Oleh : H.Syakhruddin.DN (Perintis Tagana Indonesia)
Hp 081 2424 5938
Perjalanan panjang TAGANA (Taruna Siaga Bencana), kini memasuki usia ke-14, tepat pada tanggal 24 Maret 2018. Banyak hal telah dilakukan TAGANA, dalam upaya penanggulangan bencana, baik sebelum bencana, saat bencana maupun pasca bencana.
Kilas balik perjalanan sejarah TAGANA, berawal atas kesadaran seorang pegiat penanggulangan bencana di “Departemen Sosial” (Nama waktu itu), bernama lengkap Drs. Andi Hanindito,M.Si, yang belakangan kami sering menyapa, Panglima Tagana Indonesia.
Beliau bersama jajarannya, merumuskan akan pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Kemudian ditindaklanjuti, dengan pembicaraan banyak unsur relawan dari berbagai komponen, termasuk pengurus Karang Taruna Nasional yang saat itu diketuai oleh Dody Susanto, saat itu kurang setuju dengan hadirnya TAGANA, dengan alasan “Untuk apalagi ada TAGANA, karena sudah ada “Karang Taruna”
Akan tetapi rumusan tentang TAGANA sudah mantap, akhirnya para perencana kegiatan di Salemba Raya No 28 Jakarta menyepakati, didirikannya relawan penanggulangan bencana, yang pembinaannya oleh Departemen Sosial (nama waktu itu).
Maka pada tanggal 24 Maret 2004, di BBPKS (Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) Lembang-Bandung Jawa Barat, merupakan pioner dan para perintis terbentuknya Tagana Indonesia.
Selanjutnya mengikuti Pemantapan Tagana di Hotel Lembang Jawa Barat, diikuti utusan 33 provinsi se-Indonesia.
Kala itu, dengan penuh keterbatasan, berkumpullah 50 pemuda pegiat penanggulangan bencana, untuk berlatih bersama dan menamakan dirinya, Taruna Siaga Bencana atau yang dikenal sekarang dengan nama TAGANA.
Mereka membulatkan tekad, untuk memberikan yang terbaik untuk negeri ini, dalam penanggulangan bencana. Kegiatan pembinaan terus berlanjut dari tahun 2004 hingga Pemantapan Tagana se-Indonesia tahun 2006, dan hal inilah mengundang tanya, dari sebagian pionir Tagana Indonesia.
Siapakah yang sebenarnya menjadi Perintis sejati, karena ada yang hadir pertama kali, saat merumuskan TAGANA di BBPPKS, namun tidak hadir pada saat pemantapan di Hotel Lembang tahun 2006.
Padahal momentum di Hotel Lembang Bandung, merupakan awal pemberian tolkit Tagana secara lengkap dalam satu tas biru, diterima langsung dari Bapak (Almarhum) Purnomo Sidik.
Beruntung sekali, Penulis hadir pada dua kesempatan, terutama Penulis sebagai utusan Provinsi Sulawesi Selatan.
Tahun 2004, Penulis bersama Andi Syafri Sulo dari Karang Taruna Sulawesi Selatan dan pada kegiatan Pemantapan tahun 2006 di Lembang Jawa Barat, Penulis bersama Muhlis Moed, hasil pelatihan angkatan pertama dari Sulawesi Selatan.
Beruntung Sdr. Muhlis Moed, sejak 2006 sampai saat ini masih terus eksis dalam berbagai kegiatan TAGANA, dan menjadi instruktur di berbagai pelatihan, baik di masyarakat maupun yang dilaksanakan di kampus-kampus di Sulawesi Selatan.
Masih jelas dalam ingatan, pada saat di Lembang-Jawa Barat, Bapak Iyan Kusmadiana bertindak selaku komandan upacara pada acara pembukaan di lapangan BBPPKS Lembang dan Bapak Safei Nasution sebagai utusan dari Jawa Barat.
Kini keduanya menjadi telah menjadi Kasubdit di Kementerian Sosial, sementara penulis sudah purnatugas dari Dinsos Prov. Sulsel, namun masih aktif membina Tagana di Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
Taruna Siaga Bencana (TAGANA), adalah relawan sosial terlatih yang berasal dari masyarakat, mereka memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
Tugas pertama Tagana dalam penanggulangan bencana nasional, adalah pada saat penanggulangan bencana di Meulaboh–Aceh Selatan.
