INIPASTI.COM, KENDARI – Dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kendari Raja Al Fatih Widya Iswara mengungkap, ada tanda kekerasan di leher yang diduga jadi penyebab kematian Bintara Pembina Desa (Babinsa) Serda R (36 thn).
Namun, Raja tidak menyebut detail jenis kekerasan tersebut. Ia juga enggan memberikan komentar atas hasil autopsi yang telah dilakukan.
Dilansir di laman CNN “Nanti tanyakan saja ke penyidik karena bukan wewenang saya,” kata Raja kepada wartawan, Rabu malam (19/8/2020).
Sementara itu, Kapolres Bombana AKBP Andi Herman menyebut, pihaknya belum menerima hasil autopsi dari RS Bhayangkara Kendari. Namun, berdasarkan keterangan awal dokter, bahwa korban mengalami luka di leher.
Ia juga menyebut tidak ada bekas kekerasan di tubuh Babinsa tersebut. Namun Andi Herman belum mau berbicara soal adanya dugaan bunuh diri atau dibunuh.
“Tapi kan kita tidak bisa dulu menduga-duga. Kita masih melakukan penyelidikan dulu,” ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/8).
Sejauh ini, lanjut dia, penyidik terus bekerja dan memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui insiden yang menewaskan Serda R.
Sementara itu, Komandan Resor Militer (Danrem) 143/Haluoleo, Brigjen TNI Jannie A Siahaan menyebut, hasil autopsi sementara ini menunjukkan korban meninggal akibat jalan pernapasan yang terhambat karena tali yang melilit.
“Untuk indikasi lain, tunggu dulu proses penyelidikan,” katanya dan menyebut kasus ini sementara ditangani oleh Detasemen Polisi Militer (POM) Angkatan Darat.
Sementara itu, Kapolda Sultra Irjen Pol Merdisyam menyebut pihaknya turut membantu penyelidikan kasus ini Bersama POM TNI AD. “Kita turut mem-back-up penanganannya,” katanya singkat.
Jenazah almarhum sendiri telah diterbangkan ke kampung halamannya di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan.
“Keberangkatan jenazah almarhum, turut mendampingi Dandim Buton Letkol Arif Kurniawan, Danramil 141305 Kabaena, Kapten Infanteri Harlin Ulo dan 7 orang dari pihak keluarga,” kata Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 143/Haluoleo, Mayor Arm Sumarsono dalam keterangan tertulis (syakhruddin)