Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), DR H Abd Rasyid Masri,S.Ag M.Pd,M.Si,MM bersama 12 orang anggota rombongan lainnya, tiba kembali di tanah air.
Selasa (1/8) kembali melaksanakan tugas sebagaimana biasanya, termasuk berjamaah dengan keluarga besar FDK, di Masjid Al-Rasyid Kampus FDK Bermartabat di Samata-Gowa.
Kedatangan dekan dan rombongan, tentunya tak lupa membawa ole-ole untuk para dosen dan jajaran pegawai di lingkungan FDK, khususnya para jamaah.
“Kelapa dan bambu di Cina” diolah sedemikian rupa, sehingga bernilai jual yang sangat tinggi, pantasnya saja negaranya maju, karena warganya kreatif”
Bahan baku bambu, bisa dijadikan untuk obat kuat atau tahan tidak makan, ada juga yang bisa dijadikan untuk pisau cukur”
“Saya beli satu, untuk membersihkan jenggot dan bulu-bulu lainnya, ungkap dekan disambut senyum dikulum bagi pendengarnya.
Sementara itu, Wakil Dekan II, DR H Mahmuddin, M.Ag menuturkan, jumlah anggota rombongan, terdiri dari lima grup, khusus dari FDK sebanyak 12 orang.
Ditanya tentang biaya perjalanan, tiap peserta membayar Rp 5 juta rupiah, dan itu sangat murah untuk waktu lima hari.
Selain itu, daerah yang dikunjugi di Cina, ternyata disubsidi oleh pemerintah setempat, jadinya harga murah, katanya.
“Kemajuan masyarakat Cina memang perlu di tiru, bagaimana memanfaatkan potensi lokal, seperti bambu dan kelapa.
Bahannya dibuat sedemikian rupa, untuk keperluan warga, baik untuk pembuatan obat herbal maupun untuk karya seni lainnya.
Ditambahkan, dalam perjalanan pulang ke tanah air dan transit Bandara Surabaya, dua anggota rombongan tertinggal, yaitu Dr. Sakaruddin dan Dr.Kamaluddin Tajibu.
Keduanya sempat ngopi di salah satu tenant di Bandara Surabaya tanpa memperhatikan jadwal pemberangkatan.
Akibatnya, “keduanya ketinggalan pesawat dan nanti berangkat pada pukul 05.00 pagi tadi, dengan pesawat Lion yang berbeda, hanya saja, keduanya harus merogoh kantong dan menambah Rp 1 juta rupiah”,
Ini pelajaran berharga untuk perjalanan berikutnya, tutur Mahmuddin kepada Kajur Ikom,Dra. Ramsiah Tajuddin yang diamini pendengar lainnya.