SYAKHRUDDIN.COM – Pernik-pernik perjalanan Safari Ilmiah Jurusan PMI Kessos ke Malaysia, Singapura dan Batam di rangkai dalam laporan berikut :
Pelaksanaan Safari Ilmiah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Rabu (19/7) menuju Kuala Lumpur, Malaysia dan Kepulauan Batam.
Para anggota rombongan yang terdiri dari 28 orang mahasiswa dan dosen dipimpin langsung Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, DR.H.Abd Rasyid Masri, S.Ag,M.Pd,MM,M.Si di dampingi Ketua dan Sekretaris Jurusan PMI/Kessos, Dra St Aisyah. BM, M.Sos.I dan DR. Syamsuddin.AB,M.Pd
Dengan pesawat Air Asia Flight AK-331 berangkat dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros Pukul 11.20 Wita dan mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Malaysia bersama Travel Cakrawala Makassar dibawah koordinasi Pak Asriadi alias ADI.
Saat boarding di Makassar, ada seorang anggota rombongan yang terlambat datang, Sdr. Heru Cahyadi yang ditugaskan untuk menjaga barang bawaan milik Dosen Abd. Rahman Wahab Daeng Ngawing.
Sayang sekali peserta ini terlambat datang terpaksa tugasnya diambil alih Wahyu Alwi, yang sekaligus bertugas dipintu masuk bandara dan menyampaikan informasi melalui Handy Talky (HT).
Lain halnya dengan Irwan Mawardi, baju rombongan yang berwarna coklat yang dibeli dari Ketua HMJ dengan harga Rp 70 ribu rupiah tidak di bawa serta dan di taruh di bagian bawah sadel motornya.
Akhirnya satu-satunya peserta yang tidak seragam adalah Irwan Mawardi, hal ini karena yang bersangkutan tidak pernah ikut pertemuan awal bahkan yang bersangkutan tidak mengikuti pra-PPL di Yayasan Baji Ateka Sulawesi pada LKSA Nur Muhammad Tanjung Bunga Makassar, sehingga banyak informasi yang tidak di serap dengan baik.
Tiba di Bandara Kuala Lumpur, setelah klaim bagasi selanjutnya dijemput Sdr Habibi, Tour Leader dari Cakrawala Perwakilan Malaysia dengan bus berwarna biru untuk 40 seat.
Perjalanan dilanjutkan sembari menikmati “Burasa dan Tempe Goreng” yang dibawa oleh Sdr. Miftahul Khaera alias Mikha yang menemani Ibu Aisyah tidur sekamar, sekaligus merangkap sebagai asisten.
Rombongan dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju “Sirkuit Sepang” setelah puas foto-foto lalu menuju ke Jembatan “Putra Jaya” dan sholat jamak Ashar dan dhuhur di Mesjid Putra Jaya” kemudian menuju ke Menara Kembar Petronas.
Sebelum check in, singgah santap malam di Kedai di Jalan Tuanku Abd Rachman dan menikmati masakan Tomyang lalu menuju Neotelhotel untuk istirahat.
Di Neotelhotel, Penulis mendapatkan kamar 326 dengan fasilitas untuk dua orang, satu hal yang perlu dicatat, bahwa setiap keluar negeri, sedapat mungkin membawa alat cas dengan lobang tiga.
Bilamana tidak membawa perangkat tersebut, maka dapat dipastikan bahwa peralatan elektronik anda akan mengalami kesulitan untuk mengisi batu batereinya.
Walaupun hal ini sudah dijelaskan sejak pembekalan namun masih saja tidak menggubrisnya, akhirnya kesulitan sendiri.
Namun selalu ada jalan keluar untuk setiap kesulitan, untuk mensiasati masalah tersebut, maka pada lobang tiga ditusuk dengan lidi atau pulpen bagian atas lalu dorong yang kabel dua maka persoalan dapat disiasati, hanya saja tetap tidak terlalu sempurna dan berlaku pada situasi darurat.
