SYAKHRUDDIN.COM – JAKARTA – Viral soal surat terbuka AC yang disebut menguntungkan transmisi virus Corona COVID-19. Dalam surat tersebut, Prof dr Madarina Julia, Sp A (K), MPH, Ph, D, dari Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyampaikan usulannya terkait saran untuk mengurangi penggunaan AC di tempat-tempat umum.
Dalam surat yang beredar ia menyampaikan kepada Prof Agus Sartono, Deputi Menko Kesra terkait usulannya ini. Ia menyebut penggunaan AC berisiko untuk memudahkan virus Corona COVID-19 lebih cepat menular. Hal ini didasari oleh beberapa penelitian yang ia pelajari.
Saat dikonfirmasi detikcom, Prof Madarina membenarkan pernyataan tersebut. Namun menurutnya pernyataan yang kemudian menjadi viral seolah melayangkan ‘surat terbuka’ ini keliru.
“Itu awalnya hanya obrolan biasa dengan Prof Agus, bukan surat terbuka ya. Saya juga tanya beliau kenapa bisa jadi ramai, mungkin karena beliau share di grup WhatsAppnya, ini hanya usulan pribadi saja, dan saya bukan bagian dari MMR ya,” ungkapnya kepada detikcom Rabu (8/4/2020).
Ia pun menyampaikan bahwa apa yang ia yakini hanya berdasarkan hasil penelitian yang ia pelajari, bukan sebagai ahli yang meneliti hal tersebut. Berdasarkan penelitian yang dipelajarinya, timbul lah keyakinan bahwa mengurangi penggunaan AC bisa menghambat penularan.
“Udara yang lembab dan panas itu kan sebenarnya menghambat penularan, kalau Anda pake AC kan udaranya jadi dingin dan kering, otomatis kan memudahkan penularan,” katanya.
Hal yang sama kemudian ia ungkapkan adalah soal physical distancing. Menurutnya, physical distancing pun akan terasa percuma jika tetap menyalakan AC.
“Apalagi kalau menurut saya lho ya, kita bicara tentang physical distancing dua meter, kalau Anda pakai AC di satu ruangan itu kan udaranya diputar semestinya, ya ngapain physical distancing 2 meter, kumannya bergerak sampai kemana-mana. Kalau itu logika saya saja sih,” lanjutnya.
“Dan dengan cuaca yang panas apalagi siang hari kan kemampuan hidup kuman itu kan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan memang tidak dikatakan sinar matahari bisa membunuh kuman, namun suhu yang panas itu tidak begitu menguntungkan untuk dia. Kira-kira begitu konsepnya,” tutupnya.
Berikut isi pesan yang kemudian viral:
Surat terbuka untuk Profesor Agus
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Prof. Agus, saya Prof. Madarina dari (MMR) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), istrinya Dr. Sugeng Yuwana.
Saya ingin men-share suatu paper yang saya temukan. Meskipun belum peer-reviewed, isinya sangat menarik. Paper tersebut mengatakan bahwa berdasarkan penelitian di China dan pengamatan di seluruh dunia, high temperature and high relative humidity reduce the transmission of COVID-19.
Paper tersebut ditambah dengan kenyataan bahwa angka kematian di negara kita jauh lebih rendah daripada di negara-negara Eropa dalam kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin diuntungkan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi.
Meskipun saya tidak punya data detil siapa saja korban meninggal akibat COVID-19 ini, tapi melihat sekilas data yang muncul di berbagai WhatApps group, sebagian besar korban adalah orang Jakarta dengan status sosial menengah ke atas.
Saya menduga, mereka adalah orang yang terbiasa hidup di lingkungan yang menggunakan AC (rumah ber-AC, mobil ber-AC) disertai jendela yang tertutup rapat.
AC dapat menurunkan suhu ruangan dan mengurangi kelembaban. Dua hal yang sangat menguntungkan transmisi virus COVID 19, apalagi disertai dengan sirkulasi yang tertutup. Virus akan terkonsentrasi tinggi.
Saya mempunyai usul. Social dan physical distancing mungkin tetap perlu, tetapi mungkin perlu ditambah dengan larangan penggunaan AC di tempat umum dan himbauan untuk meminimalkan penggunaan AC di rumah.
Saya juga melihat bahwa saat ini banyak arus mudik dari Jakarta. Itu fenomena yang saya rasa sulit dihambat karena mungkin dengan situasi seperti ini, kehidupan mereka di Jakarta tidak mudah.
Saya usul, mereka tetap boleh mudik, tetapi dengan kendaraan umum (bis dan kereta api) yang jendelanya terbuka sehingga sirkulasi baik, tanpa AC. Perjalanan siang.
Saya berharap sesampai yang bersangkutan di kampung halaman, banyak virus yang akan mati akibat suhu dan kelembaban yang tinggi. Mohon maaf saya tidak punya usul untuk penerbangan, tapi konsepnya adalah suhu tinggi dan lembab.
Demikian usulan saya. Ini usulan pribadi dan tidak mengatas-namakan organisasi apapun Prof. Hanya sebagai pertimbangan. Wassalam, Madarina.
Catatan redaksi : Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D, adalah akademisi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (syakhruddin)