SYAKHRUDDIN.COM – Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan rentetan gempa yang terjadi di Lampung Sabtu (13/2/21) mirip dengan gempa di barat Bengkulu 2007 dan Aceh pada 2011 yang menyebabkan gelombang tsunami.
“Gempa kembar berkekuatan besar jika terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dapat memicu terjadinya tsunami seperti gempa kembar yang terjadi di barat Bengkulu 2007 dan gempa kembar di barat Aceh 2011,” ujarnya lewat keterangan tertulis Senin (15/2/21).
Dilansir dilaman CNN, Ia mengatakan gempa kembar perlu diwaspadai apabila kekuatannya besar, karena dapat berdampak merusak episenter yang dekat dengan pemukiman penduduk.
Di wilayah Indonesia gempa serupa sudah beberapa kali terjadi. Daryono membeberkan daftar gempa kembar yang sudah terjadi di Indonesia sejak tahun 2007, di antaranya:
– Gempa kembar Bengkulu pada 12 September 2007 magnitudo 8,4 dan pada 13 September 2007 magnitudo 7,8.
– Gempa kembar Aceh 11 April 2011 magnitudo 8,6 pukul 15.38 WIB dan magnitudo 8,2 pukul 17.43 WIB.
– Gempa kembar Bengkulu 19 Agustus 2020 magnitudo 6,8 pukul 5.23 WIB dan magnitudo 6,9 pukul 5.29.
– Gempa kembar selatan Pangandaran 24 Agustus 2020 magnitudo 5,2 pukul 00.38 WIB dan magnitudo 5,0 pada pukul 00.54 WIB.
– Gempa kembar selatan Lampung 13 Februari 2021 magnitudo 5,3 pukul 11.18.21 WIB dan magnitudo 5,5 pada pukul 11.30.54 WIB.
Lebih lanjut ia menjelaskan, menurut hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudera Hindia selatan Bengkulu dan Lampung tengah terjadi peningkatan aktivitas gempa 6 bulan terakhir.
Gempa signifikan dengan magnitudo diatas 5,0 sudah terjadi sebanyak 14 kali sejak November 2020.
Sebelumnya telah dua gempa tektonik yang mengguncang Lampung dan Bengkulu dengan magnitudo 5,3 dan 5,5 terjadi dalam waktu hampir berdekatan, berselisih 12 menit Sabtu (13/2/21).
Gempa pertama berada di titik 6,81 LS, 103,30 BT atau 193 km barat daya Pesisir Barat, Lampung. Sementara, gempa kedua ada di 6,34 LS, 103,57 BT atau 134 km barat daya pesisir barat Lampung. Episentrum dari masing-masing gempa terjadi di kedalaman 10 km.
Episentrum dari masing-masing gempa terjadi dengan kedalaman yang sama, yaitu di kedalaman 10 km.
Menurut Daryono, gempa kembar tersebut kemungkinan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain karena fenomena gempa kembar diduga akibat adanya pemicu gempa yang bersifat statis.
“Gempa kembar yang terjadi bisa jadi memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain atau antara gempa pertama dan kedua. Antara kedua gempa yang terjadi tersebut bisa saja berkaitan,” ujarnya (syakhruddin)