Kala itu, 21 pesonil Tagana dari Provinsi Sumatera Utara, mengawali kegiatan dengan fokus pada logistik, shelter dan pendampingan psikososial.
Sejak itulah, keberadaan dan eksistensi Tagana dapat menjawab keraguan sebagian pihak. Dewasa ini, Tagana sudah menjadi front liner penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial, membantu pemerintah, khususnya Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Melalui Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 28 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Tagana dan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 29 tahun 2012 tentang Tagana.
Melalui pembaharuan Peraturan Menteri Sosial Nomor : 82 tahun 2006 tentang Tagana.
TAGANA lebih jelas eksistensinya dan pembinaannya, serta pengembangan tugas, mulai logistik, shelter, pendampingan psikososial dan bahkan advokasi sosial korban bencana.
Dengan dukungan berupa peralatan, mobilisasi Rescue Tactical Unit (RTU) 495 unit, Mobil Dapur Umum Lapangan 449 unit, Mobil Truk 210 unit, Tangki Air 169 unit, Water Treatment 18 unit dan Motor Trail 589 unit.
Serta buffer stock, peralatan penanggulangan bencana lainnya, kini tersebar di seluruh Indonesia dan telah disiapkan Kementerian Sosial RI untuk kelancaran pelaksanaan tugas, data ini tercatat resmi dan telah dipublish pada ulang tahun Tagana ke-12.
Tentunya sekarang sudah semakin meningkat dan maju, bahkan sudah akan dilengkapi dengan kendaraan motor viar yang akan menembus lorong dan gang yang sempit.
Kini Tagana sudah berkembang menjadi besar, baik jumlah personil Tagana dan kiprahnya hampir di seluruh kejadian bencana di Indonesia, mereka hadir pada kesempatan pertama, karena mereka ada di mana-mana, tersebar dipelosok negeri ini.
Sehingga apa yang dinyatakan, ketika Menteri Sosial Republik Indonesia saat dijabat Khofifah Indar Parawansa menginstruksikan, Tagana satu jam, harus ada di lokasi bencana.
Tagana pasti ada, karena mereka masyarakat biasa, ada di seluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tagana telah menjawab dengan strategi, “turn back tocommunity”dan Tagana mempunyai “Sahabat Tagana” yang keberadaannya, lebih dalam lagi yaitu ada di keluarga, kelompok masyarakat bahkan perorangan.
Keberadaan KSB (Kampung Siaga Bencana), di lokasi rawan bencana, dimana Tagana sebagai fasilitatornya, telah menambah jangkauan Kementerian Sosial RI dengan upayanya dalam mengembangkan pendekatan CBDM “Community Bases Disaster Management”
Upaya pengembangan Tagana, telah banyak dilakukan, baik dalam maupun luar negeri, seperti dengan “Community Emergency Management Institut Japan (CEMIJ)”.
Kini tiba saatnya, merealisasikan keinginan Kementerian Sosial RI dan Tagana di Seluruh Indonesia, untuk melakukan “Nota Kesepahaman dengan pihak-pihak yang selalu bekerjasama di lapangan, yaitu Badan SAR Nasional, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika serta Palang Merah Indonesia.
Kami yakin, nota kesepahaman Kementerian Sosial Republik Indonesia, dengan ketiga lembaga dimaksud, akan lebih memayungi, upaya yang selama ini Tagana lakukan dan memberikan motivasi baru kepada seluruh Tagana di Indonesia, bahkan dewasa ini telah dijejaki kerjasama dengan Pengurus Pusat dari pihak Pramuka (Praja Muda Karana) Indonesia.
Untuk mendukung pelaksananan tugas Tagana, maka hari ini, kita akan canangkan oleh yang terhormat, Menteri Sosial Republik Indonesia, disaksikan para undangan tentang “Sahabat Tagana” dan “Tagana Tactical Information System (TACTIS), itulah kenangan abadi bersama Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pada Ultah Ke-12 di Tagana Training Center di Sentul Jawa Barat.
