
SYAKHRUDDIN.COM – Ali Kalora pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terlihat dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya di Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (1/3/21) lalu.
Dilansir dilaman CNN, Mereka yakni Alfin dan Khairul, yang telah masuk daftar pencarian orang (DPO). Ali Kalora berhasil melarikan diri dari bentrokan tersebut.
Dikutip dalam buku Ancaman Virus Terorisme: Jejak Teror Dunia dan Indonesia yang ditulis oleh Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Ali Kalora bergabung dengan MIT sejak 2011. Ia merupakan orang kepercayaan Santoso, pimpinan MIT pertama.
“Ali salah satu tangan kanan Santoso. Orang Asli (Kalora). Sudah lama di sana (mengikuti Santoso), sudah mulai sejak Santoso melakukan teror tahun 2011,” kata Karo Ops Polda Sulteng, Kombes Pol Herry Nahak sebagaimana dikutip oleh Prayitno, halaman 184.
Dalam buku Setelah Poso: Pembinaan Teritorial dan Jaringan Pascakonflik yang ditulis oleh Agus Surya Bakti, pada awal berdirinya MIT terdapat 41 anggota dengan 34 pucuk senjata. Ali salah satu anggota yang tergabung di dalamnya.
Polri merilis foto dari wajah 11 buron yang masuk daftar pencarian orang (DPO) terkait kasus dugaan tindak pidana terorisme yang tergabung dalam jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.
Sejak 2011, para anggota MIT melakukan tiga kali latihan militer di hutan pegunungan Poso atau lebih dikenal dengan gunung biru. Tempat itu sekaligus menjadi markas Ali dkk.
Pada 18 Juli 2016 pimpinan MIT Santoso tewas dalam penyergapan aparat keamanan. Tujuh orang dinyatakan lolos termasuk Ali Kalora yang memiliki senjata laras Panjang M16. Enam lainnya yaitu Qatar, Namnung, Nae, Basir, Abu Alim dan Kholid.
Setelah Santoso tewas, Ali dipercaya memimpin MIT. Ali ditemani oleh istrinya yaitu Tini Susantika alias Umi Fadel. Pada awal kepemimpinannya, MIT memiliki sekitar 16 anggota. Kebanyakan di antara mereka adalah para pengikut Santoso.
Tak lama setelah Ali memimpin MIT, sang istri, Tini tertangkap pada bulan Oktober 2016 dalam keadaan hamil tua. Sementara Ali berhasil meloloskan diri dari perburuan.
Setidaknya, ia berhasil lolos dalam dua operasi besar, operasi Camar Maleo yang dibentuk pada awal 2015 dan Operasi Tinombala yang beroperasi sejak 2016.
Setelah lama tak muncul, Ali dan delapan anggotanya melakukan pembantaian terhadap satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, akhir November 2020.
Densus 88 Antiteror Polri kembali mengejar Ali dan anggotanya. Namun, Ali belum juga berhasil ditangkap hingga kontak tembak terakhir yang terjadi Senin (1/3/21) kemarin
Dalam kontak senjata itu, Ali disinyalir tertembak. Namun, polisi belum dapat memastikan apakah Ali benar-benar tertembak dan terluka parah lantaran Tim Satgas Madago Raya masih mengejar para teroris itu.
“Baru diduga seperti itu. Masih kami lakukan pengejaran,” kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol Didik Supranato saat dihubungi wartawan, Selasa (2/3/21) (Syakhruddin)