
SYAKHRUDDIN.COM, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan kerja sama untuk akhiri bentrokan sengit Armenia-Azerbaijan. Putin mengatakan itu kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan lewat sambungan telepon.
Seperti dikutip dari AFP, kantor pemerintah Rusia, Kremlin menyampaikan bahwa kedua pemimpin negara tersebut mendesak upaya bersama untuk mengakhiri pertumpahan darah dan menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh secara damai.
Dilansir dilaman CNNIndonesia, Bentrokan baru antara Azerbaijan dan separatis Armenia atas wilayah sengketa telah merenggut ratusan nyawa, termasuk puluhan warga sipil. Padahal pekan lalu Turki sudah menyerukan kedua negara untuk melakukan gencatan senjata.
Negara-negara bekas Soviet telah terkunci dalam kebuntuan panjang di Karabakh, yang memisahkan diri dari Azerbaijan.
Pertempuran baru, yang terburuk sejak gencatan senjata 1994, telah memicu kekhawatiran akan konflik regional. Turki mendukung Azerbaijan sementara Armenia berusaha menarik Rusia ke pihaknya.
Turki telah banyak dituduh mengirim militan Suriah ke pertempuran di Karabakh untuk mendukung pasukan Azerbaijan.
Pada Rabu (14/10/20), Putin kembali berkomentar soal pertempuran yang terjadi. Dia menyatakan keprihatinan serius atas peran militan dari Timur Tengah dalam konflik tersebut.
Sementara Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa Turki mendukung solusi permanen di Nagorno-Karabakh dan juga menuduh Armenia berusaha menjadikan pendudukannya (Karabakh) permanen.
OSCE Minsk Group sebuah grup perdamaian yang diketuai Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, telah berupaya menemukan resolusi untuk konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun di wilayah Karabakh.
Kremlin berkata pada Rabu bahwa Putin dan Erdogan berharap Turki akan memainkan peran menuju de-eskalasi.
Penembakan yang sedang berlangsung oleh kedua belah pihak telah membuat gencatan senjata yang disepakati pekan lalu di Moskow.
Namun baik Armenia atau Azerbaijan masih saja melakukan peperangan di sana. Selain menimbulkan konflik di tingkat atas para pemimpin, pertempuran di Karabakh juga menarik ketertarikan para pejuang negara kawasan lain.
Sebagai contoh, Militan Libanon dilaporkan ingin ikut ambil bagian dalam perang Armenia dan Azerbaijan. Mereka adalah orang-orang etnis Armenia yang kini tinggal di sana.
Raffi Ghazarian adalah salah satunya. Selama dua pekan terakhir ia melihat berbagai informasi dari televisi. Dia menonton berita tentang pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan.
Melansir Associated Press, jika hal tersebut terus berlanjut, pria Libanon keturunan Armenia berusia 50 tahun itu mengaku siap meninggalkan segalanya dan menjadi sukarelawan untuk mempertahankan tanah leluhur.
Nagorno-Karabakh.merupakan wilayah yang berada dalam Azerbaijan, namun memisahkan diri dan kini pemerintahannya dijalankan oleh etnis Armenia.
Sebagian besar pegunungan Nagorno-Karabakh – wilayah sekitar 4.400 kilometer persegi (1.700 mil persegi) terletak 50 kilometer (30 mil) dari perbatasan Armenia.
Kini wilayah tersebut sedang diperjuangkan untuk masuk kembali menjadi wilayah Azerbaijan. Selama ini wilayah tersebut tidak diakui dunia internasional secara de-facto. Status mereka sebagai negara pun mengambang (syakhruddin)