SYAKHRUDDIN.COM,PAGARALAM- Basarnas Palembang dan tim gabungan pagi ini kembali melanjutkan evakuasi korban kecelakaan Bus Sriwijaya. Bus itu terjun masuk ke jurang Liku Lematang, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan pada Senin (23/12/2019) lalu.
Proses evakuasi dan pencarian pada hari pertama dihentikan sempat dihentikan pada Selasa malam. Namun, pada Rabu 25/12/2019 hari ini, evakuasi dilanjutkan kembali.
Pencarian tahap pertama kemarin berlangsung hingga pukul 20.00 WIB dan berhasil mengevakuasi 41 orang korban, baik yang meninggal maupun dalam kondisi selamat. Dari 41 korban yang ditemukan itu, 28 orang di antaranya meninggal dunia.
Laporan Kantor Berita Antara, Rabu, menyebutkan, korban yang selamat sebanyak 13 orang, dan saat ini dalam perawatan di rumah sakit. Jumlah korban sementara tercatat 41 orang, dan tidak menutup kemungkinan masih bertambah.
Evakuasi akan menyisir pinggiran sungai kemungkinan masih ada penumpang lainnya belum ditemukan. Kecelakaan dialami Bus Sriwijaya dari Bengkulu menuju Palembang sekitar pukul 23.15 WIB.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat sekaligus pengamat transportasi, Djoko Setijowarno menyoroti kecelakaan maut Bus Sriwijaya ini.
Djoko menilai kecelakaan bus terjadi, salah satunya karena Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kementerian Perhubungan lalai dalam melakukan fungsi pengawasan di lapangan.
Tragedi kecelakaan maut yang menewaskan 27 penumpang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (24/12/2019), menyisakan cerita mendalam bagi Hasanah (52 thn).
Betapa tidak, ia tak pernah membayangkan bus Sriwijaya dengan nomor polisi BD 7031 AU rute Palembang-Bengkulu yang ditumpanginya terjun bebas ke jurang dengan kedalam 75 meter.
Hasanah menceritakan, sebelum bus yang ditumpanginya masuk ke dalam jurang, ia bersama cucunya bernama Aisyah (9), dan kedua rekannya sedang bercanda tak sedang tidak tidur.
Bus yang dikemudikan Feri sempat terperosok ke parit di Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumsel. Untuk mengeluarkan bus yang masuk dalam parit, lanjutnya, seluruh penumpang disuruh keluar lalu bus ditarik oleh mobil lain. “Bus kami hampir terbalik. Seluruh penumpang langsung disuruh turun.
Waktu itu ada mobil travel yang lewat, kami minta tarik,” kata Hasanah, yang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Besemah, Kota Pagaralam, Selasa (24/12/2019).
Bus Sriwijaya yang dikemudikan Fery menabrak pembatas jalan dan langsung masuk ke jurang. “Sopir kami itu bawa mobil ngebut. Saya tidak lagi tidur, waktu itu lagi ngobrol sama cucu. Tiba-tiba bus langsung terjun begitu,” jelasnya.
Untuk
keluar dari dalam bus, lanjutnya, para penumpang pun memecahkan kaca.
“Saya pegang cucu saya. Teman-teman saya langsung pecahkan kaca, kami
keluar,” ujarnya yang duduk di nomor 4 dari belakang bus dikutip dari
TribunSumsel.com.
Saat keluar dari bus, ia dan cucunya terseret arus sungai yang deras. “Dari situ, kami berpegangan dengan batang. Kalau tidak, kami akan hanyut karena air sangat deras. Kami teriak-teriak. Belum ada yang tolong karena kejadiannya malam,” ungkapnya.
Menurutnya, tidak semua penumpang terbawa arus sungai yang deras, beberapa penumpang ada yang bertahan di atas badan bus. Saat itu, dirinya pun berterak minta tolong, bahkan cucunya Aisyah yang masih berusia 9 tahun pun ikut berteriak minta tolong orang sekitar.
“Cucu
saya teriak, om tolong kami, yang ada di atas tolong kami. Kondisi malam itu
tidak ada orang,” ujarnya. Tak lama itu, lanjutnya, beberapa warga
setempat mulai berdatangan (berbagai sumber)