Dan satu hal yang sangat membahagiakan, karena hingga dilaksanakannya Puncak Peringatan Tagana ke-14, Kementerian Sosial RI telah berhasil membentuk 587 KSB (Kampung Siaga Bencana), hal ini menunjukkan bahwa realisasi dari program satu jam sesudah bencana Tagana sudah ada di lokasi, secara matematika tentu dapat direalisasikan.
Selanjutnya pada Ultah TAGANA ke-13 di Kepulauan Seribu Jakarta Utara, Mensos menyematkan “PIN” kepada para Perintis Tagana Indonesia sebanyak 66 orang, dan alhamdulillah, Penulis mendapat kehormatan mewakili kawan-kawan perintis se-Indonesia.
Pemberian “PIN PERINTIS” sebagai realisasi dari kesepakatan pada saat berlangsungnya Jambore Tagana di Balikpapan, ditandai dengan pengibaran Bendera Relawan terbesar yang mendapatkan “Record Muri” dan piagamnya diterima langsung Direktur PSKBA, Bapak Adhy Karyono (Jabatan pada saat itu).
Dalam kondisi kami menerima penghargaan seperti ini, kembali terkenang akan rekan-rekan kami yang telah gugur dalam pemberian pertolongan terutama pada kasus Gunung Merapi`
Kelima anggota Tagana yang gugur tersebut yakni Slamet Ngatiran, warga Ngrangkah, Umbulharjo, Sleman, Juprianto, warga Banjarsari Glagaharjo, Sleman, Samiyowarga Srunen Glagahharjo, Sleman, Arianto Prasetyo, warga Srunen Glagaharjo Sleman dan Supriyadi warga Banaran Galur, Kulon Progo.
Kelima almarhum adalah relawan sekaligus pahlawan kemanusiaan. Mereka gugur saat membantu sesama manusia ketika terjadi erupsi Merapi 2010 lalu, dan kepadanya setiap kami berulang tahun selalu membacakan “Ummulkitab-Al fatihah”
Mensos Idrus Marham akan menjadi Irup :
Menteri Sosial Idrus Marham, diharapkan bertindak selaku Irup pada upacara Hari Ulang Tahun ke-14, yang menurut rencana akan diperingati di Kebumen pada tanggal 30 Maret 2018.
Ini merupakan kesempatan perdana bagi Tagana se-Indonesia untuk bersilaturahmi dengan utusan Tagana dari 33 provinsi di tanah air, terutama para Perintis Tagana Indonesia, yang telah membubuhkan tanda tangan, pada saat pembentukan Tagana di Lembang Jawa Barat tahun 2004.
Rangkaian perjalanan panjang Tagana, khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan di ulang tahunnya ke-14, telah selesai melakukan “bedah rumah” milik seorang guru honor bernama Nuraeni, lokasi Dusun Kacci-Kacci Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa-Sulawesi Selatan.
Diharapkan model dan upaya Tagana Provinsi Sulawesi Selatan, dapat melaksanakan kegiatan yang sama, dimasing-masing provinsi, sehingga pada saat peresmian ulang tahun secara nasional, maka Menteri Sosial dapat meresmikan.
“Pada hari ini, di ulang tahun TAGANA, kami resmikan penggunaan 33 buah rumah, hasil bedah rumah dari anggota Tagana se-Indonesia”, dan hal ini tentunya ada seiring dengan tema peringatan, “Pengabdian 14 tahun Tagana, sebagai momentum untuk meningkatkan karya nyata bagi negeri”.
Selamat ulang tahun Tagana ke-14, tanggal 24 Maret 2018, “Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami”
Selanjutnya menurut rencana, upacara pucak peringatan direncanakan di Kabupaten Kebumen, sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Sebelah Selatan Kabupaten Kebumen adalah Samudera Hindia, Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Sedangkan sebelah timur Kabupaten Kebumen berbatasan dengan Kabupaten Purworejo.
Sampai jumpa di lokasi pelaksanaan upacara peringatan dan selamat kepada Mas Dandung di Samarinda, karena berhasil membuat desain “Logo Peringatan ke-14 Taruna Siaga Bencana Indonesia, tetaplah “Semangat Pagi” dan Are you ready ???