Sepanjang perjalanan, Habibi yang menjadi Tour Leader banyak memberikan Informasi seputar perekonomian Malaysia dengan segala kemajuan yang telah dicapai.
Termasuk beberapa joke-joke yang menghibur. Dan yang paling sering diperkenalkan adalah soal Mobil Proton Saga atau plat nomor yang berkeliaran di Malaysia.
Seperti pada saat mengantar rombongan dari Kabupaten PATI di Jawa Tengah, “Pimpinan rombongan melaporkan bahwa kali ini rombongan berasal dari PATI, padahal PATI di Malaysia adalah akronim dari Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI), tutur Habibi yang warga negera Malaysia yang menjadi pemandu rombongan.
Hari Kedua di Negeri Jiran : Memasuki hari kedua, tepatnya pada hari Kamis (20/7) sejak subuh hari para peserta yang menginap di Neohotel Kuala Lumpur, dibangunkan untuk sholat subuh dan sarapan pagi dengan “Nasi Kucing”
Kami menikmati suasana pagi dengan ceria, untuk memberikan nuansa kesiapan anggota rombongan sengaja lebih awal berpakaian lengkap begitu juga dengan Pak Adi dari Travel Cakrawala dan Pak Habibi, sehingga peserta yang lain menjadi contoh untuk tetap siaga dalam setiap pergerakan.
Setelah selesai sarapan pagi, rombongan menuju Istana Kerajaan Malaysia, setelah selesai berfose disana menuju Dataran Merdeka tempat dimana Negara Malaysia memproklamirkan kemerdekaannya dari Inggeris.
Sebelum sampai di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) rombongan mampir sejenak ke Toko Coklat untuk menikmati lezatnya “Coklat Taramizu” sekaligus membeli coklat untuk ole-ole teman di tanah air.
Dari sana menuju ke Perpustakaan Universitas Kebangsaan Malaysia yang dipandu dosen UKM bernama Ibu Yumasdaleni yang akrab disapa Ibu Yumas dari Jambi, kemudian santap siang bersama di Kantin Perpustakaan UKM.
Selain itu terdapat Mahasiswa dari Indonesia, khususnya Kota Makassar yang sedang belajar di UKM masing-masing Lufhi dari Soppeng mantan Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di Bangi Selangor.
Memasuki waktu sholat dhuhur, anggota rombongan menuju Surau di Kampus UKM dan sholat yang dijamak dhuhur dan ashar lalu memasuki ruang pertemuan di Fakulti Pengajian Islam UKM diterima oleh Dekan beserta jajarannya.
DR Rosmawati Mohammad Rasit dari Departemen Of Da’wah And Leadership Faculty Of Islamic Studies Universiti Kebangsaan Malaysia di Bangi Selangor Darul Ehsan – Malaysia, turut hadir dan memberikan sambutannya.
Setelah kedua bela pihak membahas tentang rancangan kegiatan, maka kedua Dekan sepakat untuk melakukan kerjasama berupa pertukaran pelajar antar universitas, seminar internasional serta penulisan jurnal dari masing-masing fakultas baik di Lingkungan UKM maupun UIN Alauddin Makassar.
Setelah dicapai kesepakatan dari kedua pimpinan maka akan menindaklanjuti dalam bentuk penandatanganan MoU (Momerandum Of Understanding) dalam bidang pengembangan kedua jurusan di masing-masing fakultas dan uraiannya secara mendasar melalui komunikasi yang intensif antara UIN Alauddin di Makassar dengan UKM di Bangi Selangor Malaysia.
Tiba di Kedutaan Besar Indonesia Malaysia : Menjelang petang rombongan menuju Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia dan diterima oleh Bapak Erwinsyah yang menangani bidang pendidikan.
Secara gamblang Erwinsyah yang berasal dari Pulau Samosir dan menamatkan pendidikannya di UKM Malaysia Jurusan Hukum menjelaskan, penanganan masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang legal tercatat di Imigrasi Malaysia sekitar 1,2 juta.
