Bagi penjual kopi keliling,
demo mahasiswa berarti ada tambahan penghasilan. Demo mahasiswa memberikan
berkah bagi penjual kopi bersepeda alias Starling (Starbucks Keliling). Omzet
mereka meningkat dua kali lipat.
Mahmud misalnya, dia baru sejam berjualan di pinggiran jalan
Gatot Subroto. Namun sejak dia datang sepedanya sudah dikerubuti para pembeli, bukan
hanya mahasiswa tapi juga aparat yang tengah bertugas.
“Baru banget sampe, sejam lah,” tuturnya Selasa
(24/9/2019).
Secara kasat mata kita dapat melihat pada setiap lokasi strategis di suatu daerah mulai bermunculan kedai-kedai kopi yang bernuansa klasik yang di peruntukkan untuk kaula muda baik mahasiswa atau para eksekutif
Banyak keragaman secara filosofis yang dapat ditemukan dalam secangkir kopi.
Disisi lain, kopi juga sebagai santapan pagi hari bagi beberapa orang baik laki-laki maupun perempuan.
Dilihat dari data produksi kopi tahun ke tahun, menurut Sekertariat Direktorat Jenderal Pertanian, produksi kopi Indonesia juga mengalami kencenderungan peningkatan produksi pada periode 1980-2016 dengan rata-rata pertumbuhan produksi kopi mencapai 2,44%.
Hal ini menggambarkan bahwa ketertarikan nilai jual kopi setiap tahunya meningkat. Tidak heran apabila banyak anak-anak dengan usia muda mulai dari 17 sampai 25 tahun mulai menikmati secangkir kopi pada kedai-kedai tersedia.
Dengan mengesampingkan kedai-kedai kopi bernuansa klasik yang banyak tersedia di kota-kota besar.
Kita tidak boleh lupa, bahwa banyak juga kita temukan tepat dipinggiran jalan besar orang-orang yang tergolong tua menjual kopi kemasan dengan menggunakan sepeda.
Namun kesan, kotor dan kumuh kerap kali hadir sebagai pewarna bagi para pedagang-pedagang kopi kemasan tersebut.
Pedagang minuman keliling menggunakan sepeda merupakan pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang sangat tahan banting.
Berdasarkan pengalaman, keberadaan penjual aneka minuman seperti kopi, teh, sirup, rokok, dan lainnya, tak pernah mati meski dihajar krisis moneter berkepanjangan.
Pedagang tangguh ini juga tak pernah menyerah meski kesehariannya sering diuber-uber jajaran Satpol-PP DKI Jakarta yang bertugas menegakkan ketertiban umum.
“Alhamdulillah, saya berdagang jualan kopi bisa menghidupi istri dan anak di kampung,” tutur Rahman, pedagang yang tiap hari mondar-mandir menggunakan sepeda di kawasan Monas dan Kebon Sirih,
Dari pekerjaan yang ditekuninya sejak lima tahun lalu, dia rata-rata tiap hari memperoleh keuntungan sekitar Rp 150 ribu.
“Kalau dikumpulkan tiap bulan, penghasilan dagang minuman lebih besar dibandingkan pekerja pabrik dengan upah UMP Rp 3,1 juta,” tambahnya. Bila ada demo, penghasilan tentu akan semakin meningkat, Mahmud berprinsip, dimana orang banyak berkumpul berarti disitu pasti ada yang mau minum kopi