Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, sedangkan kabel di daratan adalah sejauh 21.807 kilometer.
Palapa Ring merupakan jaringan serat optik pita lebar yang berbentuk cincin yang mengitari tujuh pulau, yakni Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua, serta delapan jaringan penghubung dan satu cincin besar yang mengelilingi Indonesia baik lewat dasar laut atau pun lewat daratan.
Basuki Yusuf Iskandar dalam uraiannya mengatakan, manfaat Palapa Ring bagi pembangunan Indonesia adalah: ketersediaan layanan komunikasi dari voice hingga broadband sampai seluruh kota/kabupaten, akan terjadi efisiensi investasi yang akan mendorong tarif telekomunikasi semakin murah.
Terjadi percepatan pembangunan dalam sektor komunikasi khususnya di Indonesia Bagian Timur, dan akan mendorong bertumbuhnya varian penyelenggara jasa telekomunikasi dan jasanya, keberadaan aplikasi seperti distance learning, telemedicine, e-government, dan aplikasi lainnya, dapat diimplementasikan hingga mencapai kota/kabupaten.
Sementara itu, XL Axiata dan Indosat Ooredoo selama ini bersaing sengit di industri telekomunikasi seluler. Namun demi memenangkan tender Palapa Ring, kedua operator harus menepikan ego sejenak dan menggalang kekuatan.
Satu perusahaan lainnya yang masuk dalam
konsorsium XL-Indosat tersebut adalah PT Alita Praya Mitra. XL akan menduduki
posisi lead consortium,
Indosat co-lead consortium sedangkan
Alita sebagai member consortium.
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengungkapkan, pihaknya kini tinggal menunggu Request For Proposal (RFP) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang akan keluar pada 23 November 2015.
“Jadi tahap yang sudah kami lalui di Palapa Ring ini adalah pra kualifikasi, selanjutnya pembentukan konsorsium itu juga sudah oke dan sudah mendapatkan persetujuan.
Sekarang tinggal menunggu RFP dari pemerintah. Karena sebelum kita tahu RFP-nya untuk tahu detail project ini, kita belum bisa memperkirakan bagaimana business model dan sebagainya,” jelas Dian.
Konsorsium peserta tender Palapa Ring sendiri
harus ada pemain lokal. Dimana anggota lainnya harus memiliki kemampuan
mengoperasikan jaringan.
“Ini kan high profile
project, dengan struktur seperti ini baru
pertama kali, jadi harus serius, sinergi dan complimentary,” lanjut Dian.
Pemerintah sendiri tidak mewajibkan peserta
tender untuk membuat konsorsium. Jika ada yang membentuk konsorsium pun harus
bisa bersinergi dalam jangka waktu yang lama, 15 tahun.
“Karena membuat sub marine
cable ini bukan pekerjaan mudah,
makanya kita perlu partner. Selain itu susah juga kita harus mengoperasikannya
sendiri, apalagi di pulau-pulau terpencil, yang mungkin mendengar namanya saja
kita belum pernah, power dan infrastruktur yang lain juga belum tentu ada. Jadi
akan lebih mudah jika kita membuat konsorsium,” Dian menjelaskan.
Tender Pelapa Ring ini pun disebut Dian lebih
menjanjikan. Sebab ada penjamin untuk investasi yang telah dikeluarkan. Jadi
misalkan pemerintah berubah pikiran atau dana USO tak keluar-keluar maka ada
penjamin.
“Jadi badan usaha yang dibentuk konsorsium
ini akan tetap mendapat pembayaran. Optimisis tiga paket itu akan dimenangkan.
Ini kan salah satu
persoalan negara, jadi kita harus turut serta. Demi merah putih,”
tandasnya.
Dalam tender Palapa Ring ini, pemerintah
berencana untuk membuka akses di sekitar 56 ibu kota kabupaten yang masih
terisolir jaringan broadband serat optik. ”Nanti tendernya ada di barat Natuna, tengah
Miangas, Maluku utara. Sedangkan daerah lain akan dilakukan oleh operator.
Semua harus selesai 2018,” kata Menkominfo Rudiantara.
Dari delapan perusahaan yang telah lolos tahap
prakualifikasi proyek pembangunan backbone serat optik senilai USD 230,64 juta
itu, tiga di antaranya merupakan operator telekomunikasi, yakni Telkom, Indosat,
dan XL Axiata.
Selain itu, ada
beberapa konsorsium gabungan beberapa perusahaan. Kedelapan perusahaan yang
lolos tersebut dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan pembagian tiga paket
proyek Palapa Ring jilid dua, yakni Paket Barat, Paket Tengah dan Paket Timur.
Pada paket Barat yang mencakup lima
kabupaten/kota di Indonesia Barat dengan bentangan serat optik di laut
sepanjang 1.122 km dan diestimasi menelan biaya sebesar USD 40,39 juta.
Pada paket Tengah yang meliputi 17
kabupaten/kota di Indonesia bagian barat dengan bentangan serat optik di darat
serta laut sepanjang 1.676 KM, diestimasi akan menelan dana USD 47,08 juta.
Terakhir pada paket Timur yang meliputi 35
kabupaten/kota di wilayah timur sepanjang 5.681 KM di laut dan darat dengan
perkiraan proyek USD 143,18 juta.
Penyelenggara Palapa Ring nantinya ditargetkan
dapat menyediakan kecepatan akses minimal 20 Mbps di perkotaan dan 10 Mbps di
pedesaan.
Proyek Palapa Ring akan dikerjakan melalui skema
kemitraan pemerintah dengan badan usaha (KPBU) berdasarkan Perpres No. 38/2015
tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (bs/syakhruddin).