Sedangkan yang termasuk TKI yang illegal diperkirakan sekitar 2 juta orang. Sebagai tanggungjawab sosial pihak Kedutaan Indonesia, memiliki perhatian yang tinggi terhadap anak-anak TKI yang ilegal ada sekitar 27 ribu tersebar di berbagai Negara Bagian seperti Kinibalu, Kuala Lumpur dan Johor Baru.
Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia melalui CLCI memberikan dukungan dengan mengarahkan sekitar 300 guru-guru untuk mengajar anak-anak TKI yang illegal yang tersebar diberbagai ladang-ladang sawit seperti di Sabah dan Serawak.
Dari data statistik yang ada di Kedutaan Besar Indonesia tercatat jumlah Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Negeri Jiran Malaysia sebanyak 12.000 orang dan sekarang ini tinggal 8.000 orang.
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Bapak Rusdi Kirana merupakan salah seorang Dubes dengan latar belakang pengusaha dan fungsi-fungsi kedutaan berjalan dengan baik yang terbagi dalam berbagai tugas sebagai koordinator fungsi politik.
Koordinator fungsi ekonomi termasuk koordinator fungsi bidang penanganan TKI dan warga Negara Indonesia yang meninggal dunia di Malaysia.
Lebih lanjut dikatakan, Kedutaan Besar Indonesia merupakan kedutaan tersibuk di Asia Tenggara, lebih lagi saat ini Pemerintah Malaysia sibuk melakukan operasi terhadap para pekerja asing.
Saat ditanya seputar bidang pendidikan yang menjadi tugas pokok Pak Erwinsyah menjelaskan, pendidikan di Malaysia bagi program S I menjelang akhir, harus melakukan praktek selama empat bulan di dunia industri.
Dengan demikian para mahasiswa sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman sebelum memasuki dunia kerja sebaliknya kita di Indonesia terlalu lama di bangku perkuliahan.
Menyingung tentang masalah kemiskinan, TKI Ilegal, Gelandangan dan Pengemis, Erwin mengatakan penanganan masalah PMKS di Malaysia ditangani masing-masing pihak kerajaan di wilayahnya termasuk para pengungsi Rohingya yang banyak datang ke Malaysia.
Demikian halnya dengan masalah – masalah politik, pihak Negara memiliki kewenangan untuk mengatur Hari-hari Besar Islam, berbeda halnya di Indonesia. Dengan demikian apa menjadi titah Raja itulah sebuah keputusan yang hakiki,
Dengan pola pemerintahan Monarki dan memiliki Parlemen, tentunya kehidupan sosial kemasyarakatan dapat terkontrol dengan baik. Makanya setiap Jumat diakhir khotbah para jamaah selalu mendoakan Sang Raja, tutur Erwin
Di Mesjid–mesjid yang megah semuanya dibangun atas dana Pemerintah/Kerajaan, termasuk petugas dan Imam mesjid mendapatkan gaji dari Pemerintah/Kerajaan.
Program lainnya kalau di Malaysia ada yang namanya program tabung haji, rumah tumpangan lanjut usia semacam panti jompo di tanah air yang ditangani Jawatan Kebajikan (Dinas Sosial,red).
Penanganan masalah-masalah sosial tetap dikoordinasi dengan pihak Kerajaan dari masing-masing Negara Bagian, dengan demikian persoalan yang terkait penanganan kemiskinan, anak jalanan dan lanjut usia ditangani oleh pihak Kerajaan.
Ada satu program dari Kerajaan Malaysia dibidang pendidikan, para siswa diberikan hape gratis didalamnya juga tentu ada program yang disebut dengan masyarakat melek internet sehingga pada saatnya nanti memasuki dunia kerja mereka sudah langsung siap pakai.
Hari Ketiga : Jumat (20/7) : Dari Hotel Topical Inn di Jalan Gereja Johor Baru Malaysia para anggota rombongan yang terdiri 28 Mahasiswa dan Dosen serta dua orang tour leader masing-masing Pak Adi dan Gaffar serta pemandu lokal Pak Habibi dan sopir bus bernama ALI, membawa anggota rombongan menuju Negara Singapura.
