SYAKHRUDDIN.COM – Pekan akhir Maret 2021 riuh dengan serangan teror di Gereja Katedral Makassar diikuti aksi penerobos bersenjata di Mabes Polri, Jakarta. Dua aksi teror itu hanya berselang tiga hari.
Kejadian Makassar terjadi pada Minggu (28/3/21) dan serangan di Jakarta pecah pada Kamis (31/3/21). Perhatian aparat keamanan pun terpusat pada dua peristiwa itu. Penangkapan sejumlah terduga teroris gencar dilakukan di pelbagai kota.
Dilansir dilaman CNN, di Poso Sulawesi Tengah, sekitar 2.295 kilometer dari Ibu Kota, tim Komando Operasi Gabungan Khusus dari sejumlah satuan elit TNI dan polisi memburu kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT). Operasi ini bersandi Madago Raya.
Komplotan penebar teror itu kini di bawah pimpinan Ali Ahmad alias Ali Kalora. Sepeninggalan Santoso alias Abu Wardah, Ali Kalora menggawangi pergerakan MIT.
Santoso tewas ditembak Satuan Tugas Operasi Tinombala pada 18 Juli 2016. Pada tahun itu pula kepemimpinan MIT beralih.
Namun menurut Komandan Pelaksana Operasi Komando Operasi Gabungan Khusus, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, pergerakan kelompok ini kian terdesak.
“Mereka kini tidak bisa bergerak lebih jauh. Mereka sudah terdesak. Apalagi setelah Ali Kalora tertembak pada kontak Minggu, 23 Maret 2021 di Salubanga, Parigi Moutong, mereka kian kesulitan bergerak jauh. Mereka pun dalam kondisi kelaparan saat ini,” ungkap Farid Makruf kepada CNN.
Dibantu peta digital Google Maps, CNN memetakan pola pergerakan kelompok MIT di sejumlah wilayah di Sigi, Parigi Moutong dan, Poso. Penelusuran ini juga berdasarkan pada rangkaian kejadian di beberapa titik di kawasan tersebut.
Berdasarkan informasi intelijen, pergerakan kelompok MIT hanya berpindah-pindah dari Lembantongoa, Sigi ke Salubanga, Parigi Moutong lalu ke Poso Pesisir Utara, Poso.
Pada lain waktu, komplotan MIT kerap pula menyeberang ke arah Manggalapi, Rejeki, Kecamatan Palolo di Sigi. Jalur ini pula yang memungkinkan mereka bisa turun ke Palu.
Dari titik peristiwa Jumat Berdarah pada 27 November 2020 di Lembantongoa, hanya perlu satu hingga dua jam untuk mencapai Salubanga. Lalu dari Salubanga ke wilayah Tambarana, Poso Pesisir Utara hanya butuh sekitar 6 jam.
Pola pergerakan MIT pun sudah terpetakan oleh tim Satgas Madago Raya. Kelompok ini kemungkinan tak akan bergerak jauh dari kawasan tersebut.
Berdasarkan pengukuran menggunakan menu measure distance di Google Maps, luasan area pergerakan Ali Kalora dan anak buahnya mencakup areal 92,71 kilometer persegi dengan asumsi garis lurus.
Namun berdasarkan informasi yang dihimpun, kelompok Ali Kalora juga memanfaatkan jalur sungai untuk bergerak dari Lembantongoa, Sigi ke Salubanga, Parigi Moutong dan Poso Pesisir Utara, Poso.
Adapun jarak dari Lembantongoa ke Salubanga sekitar 21 kilometer. Artinya ini bisa ditempuh dengan jalan kaki paling lama dua jam bagi penduduk lokal atau umumnya sekitar tiga jam lebih.
Lembantongoa merupakan kawasan yang terdiri atas permukiman penduduk asli dan dua satuan permukiman transmigran asal Jawa Barat, Jawa Tengah dan, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur selama beberapa waktu disebut menjadikan lokasi tersebut sebagai daerah persembunyian. Tapi ketiadaan simpatisan membuat mereka tak bertahan lama.
