SYAKHRUDDIN.COM, MAKASSAR – “Apakah ada yang tahu apa itu Tagana?” Tanya Syakhruddin DN kepada ratusan murid yang berbaris rapi di depannya. “Beluuuum,” jawab murid-murid tersebut kompak.
Begitulah suasana edukasi mitigasi bencana yang dibawakan oleh Syakhruddin DN, salah seorang Perintis Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia di SDN Kompleks Sambung Jawa, Jumat, 20/12/2019.
Kegiatan ini merupakan bagian dari sosialisasi Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Sosial tentang Mitigasi Kebencanaan pada Satuan Pendidikan Melalui Program Tagana Masuk Sekolah.
Singkatnya, inilah kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS) yang dilakukan untuk mengenalkan Tagana dan tugas-tugasnya kepada masyarakat luas, sebagaimana telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Pandeglang, Banten Jawa Barat, 18/2/2019.
“Bencana itu punya matarantai yang panjang. Sebelum terjadi, saat terjadi, dan setelah terjadi,” jelas lelaki yang kini terdaftar sebagai pengajar pada Jurusan PMI Kessos, Fakultas Dakwah dan Komunilasi (FDK), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar itu.
Menurutnya, upaya-upaya mengurangi dampak bencana memang sudah harus dilakukan sejak dini, masuk ke sekolah-sekolah, melalui berbagai pendekatan. Ditambahkan, jika kegiatan untuk anak-anak maka akan lebih banyak bermain. Jika untuk pelajar SMA, tentu lebih pada pendekatan teknik memberikan pertolongan, sedangkan untuk mahasiswa lebih banyak pada pengembangan wawasan.
Syakhruddin, di hadapan anak-anak, menjelaskan beberapa jenis bencana, mulai dari bencana alam hingga bencana sosial. Ia memberikan penjelasan sambil melakukan simulasi. Sesekali ia bercanda, yang membuat suasana menjadi segar.
Tak ayal, kerap terdengar gelak tawa anak-anak jika ada tingkah dan gerakan yang menghadirkan kelucuan. Kegiatan yang dipusatkan di halaman sekolah itu termasuk bentuk kegiatan out door karena itu, lebih banyak bermainnya. Berbeda kalau kegiatan klasikal, yang menitikberatkan pada pemberian pemahaman.
“Kalau ada bencana, kuncinya jangan panik,” pesannya.
Kegiatan ini rupanya tak hanya menarik perhatian murid-murid tapi juga guru-guru. Aspek-aspek yang berkaitan dengan hak-hak anak juga dimasukkan sebagai pelaksanaan kegiatan ini.
Syakhruddin tak sendiri, ia datang bersama Lisna Dg Rannu dari Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam ( PSKBA), Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. Lisna mengajari murid-murid lagu dan gerak tentang Tagana Masuk Sekolah.
Sesekali ia memberikan penjelasan bahwa fungsi Tagana ada tiga, yakni penanganan pengungsian, logistik, dan penanganan psikososial. Disampaikan bahwa Tagana itu relawan kemanusiaan, seperti juga Basarnas dan PMI. Anak-anak kemudian dilatih bagaimana menolong korban.
“Tadi itu juga ada materi tentang teknik memberikan pertolongan dan evakuasi,” kata Lisna yang hadir dengan pakaian seragam lengkap Tagana.
Kepala SDN Kompleks Sambung Jawa (Kosamja), Fahmawati, S.Pd, menjelaskan bahwa jumlah keseluruhan siswanya sebanyak 462 anak. Jika semua anak hadir, betapa bermanfaatnya kegiatan ini. Anak-anak bukan hanya mendapat pengetahuan tentang bencana tapi juga bagaimana menyelamatkan diri dan membantu orang lain saat bencana.
“Ini merupakan cara kami mengisi aktivitas yang bermanfaat, sebelum penerimaan rapor,” kunci Fahmawati, yang memberikan apresiasi pada program Tagana Masuk Sekolah, Puncak acara ditandai dengan foto bersama dengan para Guru-guru Kosamja Makassar (Rusdin Tompo/Syakhruddin).