Singapura yang mencekam : Sebelum berangkat dari hotel para anggota rombongan sudah disampaikan oleh Pak Gaffar untuk senantiasa waspada ketika memasuki Singapura.
Mulai dari tanggal lahir, KTP maupun kecocokan nama dengan paspor yang dimiliki, foto-foto yang ada dalam handphone maupun peralatan HT yang dibawa masuk ke Negara Singapura harus dilepas batereinya.
Ternyata apa yang telah diwanti-wanti oleh pemandu menimpa Mahasiswa atas nama Wahyu Alwi dan Irwandi, kedua orang ini bertanggungjawab membawa bagasi dan kepadanya diberikan peralatan untuk pinjam pakai dua buah handy talky.
Sejak antri memasuki Negara Singapura, Wahyu Alwi didekati petugas Imigrasi Singapura. Seorang petugas dengan mata agak sipit dan tampilan yang kurang bersahabat.
Sesudah itu mendekati Irwandi yang bernampilan dengan celana sobek-sobek sebagaimana lazimnya anak muda Indonesia. Kesan yang nampak di mata petugas Imigrasi Singapura seakan pemakai Narkoba.
Kedua Mahasiswa Wahyu Alwi dan Irwandi digiring memasuki ruang pemeriksaan khusus. Satu persatu petugas Imigrasi Singapura memeriksa mereka.
Mulai dari mencocokkan paspor, nama di KTP, membuka perangkat HT untuk mengetahui pembicaraan yang terekam selama ini bahkan menghubungi pihak-pihak terkait, termasuk kontak pihak Travel hingga Dr Syamsuddin, M.Pd selaku penanggungjawab perjalanan dan pihak Kementerian Sosial RI tentang kedudukan TAGANA di Indonesia.
Dua jam kami menanti, akhirnya Pak Adi dari PT. Cakrawala Timur memutuskan untuk meninggalkan Wahyu Alwi dan Irwandi untuk mengikuti proses pemeriksaan lebih lanjut dan keduanya didampingi oleh Muh Gaffar dari Travel Asma Perwakilan Batam.
Memasuki Singapura di Hari Jumat (21/7) memasuki Kota Singapura dengan kondisi rombongan dua orang tertahan di Kantor Imigrasi yaitu Wahyu Alwi dan Irwandi.
Bagi petugas Imigrasi Singapura dijanjikan oleh Negaranya, setiap kali menemukan pelanggaran di perbatasan, atau berhasil membongkar sindikat maka pangkatnya akan dinaikkan satu tingkat dan tunjangan jabatan akan mengikutinya.
Jadi mereka berusaha mencari setiap kasus sampai yang sekecil-kecilnya termasuk foto-foto yang ada di hape anda, dia bongkar dan menelusuri melalui internet di Kantor Imigrasi, intinya waspada memasuki Negara Kecil Singapura, disini sangat ketat pemeriksaannya.
Rombongan berjalan melintasi Kota Singapura tanpa pemandu, kecuali Sopir bernama Pak Ali sesekali memberitahu tentang lokasi dan tempat-tempat yang dilalui.
Masuk langsung ke ikon Singapura dari sektor Timur menuju tempat “SINGA YANG MEMANCARKAN AIR” disini baru dipandu oleh Sdr. Syarif mantan anggota Polisi, Suku Jawa berdialek Melayu dan menjadi warga Singapura yang bertempat tinggal di rumah susun.
Setelah berfoto dalam suasana panas terik di hari Jumat (21/7) lalu diarahkan menuju tempat makan yang letaknya disebelah barat gedung berlantai dua.
Beberapa diantara anggota rombongan menikmati santap siang dengan lahap, menu dengan pola prasmanan menjadi nikmat dalam suasana bahagia.
Usai santap siang, kembali menyeberang jalan menuju toko souvenir, dan berbalanja dengan menggunakan dua mata uang, ringgit atau dollar, semuanya dapat digunakan disini.
