SYAKHRUDDIN.COM, MAKASSAR – Awalnya mengau Bapaknya Ryan, begitulah perkenalanku melalui HP, saat ini bekerja di salah satu perusahaan besar di Makassar. Pihak perusahaan menempatkannya dari Jakarta ke Makassar.
Selama di Makassar butuh rumah kost, maka dia mengontak saya sebagai pemilik rumah kost di Jalan Andi Tonro I No 6 Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Kota Makassar.
Karena saling percaya, dan ingin membantu warga yang dari luar daerah. Maka pada tanggal 19 Maret 2020, mulai menempati rumah kost di Kamar 7 Lantai II dengan komitmen Rp 1,5 juta per bulan.
Kesepakatan pun dilakukan, dengan dalih bahwa pihak perusahaan akan membayarkan setelah tinggal satu bulan, maka kami memberi peluang untuk tinggal selama sebulan, Dia menempati kamar kost sejak tgl 19 Maret 2020, sebelum tanggal jatuh tempo, maka bisa tinggal dululah.
Tanggal 19 April 2020 datang menghadap, bahwa kemarin sudah minta di bendahara kantor tapi alasannya nanti besok dibayarkan untuk satu tahun, berarti 12 bulan x Rp 1,5 juta, sebuah nilai yang cukup lumayan di tengah suasana pandemic Covid-19.
Senin, 20 April 2020 – Ia di desak oleh isterinya, supaya menghadap ke pemilik kost dan membicarakan komitmen awal.
Malah dibalas kepada isterinya dengan pukulan tinju pada kedua lengannya. “ Isterinya menangis kesakitan, disaksikan oleh anaknya baru kelas III Sekolah Dasar, Namanya Ryan“.
Sesudah memukul, ia lalu pergi meninggalkan isterinya dengan membawa serta semua pakaiannya yang diisi dalam kantong kresek.
Pagi hari Senin 20 April 2020, isterinya datang melapor. “ Bagaimana Pak haji, dengan pembicaraan Bapaknya Ryan kepada Pak Haji” Katanya sih, kemarin mau bayar lunas.
Bohong itu Pak Haji, ternyata Bapaknya sudah dipecat dari Perusahaan WIKA dan mencoba mencari perbaikan nasib di Makassar.
Selama ini, dia kawini saya dengan satu anak, semuanya adalah uang pribadiku, dia kuras saya dan semua harta benda saya ludes karenanya.
Tapi kenapa mau ??? tanyaku lagi.
Tidak tahu juga Pak haji, mungkin saya kena pelet (baca-baca) karena biar bagaimanapun jengkelku, kalau dia datang saya juga luluh.
Sampai kakak saya berkata “ Pelacur saja kalau di tiduri dibayar, apalagi sepertimu”
Oh ya, siapakah namanya Bapaknya Ryan sebenarnya. Namanya Ridwan Pak Haji, orang asli Betawi, tujuh bersaudara. Kami tinggal di Jakarta Selatan.
Kesimpulan, Ridwan kini menghilang dari rumah kost. Di tinggalkan isteri dan anaknya.
Ironisnya isterinya stress, akhirnya asam lambung naik, muntah-muntah. Anaknya Ryan lalu menggogok balsam ibunya, kondisinya sangat memiriskan hati.
Kesimpulan, sekarang tidak usah bayar uang kost, sehatkan dirimu dan kita cari solusi terbaik, apakah pulang ke Jakarta ke rumah kakakmu atau kembali ke kampung halaman orang tuamu yang sudah tiada di Kecamatan Mare Kabupaten Bone Sulsel.
Intinya, hati-hati dengan orang yang sangat santun dan pandai bicara, ternyata dia penipu besar.
Sekarang Ridwan melakukan dua pelanggaran sekaligus, pertama menipu pemilik kost dan kedua melakukan kekerasan dalam rumah tangga, Waspadalah selalu dan jangan mudah cepat percaya, Selamat menyongsong 1 Ramadan 1441 H.
Kisah Pilu Anak Kost : Ryan yang menyaksikan ibunya di pukul hanya bisa tertunduk kaku sembari menghapus airmatanya. Sejurus kemudian Ayahnya pergi membawa baju dengan kantong kresek.
Itulah profil Ridwan, pengontrak yang mengaku kerja di perusahaan WIKA (seperti Bapaknya Fatan dahulu) ternyata itu hanyalah kedok belaka, dia sudah dipecat.
“Ummi bisakah kita hidup tanpa Ayah lagi” Ibunya pun turut terharu dan mendengar ucapan anaknya yang polos.
Selanjutnya ayo kita sampaikan ke Pak Haji, kalau kita diusir dari sini karena tak bayar uang kost “ Biarlah kita tidur di masjid”
Kalimat polos dari Ananda Ryan ini seakan mengiris perasaan dan nyaris saja air mata berlinang, namun ku tahan dan membuat kalimat lucu-lucu, agar airmata yang sudah di ujung mata tidak sampai berlinang.
Tidak Ananda, tetaplah tinggal disitu dengan tenang, pakai HP saya yang jatah RT untuk main game.
Tetaplah disini bersama kami, jaga bundamu sampai sembuh lalu berfikir untuk hari esok yang lebih baik.
“Dari kedua konteks diatas, kita bisa memetik hikmah, bahwa gagah saja bukan jaminan hidup bahagia, karena itu bagi yang masih muda-muda, hati-hati memilih calon suami.