Selayang Pandang Tentang Taruna Siaga Bencana
Oleh H.Syakhruddin.DN (Perintis Tagana Indonesia)
Pada tahun 2002, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dibentuk, menyikapi rancang bangun Sistem Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat dan pada pertemuan di Lembang Jawa Barat oleh Pelopor Tagana yang merupakan utusan dari 33 provinsi dikenal dengan “Perintis Tagana“ menghasilkan “Deklarasi” 24 Maret 2004, yang sekaligus menandai sebagai “Peringatan Hari Ulamg Tahun Tagana” yang senantiasa diperingati setiap tahun.
Selanjutnya pengembangan jumlah Tagana di seluruh Indonesia melalui kegiatan Pemantapan Tagana melalui anggaran pemerintah pusat (APBN) dan daerah (APBD).
Kemudian, pada tahun 2006 penggiat kemanusiaan hasil pertemuan Lembang menyusun Pedoman Tagana. Pada tahun 2012, Terbit Permensos No.28 Tahun 2012 tentang Tagana dan Permensos No. 29 Tahun 2019 tentang pedoman Tagana.
Terakhir, sekitar tahun 2013 dan 2015 diadakan pengembangan Tagana Training Centre di Sentul serta terbentuknya Markas Komando Tagana di TTC.
TAGANA, adalah suatu organisasi sosial yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang berbasiskan masyarakat.
Pembentukan TAGANA merupakan suatu upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis masyarakat.
Keberadaan TAGANA yang tahun ini akan memperingati ulang tahunnya yang ke-17 telah banyak melakukan kegiatan kemanusiaan dalam bencana dan kegiatan kesejahteraan sosial yang akhirnya menjadi salah satu organisasi yang diterima oleh masyarakat.
Selain itu hampir semua anggota TAGANA telah mengikuti pelatihan dibidang penanggulangan bencana dan bidang kesejahteraan sosial, menyebabkannya mampu melaksanakan aneka peranan di bidang penanggulangan bencana.
Sebagai suatu organisasi, TAGANA mampu mengembangkan program dan kegiatannya secara berkelanjutan.
VISI TAGANA :
Menjadikan TAGANA sebagai relawan Penanggulangan Bencana berbasis masyarakat yang bermartabat dan handal di bidang bantuan sosial.
Membekali keahlian yang cukup melalui pendidikan dan pelatihan secara periodik sesuai jenis-jenis bencana.
Meningkatkan inovasi dalam penanggulangan bencana dengan memanfaatkan potensi dilingkungannya.
Memberikan pemahaman tugas pokok dan fungsi TAGANA dalam penanggulangan bencana.
Prinsip Penanggulangan Bencana
One Command (Satu Komando)
One Rule (Satu Aturan)
One Corps/Unity (Satu Korsa/Unit)
MOTTO TAGANA
“We are the first to help and care”
SLOGAN TAGANA – Sigap Tanggap
TAGANA melakukan kegiatan pada semua fase siklus bencana tetapi yang utama adalah pada saat sebelum bencana terjadi, yaitu Tahap Kesiapsiagaan (sesuai dengan nomenkaltur Taruna Siaga Bencana), dan terus berkembang hingga dewasa ini, sehingga dapat dikatakan, satu Jam setelah terjadi bencana, Tagana sudah berada di lokasi, karena anggota Tagana berbasis masyarakat, maka Tagana langsung membangun Posko sembari menanti datangnya bantuan.
Saksi hidup, sekaligus pendiri Taruna Siaga Bencana Indonesia (TAGANA) Bapak ANDI HANINDITO, Pembuat, Pencetus dan sekaligus Perintis Tagana, merupakan Mahaguru kebencanaan yang selalu memberikan dukungan,semangat untuk terus berkiprah dari usia muda hingga purna tugas, bahkan setelah pensiun maish mencanangkan terbentuknya Lansigana (Lanjut Usia Siaga Bencana).
Dalam sebuah perbincangad di Podcast di hari Kamis 27 Agustus 2020, telah berbagi kisah melalui podcast episode ke-5 di Beranda Linjamsos Kementerian Sosial RI, selanjutnya di monitor anggota Tagana se-Indonesia mulai dari Tagana Muda, Tagana Madya/Khusus, Tagana Utama hingga Perintis Tagana Indonesia.
Mengenang perjalanan sejarah berdirinya Tagana, Penulis Syakhruddin mengajak kita semua, menaruh hormat serta mengirimkan suratul Al-Fatihah, kepada Bapak Purnomo Sidik (Mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial), Bapak Sutarso,M.Sw (Dosen dan Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan/Pakar Bencana Alam Indonesia, yang telah berkontribusi besar terhadap penumbuhan Tagana Indonesia.
