Perkawinan Ardiwansyah Tato dan Nurmadina di Kabupaten Majene sempat viral di media sosial, karena setelah sepekan menikah sang isteri perpulang kerahmatullah.
Pernikahan seharusnya menjadi momen bahagia yang
dirasakan bagi setiap pengantin. Tapi, tidak dengan pengantin pria asal
Sulawesi Barat ini yang dirundung duka, karena kepergian istrinya untuk selama-lamanya
setelah sepekan pasca pesta pernikahan.
Pengantin pria bernama Ardiwansyah Tato jadi viral setelah
kisah pilunya tersebar di media sosial. Diunggah oleh akun Instagram
@makassar_iinfo, Ardi ditinggal istri tercintanya, Nurmadina yang baru dinikahi
seminggu. Nurmadina meninggal diduga karena kelelahan saat resepsi pernikahan.
“Semua atas kehendak Tuhan. Pengantin wanita di Majane Sulbar ini pingsan akibat kelelahan saat resepsi, hingga masuk rumah sakit. Seminggu kemudian, si wanita meninggal dunia,” ungkap akun @makassar_iinfo yang menyertakan foto di suasana pemakaman.
Saat dikonfirmasi, pria yang tinggal
di Dusun Pettabeang ini menikahi Nurmadina pada Kamis (17/10/2019). Ardi
menceritakan perihal penyakit yang diderita istrinya, dan mengungkapkan salah
satu penyebabnya kelelahan saat resepsi pernikahan.
“Sebelumnya istriku tidak pernah sakit
seperti itu, 10 bulan saya kenal dengan istriku. Detik-detik lamaran dia sudah
mulai merasakan sakit, setelah diperiksa penyakitnya meningitis. Termasuk juga
kelelahan karena dirinya dipaksa terus pas di pelaminan,” ujar Ardi saat
dihubungi,
Kamis (31/10/2019).
“Hampir pingsan pas selesai pesta malam.
Besoknya langsung dirujuk ke rumah sakit. Tapi, masih keadaan sadar dan baik,
cuma masih agak drop. Dia sudah mulai tak sadarkan diri selama 7 hari. Saya
hanya bisa menemani istriku selama 7 hari di rumah sakit sampainya dia
meninggal,” cerita Ardi.
Istri Ardi menghembuskan napas terakhir di rumah
sakit tepat seminggu setelah pernikahannya. Selama di rumah sakit hingga
pemakaman, Ardi selalu berjuang mendampingi Nurmadina. Bahkan kondisi kesehatan
Ardi pun sempat drop karena menjaga istri tercinta.
“Selama di rumah sakit karena sempat ada
harapan dari dokter. Sudah bisa minum susu-susu makan bubur tapi melalui selang
lewat hidung. Selama di rumah sakit saya begadang terus jagai dan makan pun
tidak ada rasanya lebih-lebih mandi. Siang tidak pernah tidur, karena jadwal susu dan makannya harus tepat, tidak bisa istirahat karena
jadwal makan dan minum susunya tidak bisa terlewatkan. Makanya pada saat
pemakaman saya juga sempat drop karena tidak ada tenaga dan pusing karena
kurang darah,” terang Ardi (bs/syakhruddin)