SYAKHRUDDIN.COM – Pemerintah membeberkan alasan tim peneliti vaksin nusantara belum menjadi anggota konsorsium riset dan inovasi covid-19 Indonesia.
Vaksin itu diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto serta tim peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip).
Dilansir dilaman CNN, Konsorsium itu diketahui merupakan kelompok pengembangan vaksin anak bangsa, Merah Putih, yang berisikan enam institusi atau lembaga. Diantaranya LBM Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
“Kenapa belum ada Undip dan vaksin nusantara di dalam konsorsium merah putih? Terus terang kita sudah berusaha jemput bola, tapi bola yang dijemput tidak kelihatan.
Sehingga kami terus terang belum berani memasukkan itu di dalam konsorsium, apalagi kalau sudah bicara pemanfaatan anggaran,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro dalam agenda Rapat Kerja bersama Komisi IX yang disiarkan melalui kanal YouTube DPR RI, Rabu (10/3/21).
Bambang lantas menceritakan, kala itu pihaknya sempat mendengar mantan Menkes Terawan sempat mengutarakan untuk mengembangkan vaksin covid-19 bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kemenkes pada 2020 lalu.
Bambang pun mengaku langsung menghubungi Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN Ali Ghufron Mukti untuk memastikan kabar itu. Sebab, ia mengaku akan mengajak Terawan bergabung dalam satu konsorsium.
“Namun informasi tidak kami dapatkan sama sekali, sehingga masih dalam gelap kita mendengar Balitbangkes bikin vaksin. Dan sejujurnya vaksin nusantara yang dibicarakan hari ini baru saya dengar lengkap minggu lalu karena diundang rakor Pak Menko Perekonomian,” ungkapnya.
Bambang pun menjelaskan dalam teknisnya, segala pembiayaan riset dan fasilitas peralatan penelitian vaksin akan disokong oleh Kemenristek/BRIN. Namun bila hasil penelitian rampung dan masuk tahapan uji klinis, maka seluruh pembiayaan akan dialihkan kepada Kementerian Kesehatan.
Dalam konsorsium yang dibentuknya itu pun bertujuan sebagai wadah penelitian para peneliti di perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang bakal sama-sama fokus terhadap perkembangan virus corona yang ada di Indonesia.
Sejauh ini, enam anggota konsorsium merah putih mengembangkan virus dengan platform yang berbeda. LBM Eijkman dan LIPI menggunakan Rekombinan protein, Unair dengan adenovirus, vector adenovirus dan protein Rekombinan untuk ITB, UGM menggunakan Rekombinan Protein serta UI menggunakan DNA, mRNA serta Viral Like Particle atau VLP (syakhruddin)