Andi Hanindito yang ditugaskan untuk belajar di Singapura, Malaysia, Vietnam dan bahkan ke Eropa, termasuk ke Uni Sovyet. Hasil pengembaraan dan proses belajar secara mandiri di luar negeri. Dan dari pelajaran yang diperoleh, lalu membuat “Pelatihan Relawan Bencana Indonesia”
Sebagai Perintis Tagana yang masuk dalam daftar 60 orang, di tahun 2004 tentunya ikut bersama Panglima Tagana mendandani dan membesarkan Tagana Indonesia dengan konsep pemikiran, sebelum – saat dan sesudah bencana terjadi.
Diakui Panglima Tagana Indonesia, ada tiga hal belum sempat diurus dimasa kepemimpinan sebagai Direktur Bencana Alam yaitu, (1) Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia, (2)Warkop Tagana (Menunya Indomie Tsunami, Kopi banjir, (3) Sistim Penanggulangan Bencana Indonesia.
Karena penanggulangan bencana adalah tanggungjawab kita semua, maka setiap warga negara bertanggungjawab dalam penanganannya, mengingat Indonesia merupakan supermarket bencana.
Dengan kerelawanan di Tagana, hendaknya Pimpinan Tagana di Salemba Raya 28 Jakarta, memikirkan ke depan agar bisa lebih baik lagi, terutama kesejahteraan dan jaminan kesehatan bagi anggotanya. Beruntung dewasa ini, setiap anggota Tagana yang telah terdaftar di Kementeroian Sosial telah mendapatkan tali asih yang diterima langsung melalui rekening masing-masing anggota.
Ditandaskan bahwa Tagana yang dibentuk 24 Maret 2004 di Lembang Jawa Barat, sementara bencana Tsunami terjadi 26 Desember 2004. Bukan berarti Tagana dibentuk karena ada Tsunami, melainkan Tagana sudah lebih dahulu dibentuk, sebelumTsunami datang, urai Panglima Tagana Indonesia.
Tentunya saja tak banyak yang tahu bahwa ternyata sejarah Pembentukan TAGANA Indonesia berawal dari kisah “Mobil Rongsokan”
Pembentukan Tagana Indonesia yang diawali 17 tahun silam masih banyak yang meragukan, tapi seiring berjalannya waktu dan bergantinya kepemimpinan, membuktikan bahwa Tagana merupakan bagian penting dalam sistim penanggulangan bencana di Tanah Air, awalnya hanya 60 orang kini telah berkembang menjadi 39.000 orang seluruh Indonesia.
Ulasan melalui potcast linjamsos episode ke-5, telah memberikan pencerahan kepada segenap anggota Tagana dari Sabang sampai Marauke, semoga apa yang menjadi harapan Panglima, dapat kita kembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi di daerah masing-masing.
Selamat kepada Panglima Tagana Indonesia atas pencerahannya dan kepada para rekan Perintis, agar meneruskan pengabdian melalui Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia dengan basis utama pemikiran pada kegiatan prabencana.
Menyongsong ulang tahun ke-17 tanggal 24 Maret 2021 di pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, maka Peringatan Tagana mengusung Tema “ Sinergi Bersama Multi Pihak, Sukseskan Tagana Menjaga Alam”
Kegiatan ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok masyarakat melalui Kelompok Kampung Siaga Bencana (KSB) dan berbagai pihak yang peduli bencana untuk melakukan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
Tulisan ini untuk memberikan konstribusi pemikiran tentang ke-Tagana-an kepada Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang akan melakukan Diksar tanggal 20 s/d 21 Februari 2021 di Kota Dingin Malino, sekaligus melakukan penanaman pohon sebagai tanda keikutsertaan dan menyukseskan tema Peringatan HUT Tagana ke-17 tahun ini yaitu “ Sinergi Bersama Multi Pihak, Sukseskan Tagana Menjaga Alam”
Kegiatan dikomandoi Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, DR H.Ilham, M.Pd akan melibatkan 30 orang peserta aktif dengan menampilkan narasumber dari Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Prov. Sulsel, Drs Herman, M.Si serta dukungan dari Kadis Sosial Kab. Gowa H. Syamsuddin Bidol, S.Sos, M.Si, MH yang diharapkan dapat mengerakkan Mobil Dapur Umum Lapangan (Dumlap) demi suksesnya Diksar Tagana Berbasis Kampus, semangat pagiiii.