SYAKHRUDDIN.COM – Meski sejumlah pihak tidak rela menyebut Serat Centhini sebagai kitab seks Jawa, seorang penulis Agus Wahyudi merangkum panduan-panduan dalam berhubungan seks dalam sebuah buku berjudul Centhini: Kitab Seks Jawa (2020).
Dilansir dilaman CNN, “Anggapan tersebut (Serat Centhini sebagai kitab seks) tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar.
Seks dalam Serat Centhini setidaknya memiliki dua fungsi utama yakni sebagai bagian dari ajaran (pengetahuan) dan sebagai sarana humor,” tulis Agus dalam Pendahuluan.
Pada sebuah Bab, penulis merangkum puluhan pantangan dalam bersenggama dari Serat Centhini (I). Di sana tertulis (88-93), bahwa dalam senggama pun pasangan harus mengikuti ‘petung’ (perhitungan) agar tidak berakhir buruk.
Agus juga menyebut dalam buku karyanya bahwa pantangan merupakan sabda Nabi Muhammad SAW. Namun, pantangan tidak berdasarkan kajian medis, berikut 15 poin di antaranya:
Jangan bersenggama pada tanggal 1 atau pada akhir bulan karena hal itu tidak baik. Jika menjadi anak nantinya ia akan bertubuh kerdil.
Jangan bersenggama dengan lampu penerang sebab jika menjadi anak nantinya ia akan bodoh dan kurang berbudi.
Jangan bersenggama pada saat fajar sebab kalau jadi anak nantinya anak itu akan hidup dalam kehinaan.
Jangan bersenggama pada malam menjelang Idulfitri, karena jika jadi anak maka anak itu kelak akan durhaka pada orang tuanya.
Jangan bersenggama sambil berdiri karena jika menjadi anak maka kelak anak itu akan beser atau mudah kencing.
Jangan bersenggama pada hari Sabtu atau malam Ahad karena jika menjadi anak maka kelak anak itu nantinya akan celaka dengan tercebur ke dalam air saat masih bayi.
Jangan bersenggama sambil mengusap kemaluan milik sendiri atau pasangannya dengan tangan, sebab jika menjadi anak maka kelak anak itu akan memiliki budi yang buruk.
Jangan bersenggama sambil melihat kemaluan pasangannya sebab kalau menjadi anak maka kelak anak itu akan buta.
Jangan bersenggama di penginapan sebab kalau menjadi anak maka kelak anak itu akan celaka.
Jangan bersenggama dengan wanita yang sedang datang bulan sebab jika menjadi anak maka kelak anaknya akan terkena penyakit kusta.
Jangan bersenggama dengan lonthe (pelacur) dan taledhek. Jika nekat bersenggama dengan mereka maka akan berakibat buruk yakni terkena raja singa (penyakit kelamin), kemaluan akan jadi bengkak-bengkak, bernanah, dan berair.
Jangan bersenggama dengan wanita yang memiliki kelakuan buruk meskipun memiliki tubuh yang bagus dan wajah yang cantik. Lebih baik mencari gadis yang kurang cantik tapi berbudi baik.
Saat bersenggama jangan kentut karena jika menjadi anak maka kelak ia akan memiliki perangai yang sangat buruk. Jika saat bersenggama terasa hendak kentut maka sebaiknya hentikan dulu senggama itu, lalu kentut, setelah itu baru diteruskan senggamanya.
Jangan bersenggama setelah makan, sementara perut masih dalam keadaan kekenyangan. Ini tidak baik bagi kesehatan dan akan mengakibatkan penyakit batuk.
Jangan menyetubuhi perempuan yang masih kecil karena dari pengalaman yang sudah-sudah, wanita itu nantinya akan menjadi wanita nakal dan tidak bisa memiliki keturunan.
Selain itu, pantangan-pantangan seks juga ditujukan pada tanggal-tanggal buruk menurut sejarah Islam, seperti tanggal 13 Asyura (hari ketika Nabi Ibrahim dihukum bakar), 24 Sawal (hari ketika Nabi Yunus ditelan ikan, dan sebagainya.
Penulis buku juga menyebut bahwa Serat Centhini mengingatkan agar senggama dilakukan dengan etika dan kesopanan. Ada tiga macam tingkah dalam melakukan senggama, yakni Nistha (rendah), Madya (sedang), dan Utama (utama).
Senggama yang Utama diteladankan oleh tokoh Syekh Amongraga dan Tambangraras dalam Serat Centhini, bahwa senggama juga harus dilandasi kasih sayang dan dilakukan dengan kesadaran akan ketuhanan (syakhruddin)