Anggota rombongan yang dipimpin langsung Dekan FDK, DR H Rasyid Masri, S.Ag M.Pd M.Si MM berpindah lokasi lagi dan berbelanja di toko yang menjual kaos dan souvenir lainnya.
Semuanya harus tepat waktu, ada dua anggota rombongan yaitu Nelly Agustin dan Isnaeni Endang Hadiningsih yang masih asyik memilih pakaian disaat kami semua sudah lama menunggu di mobil.
Akhirnya penulis turun dan mencarinya. Ternyata masih ada di toko dengan santainya memilih barang.
Hanya dengan kalimat, Maaf…. kami duluan, silakan naik taksi dan kita jumpa di penyeberangan.! Keduanya lalu berlari menuju Bus Pasiaran yang dikemudikan Pak Ali yang mendapat nama baru “ Ali Daeng Kulle”
Waktu terus berputar dan kami menuju ke obyek wisata lainnya, yaitu Singapura Padang Bay diberi waktu sepuluh menit, eee malah Rini dan Tari menuju Tandas (WC), akhirnya kembali mencari di lokasi semak semak tempat foto dan ternyata keduanya ada di WC.
Kami kembali bergerak menuju ke lokasi wisata GLOBAL UNIVERSAL waktunya hanya sepuluh menit karena mobil tdk bisa parkir, usai berfoto lalu terburu buru menuju lift di lantai dua. Disini benar-benar waktu dihitung dengan cermat.
Destinasi terakhir kami menuju pelabuhan Ferry untuk menyeberang menuju Pulau Batam. Sebelum chek inn untuk keluar dari Negara kecil Singapura yang super ketat.
Saat inilah baru bisa berjumpa dengan Wahyu dan Irwandi dan menceriterakan semua kondisi yang dialami selama dalam proses pemeriksaan di Imigrasi Singapura yang memorynya akan ditulis tersendiri.
Di lokasi penyeberangan kembali paspor diperiksa oleh Imigrasi Singapura, Wandy yang sudah trauma menjadi was-was padahal untuk pemeriksaan keluar Singapura tidak terlalu ketat, karena akan meninggalkan Negara Singapura.
Sambil menanti penyebrangan kami melaksanakan sholat Dhuhur dan Ashar berjamaah. Pada saat itu, “ Sdr Wahyu juga mengambil air wudhu, dan akhirnya mendapat marah dari petugas cleaning service”
Entah apa bahasanya, tapi kesannya marah kepada Wahyu, sehingga datang seorang jamaah yang sudah melaksanakan sholat langsung juga memarahi petugas cleaning service yang sudah berusia lanjut.
Menjelang Pukul 19.30 Waktu Singapura, anggota rombongan naik Ferry dari Harbour Front ke Horbour Bay di Kepulauan Batam.
Setelah menempuh jalur selama satu Jam, akhirnya mendarat di Dermaga Pelabuhan BATAM dan dijemput oleh mobil bus dari pihak Travel.
Selama dua puluh menit kemudian tiba di Rayamana Hotel Jalan Pembangunan II dan Penulis menempati lantai Dasar di Kamar 123.
Setelah santap malam dengan pola layanan “Nasi Dos” kami kembali ke kamar istirahat dan sebagian yang masih kuat tenaganya ke luar hotel sembari menikmati malam pertama di Kota Batam dengan secangkir kopi.
Keesokan harinya, Sabtu (22/7) kami dibawa oleh Tim Travel Batam menuju ke Balerang Brigde untuk melihat dari dekat ikon kota Batam.
Disini para anggota rombongan menyaksikan bagaimana jembatan penghubung dengan kontruksi tali slang yang kokoh dan menghubungkan pulau-pulau disekitar Pulau Batam.
Disini peserta dan para pengunjung Kota Batam diberi kesempatan untuk berpose dengan latar belakang “Jembatan Balerang”.
Bagi mereka yang mau berfoto sendiri dengan latar belakang Jembatan Balerang dapat menggunakan jasa dari “Komunitas Fotografi Balerang” dengan pembayaran Rp 20 ribu perlembar.
