulis bersamaan pensiun per – tgl 1 Februari 2013 dengan masa bakti (65 thn), aturan kepegawaian saat itu mengatur demikian.
Walau belakangan, bertambah menjadi 58 tahun, setelah dua tahun kami berada di luar sistim birokrasi nasional.
Sejak purnatugas 7 tahun silam, Ridwan tidak terlalu aktif di LLI atau Kapesos, almarhum memilih menikmati masa pensiun di rumah saja di Kompleks Taman Sudian Makassar bersama anak isterinya.
Hingga empat bulan silam, mendapat penyakit hipertensi dan gula, menjelang akhir hayatnya, terserang stroke yang membuatnya hanya beraktifitas di tempat tidur saja.
Menurut isterinya Nurbaya, sekalipun dia sendiri terkena stroke ringan, namun masih sempat merawat suami, dengan tekun dan penuh kasih sayang.
Di malam menjelang pergantian tahun baru 1 Muharram 1443 H, almarhum membangunkan isterinya, agar digantikan poponya.
Setelah semua kondisi badannya merasa bersih, minta air putih yang hangat, sesudah di teguk dengan nikmat, lalu tertidur dengan sangat pulas, hingga maut datang menjemput nyawanya menjelang subuh, innalillahi wa Inna ilaihi raji’un.
Almarhum semasa hidupnya, menjabat sebagai sekretaris pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan di Jalan AP Pettarani No 59 Makassar, meninggalkan seorang isteri dan empat orang anak.
Satu orang anaknya yang bekerja di Jakarta dan bertempat tinggal di Bogor, tidak dapat menyaksikan ayahnya di bungkus kain kapan secara langsung.
Hanya melalui vidio call yang direkam oleh adiknya, seraya mengiringi tangis haru dari balik siaran langsung.
Direncanakan akan tiba petang hari ini, setelah proses PCRnya selesai di Jakarta dan surat surat untuk penerbangan diselesaikan dengan baik.
Penulis yang tiba di rumah duka, di Taman Sudiang Indah Blok D 16 Makassar, mendapati kondisi almarhum sedang dimandikan.
Keterlambatan ini, disebabkan mencari alamat rumahnya, beruntung ada adinda Amirah mengirimkan share lokasi, ternyata posisinya sudah di depan belokan masuk Taman Sudiang Indah.
Selanjutnya almarhum diangkut ke ruang utama untuk dikapani. Sebelumnya diminta isterinya untuk memegang jenazah suaminya, untuk kali terakhir, ada suasana haru yang menggelayut di saat mengucapkan “Selamat Jalan Kak Ridwan“, ucapnya terisak.
Jenazah kemudian di tandu ke Masjid Al Hijrah dekat lapangan sepak bola Taman Sudiang.
Selanjutnya sholat dhuhur berjamaah, kemudian sholat jenazah yang dihadiri keluarga, sanak famili dari Selayar dan Bone, warga sekitar Taman Sudiang dan kawan kawannya di Dinsos dahulu.
Setelah selesai disholati, jenazah dinaikkan ke ambulans. Suara serene yang menggema mengantar almarhum menuju Pekuburan Sudiang untuk selanjutnya menjawab pertanyaan alam kubur dari dua malaikat, Mungkar & Nakir.
Atas nama Kerukunan Purnabakti Sosial pimpinan H.Abidin Maenong dan Ketua Lembaga Lanjut Usia Sulawesi Selatan, yang dipimpin HM. Sewang Thamal.
Menyatakan turut berduka cita yang mendalam, semoga arwah armahum diterima disisinya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekutan Iman,