Berbeda dengan di wilayah Poso Pesisir Utara. Di sana mereka punya cukup pendukung untuk memenuhi kebutuhan logistik, bahkan untuk persenjataan dan amunisi.
Pada 23 Februari 2021 dan 1 Maret juga pada 3 Maret 2021, kelompok teroris pimpinan Ali Kalora unjuk gigi. Dua personel Satuan Tugas Operasi Madago Raya menjadi korban.
Pergerakan cepat kelompok MIT ditunjang pengenalan dan penguasaan komplotan ini terhadap medan. Apalagi, jarak antara Salubanga ke Tambarana, lalu ke Gayatri tak terlalu jauh. Wilayah tersebut pun rata-rata bervegetasi tersier karena banyaknya pembukaan lahan oleh warga untuk bertanam kakao dan kopi.
Karena itu Komandan Pelaksana Operasi Gabungan Khusus, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf optimistis Ali Kalora dan kelompoknya tak lama lagi bakal dilumpuhkan.
Sedikitnya 600 personel gabungan polisi dan TNI dari sejumlah satuan elit kini memburu MIT. Komplotan Ali Kalora ini pun menurut Farid hanya memiliki tiga pucuk senjata, yakni sepucuk M-16 dan dua pucuk senjata laras pendek.
Selain itu tentara kelahiran Bangkalan, Madura, Jawa Timur pun mengungkapkan sembilan anggota kelompok Ali Kalora dalam kondisi buruk dan kurang pasokan logistik.
“Bagi kami sebenarnya mudah melumpuhkan sembilan orang ini bila ditemukan. Kesulitannya adalah mereka dibantu informasi oleh masyarakat. Dibantu pula logistiknya oleh masyarakat yang merupakan simpatisan mereka,” terang Farid.
“Pergerakan pasukan dan informasi lainya mudah mereka ketahui dan bahan makanan mereka pun selalu dipasok oleh simpatisan,” aku mantan Komandan Korem 162 Wira Bakti Mataram tersebut
Farid juga meminta warga untuk berhenti mendukung Ali Kalora dan anak buah demi berhasilnya operasi tim gabungan.
“Kalau mereka tidak di-support dengan informasi dan logistik, mereka di atas akan kelaparan sehingga dengan mudah mereka dilumpuhkan. Lalu dibawa untuk diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka,” sambung perwira yang hampir 10 bulan menjabat Komandan Korem 132 Tadulako.
Farid juga menyarankan agar Ali Kalora dan pengikutnya segera menyerah.
“Kami imbau saudara-saudara kami yang sembilan orang itu, menyerahlah, turunlah. Kami siap, kami jamin bahwa mereka tidak akan dikerjain, dibunuh dan sebagainya. Tidak. Kami jamin,” ungkap Farid.
Menurut Farid setelah terluka tembak dan tak bisa bersembunyi lebih jauh ke wilayah belantara pegunungan di wilayah Poso Pesisir Utara, Ali Kalora dikabarkan bakal menyerah.
Sumber CNN di Satuan Tugas Madago Raya mengungkapkan informasi itu di Palu, Sulawesi Tengah. Dia juga sudah memastikan kebenaran tersebut melalui telik sandi.
“Tapi, keinginan baik dari Ali Kalora itu masih dihalangi oleh Qatar alias Farel alias Anas. Dia tidak mau Ali Kalora menyerah,” ungkap sumber CNN tersebut.
Dia memperkirakan akan sulit bagi Ali Kalora untuk bersembunyi lebih jauh karena luka tembak yang diderita.
“Dia pasti akan lebih memilih berada di wilayah yang tidak terlalu jauh dari perkampungan atau kebun-kebun warga,” demikian imbuh sumber ini.
Untuk diketahui, Ali Kalora saat ini tinggal menggantungkan kelangsungan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pada tujuh anggotanya antara lain Qatar alias Farel alias Anas, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Jaka Ramadhan alias Ikrima, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Rukli (sumbercnnjakarta)