Pemerintah Kota Makassar melalui Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Kota Makassar, melaksanakan kegiatan, Bimbingan teknis (Bimtek) Pembakuan nama-nama rupabumi unsur buatan”
bertempat di Hotel Ramedo, Jalan Andi Djemma (Landak Baru) No.112 C Makassar.
Kegiatan digagas bidang pemerintahan Pemkot Makassar, diikuti 11 kelurahan se-Kecamatan Tamalate, berlangsung Senin 4/3-2019.
Bimtek menampilkan dua narasumber, masing-masing Prof. DR H Aminuddin Salle dan Kepala Biro Pemerintahan Kantor Gubernur Sulsel, Drs. Hasan Basri Ambarala, SH,MH.
Aminuddin Salle dalam paparannya, mengajak peserta bimtek untuk menuliskan rupabumi (Toponini) di daerahnya, agar kelak dapat memiliki peta induk, baik itu terkait rupabumi alamiah maupun buatan manusia.
Menurut Aminuddin Salle yang banyak menulis tentang budaya dan kearifan lokal Bugis/Makassar mengatakan.
Abad ke-18, kita telah memiliki rupabumi berupa budaya tulis “Lontarak” dapat bentuk “Appasulapa”. Permasalahannya, kita yang lahir pada generasi belakang, terkadang malas menulis dan lebih dominan budaya tutur (bicara).
Dikisahkan, beliau saat berkunjung ke Belanda, menyaksikan bagaimana “Lontarak” milik nenek moyang kita dahulu, terpelihara dengan baik, dalam perpustakaan Belanda.
Termasuk hakekat dan makna dari “Walasuji” dalam bentuk “Huruf Lontarak ZA” yang bermakna “Appasulapa”
Bila hal ini di kupas lebih mendalam, maka kita menemukan, kearifan lokal dan kepandaian para pendahulu, yang dilambangkan dalam empat sifat yaitu ; Siri, Sipakatau, Sipakalabbiri, Sipammalingmalingi”
Inilah mulai terserabut dari akar budaya, dan generasi kita menggantikan dengan budaya luar, yang tidak sesuai dengan kondisi lokal.
Karena itu, kami mengajak kepada peserta bimtek, kembali menuliskan sejarah masing-masing, dengan bertumpu pada “appasula” yang kadang diartikan pula sebagai,
perlambang angin yang berembus sejuk, api yang berkobar, siri atau rasa malu kalau tidak cerdas, serta sifat air yang selalu merasa rendah hati.
Andaikata kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan keseharian, begitu banyak hal yang perlu kita tuliskan, termasuk didalamnya, nama-nama kampung/kawasan tempat kita bermukim.
Contohnya, kenapa disebut dengan nama Kampung Maccini Sombala, Kampung Mangasa, Rappocini, Jongaya atau Barombong.
Hal ini tentu ada sejarahnya. Karena itu, kepada bapak dan Ibu, sebagai tokoh masyarakat, diminta untuk mampu menuliskan kembali sejarah masa silam untuk dibukukan oleh Biro Pemerintahan Kota Makassar sebagai realisasi dari keputusan pemerintah.
Seperti diketahui, Pemerintah Kabupaten Gowa telah menyerahkan sebagian daerahnya, kepada Walikota Makassar, pada tanggal 17 November 1971.
Ketika itu, Walikota Makassar dijabat oleh (Alm) HM Daeng Patompo.
Para peserta bimtek, kembali dicerahkan dengan kisah perjalanan budaya bangsa, tentang orang Jepang.
Ketika Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Sekutu, Jepang menyatakan kalah perang. Maka Jepang memproklamirkan diri, Jepang bertekad untuk melestarikan budaya dan menjadikan Jepang untuk seluruh dunia.
Hasilnya, sampai saat ini, budaya di Jepang tetap lestari dan produksi Jepang merambah keseluruh dunia, dalam bentuk mobil maupun alat elektronik,
tutur Aminuddin Salle, yang saat ini mengembangkan pendidikan luar sekolah dan melatih anak-anak di sebuah rumah yang disebut “Balla Barakka ri Galesong”
Sementara pada sesi kedua, Peserta bimtek, mendapatkan pencerahan dan berbagai informasi tentang rupabumi (Toponini) dari Kepala Biro Pemerintahan Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. Muhammad Hasan Basri Ambarala, SH,MH
Rupabumi (Toponini) dalam Bahasa Yunani, dimaksudkan untuk memberi nama-nama daerah/kawasan. Baik itu alamiah seperti sungai, gunung dan lain-lain maupun yang sifatnya buatan, contohnya bendungan atau pembangunan kawasan perumahan, itu perlu diberi nama.
Sebagai contoh, tentang pentingnya rupabumi (Toponini), terhadap kasus “Pulau Kawe-kaweang” yang nyaris diadopsi Provinsi Sulawesi Tenggara.
“Saya katakan, nenek moyang anda dari mana ??? kataku kepada pejabat pemerintahan dari Kendari. Dari Sulawesi Selatan, jawabnya.
Makanya, jangan ambil pulau itu, itu punya nenek moyang. Saya kira kalau pulau itu diambil, namanya akan berubah, pulau Calabai, tuturnya yang disambut geerr oleh peserta bimtek.
Mengakhiri penjelasannya, Hasan Basri yang pernah menjadi dua kali camat di Kota Makassar, menegaskan tentang rupabumi atau Toponini.
Dikatakan, ada empat hal penting dalam penyusunan rupabumi atau Toponini yaitu ; Adanya kelembagaan, sumberdaya manusia, tata kerja dan program serta anggaran yang mendukung, Ungkap Hasan Basri mengakhiri ulasannya.