Pesawat Lion Air PK-LQP jatuh di Laut Jawa sebelah utara Karawang, Jawa Barat. Pesawat ini diterbangkan oleh Pilot Bhavye Suneja dan kopilot Harvino dengan nomor penerbangan JT 610 dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang.
Pada pukul 06.32 WIB, pesawat itu hilang kontak
di perairan Karawang dan jatuh dari ketinggian 3.000 kaki di perairan Karawang.
Tim SAR bergerak, tak ada korban selamat hasil investigasi ini diungkap oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dalam jumpa pers di Kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Jumat (25/10/2019).
Jumpa pers ini dihadiri oleh Ketua KNKT, Soerjanto
Tjahjono, Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo serta
jajaran KNKT lainnya.
Sesuai aturan, KNKT harus mengeluarkan hasil investigasi sebelum satu tahun peristiwa.
Dalam kesimpulannya,
KNKT menyebut ada faktor-faktor yang berkontribusi dan saling berkaitan dalam
peristiwa jatuhnya Lion Air PK-LQP.
“Sembilan hal ini adalah sembilan hal yang
terjadi di hari itu yang terjadi kecelakaan. Apabila salah satu dari sembilan
hal ini tidak terjadi, mungkin tidak terjadi kecelakaan. Saling terkait satu
sama lain dan mengarah ke kecelakaan,” kata Kepala Sub Komite Kecelakaan
Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam jumpa pers.
Sebagai wujud perhatian yang tinggi krpada korban, pihak Lion membangun Monumen peringatan korban pesawat Lion Air PK-LQP.
Sejumlah tukang tampak mengerjakan fondasi bangunan di
Pantai Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
Selasa (29/10/2019).
Tarman Suparman, pengawas proyek, menuturkan
bangunan sepanjang 12,5 meter dan lebar 6,5 meter itu ditargetkan rampung dalam
dua bulan.
“Pembangunan dibiayai penuh oleh Lion Air,” kata Tarman saat ditemui ketika mengawasi pengerjaan, Selasa (29/10/2019).
Ada dua kemungkinan nama, kata Tarman. Pertama,
Monumen Keselamatan Transportasi Udara atau Monumen Lion Air. “Dalam bangunan, rencananya akan ada aula, toilet, dan monumen,”
ungkap Tarman.
Ia menuturkan, Lion Air membuat situs peringatan
insiden jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di
perairan Karawang 29 Oktober tahun lalu.
Pembangunan itu mengagetkan sejumlah keluarga korban.
Manurung, misalnya, mengaku baru tahu Lion Air membuat monumen saat mengantar
istri mendiang Martua Sahata, salah satu korban Lion Air, ke Pantai
Tanjungpakis.
“Kami pada dasarnya menyambut baik
(pembuatan monumen) kalau mereka (Lion Air) berkomunikasi. Saya baru tahu ada
pembangunan monumen dari warga tadi pagi.
Lion nggak ada pemberitahuan ke keluarga,” kata Manurung saat dihubungi via telepon, Selasa (29/10/2019). Manurung menuturkan warga setempat bercerita Lion membeli sebidang tanah untuk membuat monumen seharga Rp 80 juta.
“Kami (keluarga) baru tahu saat tabur bunga dan berdoa di Tanjungpakis,” ungkapnya. Tepat satu tahun lalu, pesawat Boeing 737 MAX 8 Lion Air jatuh di perairan Tanjungpakis, Karawang. Dalam insiden itu, 189 orang meninggal dunia. Hampir setahun lalu, jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat menjadi suatu tragedi