SYAKHRUDDIN.COM – Pertarungan kepentingan di subuh hari membutuhkan perjuangan, apakah tetap bertahan di rumah dengan alasan hujan lebat atau menantang alam dengan menerobos hujan rahmat di subuh hari, semuanya butuh perjuangan dan komitmen pribadi.
Subuh hari ini, tepatnya dipertengahan bulan Januari 2021, hujan turun menjelang masuknya waktu Subuh di Masjid Besar Al Abrar Makassar, dua suasana batin yang saling berbenturan terjadi.
Hujan, tidak usah ke mesjid, di rumah saja !!! akan tetapi suara lain dari dalam, akh, ini belum seberapa dibandingkan dengan saudaramu yang di landa musibah gempa bumi di Sulbar sana….. ayo berangkat…!!!
Dorongan semangat itu makin membuncah seiring dengan derasnya air yang turun dari langit.
Mantel dari bawa sadel motor mulai dikeluarkan, kunci pagar di buka dan si Putih yang sejak tadi dipanaskan mesinnya, siap beraksi menuju Masjid Besar Al Abrar Makassar.
Alhamdulillah, tinggalkan zona nyaman, berjuanglah di jalan Allah, sebagaimana pesan terakhir dari Pilot Afwan di Sriwijaya Air, setinggi tingginya aku terbang kalau tidak sholat lima waktu, maka tidak ada gunanya.
Pesan moral itu begitu menggugah, memberi motivasi untuk melaksanakan sholat lima waktu, walaupun lima menit berikutnya harus terkubur di Perairan Kepulauan Seribu Jakarta Utara, setelah terbang dengan hitungan menit, innalillahi wa Inna ilaihi raji’un.
Sementara kondisi di Masjid Besar Al Abrar rupanya sudah hadir pula, jamaah tetap yang usianya memang tidak muda lagi, mereka begitu khusyu melaksanakan sholat tahiyatul masjid dan sholat sunat subuh dua rakaat, dan baginya itulah kemenangan, karena dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia beserta isinya.
Usai sholat subuh, rupanya Remaja Mesjid dibawah kendali Suhardi Dg Rurung, yang berperawakan kecil namun sangat lincah, sudah mulai beraksi membagikan “Bassang” kepada jamaah dan suasana menjadi riuh karena banyak paket berlebih, sehingga ada saja jamaah memanfaatkan kondisi dengan menambah satu paket lagi bahkan ada yang bawa pulang untuk keluarganya di rumah.
Begitulah keindahan berjamaah yang selalu saja membuat rindu untuk selalu datang, saling menyapa, tersenyum walaupun senyum itu tak nampak karena faktor masker yang menutupi wajah.
Kalau dulu dikenal senyum itu sedekah, kini berubah menjadi maskermu melindungiku dan maskerku melindungimu. Semua ini karena gara-gara si Corona yang setahun lalu melanglang buana memporak- porandakan keangkuhan penduduk dunia dan upaya pemerintah dewasa ini mendatangkan penangkalnya yang bernama vaksin yang kini telah dibeli Pemerintah Indonesia dari negeri leluhurnya Kho Ping Kho.
Seperti diketahui, bahwa penulis naskah bersambung Kho Ping Ho pernah menguasai jagat pembaca di tahun tahun 70-an sehingga kalau sudah membaca, kita seakan larut dalam cerita silat yang berjilid-jilid.
Asmaraman Kho Ping Ho mampu mengelaborasi perasaan sehingga kita seakan tak mau lepas dan mencari buku berikutnya, satu diantaranya berjudul “Asmara Berdarah”.
Disesi akhir ceritera terdapat sebuah potongan naskah tertulis dan Penulis masih ingat sampai sekarang, kalimat itu berbunyi ” Karena Anda Terluka, maka kita akan berjumpa di Bukit Taizan tiga tahun mendatang …. bersambung !!!
Kho Ping Ho saja membuat ceritera bersambung, maka naskah ini juga akan bersambung pada subuh berikutnya, salamaki…
Al Abrar 15 Januari 2021
by syakhruddin dg lurang