Sepeda butut yang digunakan pergi dan pulang, mengerjakan pendingin ruangan (AC), di Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, khususnya pada Fakultas Bermartabat, telah mengantarnya menjemput maut.
Dalam musibah kecelakaan lalu lintas tunggal, di Kawasan Antang, dekat POM Bensin. Di Daerah ini, merupakan kawasan padat pengendara, terlebih banyak sapi berkeliaran pada pagi dan sore hari.
Kecelakaan lalu lintas yang menimpa Bapak Mukhtar, (Kakek sebatangkara yang berprofesi sebagai pekerja AC di FDK), bermula dari seorang pengemudi Bentor (becak Motor) yang membawa spandek.
Karena spandeknya miring, maka ia berniat untuk meminggir, namun naas bagi sang Kakek, disaat meminggir itulah, spanduk yang tajam mengenai leher sang kakek yang sedang mengacuh sepeda bututnya.
Semasa hidupnya, Mukhtar bersahabat dengan Bapak Pomo dalam mengerjakan AC. Sayang sekali Mukhtar belum tuntas menyelesaikan tugasnya di FDK Bermartabat, musibah telah menimpa dirinya, bertetapan pada hari Sabtu 22 Juni 2018 sekitar Pukul 16.00 Wita.
Kakek Mukhtar, menemui Sang Khalik dengan takdir kecelakaan lalu lintas, karena menabrak pembawa spandek yang tajam dan mengenai batang lehernya.
Korban menghempaskan nafas terakhir, dengan sayatan spandek yang dibawa oleh pengendara Bentor.
Peralatan yang biasa digunakan untuk mengerjakan AC, ditaruh disisi kepalanya, saat korban diangkut menuju ke rumah kediamannya. Semasa hidupnya Mukhtar bersahabat dengan Bapak Pomo.
Mukhtar dengan perawakannya tinggi dan rambut yang sudah memutih, menunjukkan bahwa, usia kakek ini berada di kisaran 6o tahun.
Namun semangatnya dalam bekerja, penuh dengan disiplin dan tanggungjawab yang tinggi.
Dikala gema suara adzan di Masjid Al-Rasyid Kampus Bermartabat, dengan spontan ditinggalkan pekerjaannya, langsung mengambil air wudhu dan ikut berjamaah bersama Keluarga Besar FDK.
Almarhum berbaur dalam satu shaf, walaupun posisi yang selalu di pilih pada bagian belakang. Bahkan menjelang akhir hayatnya, masih sempat berjamaah dengan Abd Wahid Daeng Ngawing (Dosen LB pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi).
Sepekan sebelum meninggal, sang kakek duduk disamping kiri kantor, sambil mengipas-ipas wajahnya, saat penulis bertanya ” Tunggu siapa Pak ??? ” ujarku dalam dana tanya.
“Anu Pak, mau kerja AC-nya Pak Capi, tapi saya tunggu teman dulu” katanya sambil tersenyum di kulum, ternyata itu adalah senyum terakhir yang pernah Penulis saksikan di kampus bermartabat.
Menurut Kepala Kantor FDK, Capi,S.Sos pekerjaan pembenahan AC belum tuntas, bahkan honorpun belum dibayarkan, hingga maut datang menjemputnya, diambang senja di Kawasan Antang dalam suatu kecelakaan lalulintas.
Lain halnya dengan Direktur Radio Syiar, DR Irwanti Said, M.Pd menuturkan pengalamannya, “Sekali waktu Pak Mukhtar, mohon untuk mengerjakan AC Radio Syiar,” sarannya, supaya radio dimatikan dulu baru dikerjakan AC-Nya.
Sebelum maksudnya terwujud, sang Kakekpun berlalu menghadap pemilik “Dingin” yang sesungguhnya.
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah keluarganya, di BTN Angkatan Laut dekat Pompa Bensin Antang, disini isterinya dan Bapak Capi,S.Sos yang mendatangi rumah duka sekaligus memberikan honornya, Selamat jalan Sang Kakek, Innalillahi wainna ilahi rajiun.
Tulisan Syakhruddin Tagana (Dari berbagai sumber)