SYAKHRUDDIN.COM,JAKARTA – Terdakwa kasus suap terkait jual-beli jabatan di Kementerian Agama (Kemenag), Romahurmuziy alias Rommy menjalani sidang pledoi di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta Pusat.
Hampir di akhir bacaan pembelaannya, Rommy menyelipkan puisi untuk istri dan anaknya.
Mantan Ketua Umum PPP itu membacakan puisi tersebut sembari menitikkan air
mata.
“Kurang-lebih sepuluh bulan saya ditahan.
Ini menjadi pelajaran hidup paling berharga dalam hidup saya. Yang paling
menderita secara batin tentunya adalah anak dan istri saya,” kata Rommy
membacakan pleidoinya dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan
Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (13/1/2020).
Rommy juga berharap bebas dari segala tuntutan jaksa KPK. Dia menepis telah
menerima suap.
“Saya memohon Yang Mulia, untuk membebaskan saya dari segala tuduhan, memulihkan seluruh martabat
dan kehormatan saya, serta mengembalikan saya kepada anak dan istri saya,”
ucap Rommy.
Sebelumnya, Rommy dituntut 4 tahun penjara dalam
kasus suap jual-beli jabatan Kemenag. Selain itu, dia dituntut membayar denda
Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan.
Jaksa meyakini Rommy melanggar Pasal 11 UU
Tipikor Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi juncto Pasal
55 ayat 1 juncto Pasal
64 ayat 1 KUHP.
Berikut ini 2 puisi yang dibacakan Rommy sembari
menangis:
Khadijahku
Engkaulah hidupku yang menemani pasang dan mendampingi surutku
Yang menopang gentar dan menyangga beraniku
Di tiap Malam Minggu bertahun-tahun lalu
Aku setia mengunjungimu
Menandai masa-masa kita menyemai benih rindu
Yang seiring waktu kuyakini cinta itu mendendangkan nada yang semakin merdu
Dalam kebahagiaan di luar sana
Bersama buah hati yang kita sangat mencintainya
Khadijahku
Sepuluh bulan berlalu
Musim beradu
Seminggu dua atau tiga kali sahaja
Kau setia menjengukku dalam sendu dan haru
Menandai cinta kita di babak yang baru
Tak runtuh sedikitpun pertahananmu
Sementara … lebih banyak menitik air mataku
Karena berpisah denganmu amat lah menyiksaku
Khadijahku
Kuharap engkau tetap dalam keteguhanmu bak perahu Nabi Nuh menantang samudra
Bersama keceriaan qurrata a’yun yang rela kukorbankan apa pun untuk kembali
bersamanya
Semoga Allah kabulkan tangis dan pintaku yang kini masih dalam gelimang dosa
Untuk kembali bersamamu segera yang tak disela lagi atau ditunda
Karena rinduku tak tertahan … padamu dan anak kita
Puisi kedua, Dzuhurku
Diliput Sendu
Dzuhurku diliput sendu
Yang memandu sejak pelukan pertama anakku
Membuncah hingga perpisahannya denganku
Ternyata ia begitu menyayangiku
Begitu pun aku
Anak semata wayangku
Dengan istri tercinta yang selalu setia menemaninya dan menemaniku
Benarlah Baginda Nabi SAW berkata
Tanyalah hatimu untuk menimbang apakah sebuah perkara termasuk dosa
Ternyata hati memang tak berdusta
Aku sangat mencintainya
Dan ingin selalu berada di samping untuk mendidiknya
Selagi umurku masih bersisa
Dari caranya memeluk dan memegangi sepanjang ia ada
Aku tahu ia merasakan hal yang sama
Kerinduan yang hanya bisa dirasakan dari seorang ayah kepada anak dan
sebaliknya
Anakku
Maafkan ayahmu
Yang telah membuatmu menahan pilu
Meski kau sembunyikan dalam kedewasaan dan kematanganmu yang terpaksa kau
jemput sebelum kau mau
Tetesan air matamu mengguncangkanku
Ternyata rinduku untuk membelaimu yang tertahan sekian waktu
Meledak hari ini dalam dzuhurku
Anakku
Aku kuat menjalani semua keterbatasan yang saat ini menyertaiku
Namun yang tak aku kuat adalah berpisah denganmu dan ibumu
Doakan selalu ayahmu
Dalam dzikir dan sholatmu
Untuk segera berkumpul kembali denganmu
Dan dengan ibumu yang tak pernah lelah mencintai
ayahmu
Anakku
Kucoba menahan air mata saat bersamamu
Bukan karena aku ingin terlihat kuat di depanmu
Namun karena aku tak ingin memperpanjang jeritan
batinmu
Yang kutahu dalam diam mu menangisiku
Anakku
Kutitipkan ibumu
Meski hanya setiap libur semester kau bisa mengunjungiku
Tapi kau lah yang sehari-hari bersama separuh nyawa ayahmu
Jagalah kesehatannya dan jagalah hatinya
Doakan panjang umurnya
Hingga kelak kami menimang anakmu
Ingatlah surgamu di bawah telapak kaki ibumu
Anakku
Peliharalah akhlakmu
Karena dengan akhlak itu lah kau akan dikenang orang-orang yang pernah
bertemu denganmu,
Meski separuh dunia lainnya membencimu,
Peliharalah agamamu dengan terus mendalaminya dengan ilmu,
Karena agama itulah yang akan memandu hidupmu,
Tinggikanlah ilmumu, Karena dengan ilmu itulah di dunia akan dihargai
hidupmu
Anakku
Dengan tetesan air mata puisi ini kutulis
Sebagai rasa haru atas kunjunganmu yang menyisakan rindu
Teriring doa pada Tuhan Sang Maha Cinta
Semoga kita sekeluarga dikumpulkannya kembali segera
Anakku … aminkan doaku (berbagai sumber)