Video yang menunjukkan seorang pria mengaku bernama Ki Sabdo tengah melakukan ritual untuk pengamanan pelantikan Presiden Joko Widodo di Gedung Nusantara V DPR RI ramai dibahas.
Sekretariat Jenderal MPR menegaskan, hal itu bukanlah bagian dari perencanaan acara pelantikan.
“Dari Setjen tidak ada yang seperti itu,
apalagi dalam perencanaan. Nggak ada, nggak ada di rundown kita.
Perencanaannya nggak itu ya,” kata Sekjen MPR
Ma’ruf Cahyono di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta,
Jumat (18/10/2019).
Ma’ruf mengaku baru melihat video ‘ritual
pengamanan’ yang viral tersebut. Ia mengatakan pihaknya akan mengecek, bagaimana pria yang mengaku bernama Ki Sabdo itu bisa melakukan ritual di
gedung DPR/MPR.
“Ya tentu ini harus saya cek ya, kenapa kok sampai ada di situ. Tapi yang jelas yang kita persiapkan adalah hal-hal yang memang satu, secara teknis mendukung persidangan, yang kedua administrasi, yang ketiga substansial.
Jadi kalau hal-hal seperti ini, kan sama aja dengan hal-hal yang
memang semua kita juga ingin berdoa supaya lancar ya,” ujar Ma’ruf.
“Jadi saya kira kalau ini saya baru tahu,
tentu harus saya tanyakan kok bisa sampai ada di gedung.
Tapi bukan sesuatu yang salah menurut kita ya, tetapi artinya kan perlu dicek juga,” imbuhnya.
“Bukan arahan dari Istana,” kata
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin kepada wartawan di
hari terakhir lembaga Kantor Staf Presiden, Jumat (18/10/2019) malam.
Dilihat di video viral, Ki Sabdo melakukan
ritual di Gedung Nusantara V Kompleks Parlemen RI.
Segala nama lelembut dia sebutkan, yakni Nyai Roro Kidul, Nyi Blorong, Jin kayangan dan lain-lain. Semua itu dia panggil untuk mengamankan pelantikan Jokowi-Ma’ruf pada Minggu (20/10/2019) besok.
Tentu saja klaim tentang jin itu tidak bisa
dibuktikan. Terlepas dari kebenaran klaim itu, peristiwa kebudayaan semacam
yang dilakoni Ki Sabdo itu lazim dijumpai.
“Bagi kami itu adalah ekspresi dari kegembiraan yang harus kita berikan apresiasi dan terima kasih,” kata Ngabalin.
Ngabalin mengaku menjumpai hal serupa di tiga
kota berbeda di Pulau Jawa. Dia menganggap itu adalah khas budaya Jawa, bahkan
secara umum tiap-tiap suku di Indonesia punya kepercayaan yang mengandung aspek
magis.
“Di beberapa tempat juga dilakukan hal
serupa, di Jogja juga, saya mendapat telepon ada juga dari Solo yang melakukan
hal itu, di Bandung juga begitu,” kata Ngabalin(bs/syakhruddin)