Menuju Sintai (Singapura-Thailand) : Dalam perjalanan pulang dari Jembatan Balerang kami berbelok kiri dan memasuki kawasan Kompleks Pusat Rehabilitasi Sosial Non Panti (PRSNP) dan mendapat penjelasan dari Kabid Linjamsos Dinas Sosial Kota Batam Bapak Nur Arifin.
Di Pintu masuk kami dipandu oleh Kang Acep lalu diarahkan untuk berputar mengelilingi kompleks prostitusi terbesar di Kota Batam. Disini para WTS selain dibina fisik mental dan sosialnya masih bisa melakukan kegiatan “bisnis seks” kepada para pelanggannya.
Kepada para Mujikari yang dahulu tersebar pada tujuh lokasi, kini dihimpun di satu kawasan industri bernama “Sintai” akronim ini diplesetkan menjadi Singapura-Thailand.
Kami diterima secara resmi oleh Kabid Linjamsos dan memberikan informasi secara detail kepada para peserta PPL tentang bagaimana awal terbentuknya kawasan Sintai.
Untuk melengkapi info detail kami meminta mendatangkan dua orang PSK (Pekerja Seks Komersial) untuk diwawancarai langsung.
Segera Kang Acep meluncur dan datang membawa dua orang PSK yaitu Rini dari Indramayu dan Mila dari Bandung.
Kawasan ini terdiri 9,4 hektar dengan bangunan seluruhnya 96 buah dan dihuni 212 orang pekerja seks komersial (PSK).
Selain itu setiap malam minggu kawasan ini dikunjungi sekitar 500 sampai 700 orang lelaki hidung belang.
Dalam kawasan ini juga dibangun pusat keterampilan sosial dan sebuah mesjid yang berdiri kokoh hasil dari pengumpulan dana dari warga termasuk para WTS wajib menyumbang Rp 10 ribu setiap bulannya.
Menurut Rini dan Mila dalam wawancara langsung di depan Dekan FDK menjelaskan, bahwa dalam setiap malam Mila mampu melayani 5 s/d 7 laki-laki dengan biaya layanan Rp 300 ribu per jam dan bayar kamar Rp 75.000 per sekali pakai, selain itu Rini harus mampu mengarahkan penggunanya untuk menggunakan kondom.
Usai wawancara dengan penghuni PRSNP rombongan bergerak menuju “Welcome To Batam” namun sebelumnya singgah santap siang di Mesjid lalu sholat di jamak kemudian menuju “Welcome To Batam”`.
Perburuan di mulai, setelah seluruh rangkaian safari dinyatakan berakhir, maka peserta di antar ke lokasi shoping di Kota Batam. Disini Anda harus pandai-pandai menawar atau mencari lokasi perbelanjaan yang sesuai dengan kantong anda. Beruntung ada Tagana Batam, namanya Junaedi yang telah memberikan banyak informasi dan toko-toko yang mempunyai harga berdamai.
Belum puas berbelanja, peserta rombongan minta diantar ke Nagoya, padahal letak Nagoya dengan tempat menginap dapat ditempuh jalan kaki. Saat ditawari apa mau makan malam atau belanja dulu,serempak mereka menjawab, belanja dulu Pak.
Akhirnya mereka diantar ke Nagoya sementara Bus Pariwisata yang digunakan kembali ke markasnya dan akan kembali besok Minggu 22/7 Pukul 14.00 WIB untuk diantar ke Bandara Hang Nadim Batam.
Malam minggu di Kota Batam dinikmati dengan berbelanja sepuasnya, hasil kaslkulasi belanjaan peserta bervariasi antara 5 s/d 10 juta. Sehingga tas koper yang waktu berangkat hanya satu kembali menjadi tiga koper.
Rini dan Tari lari dari kamar : Ada kejadian lucu di kamar 208 Lantai II Hotel Ramayana, Rini yang sedang pulang belanja dari Nagoya, masuk kamar dan langsung masuk kamar WC. Tiba-tiba mendadak keluar karena “Kran air jalan terus dan lampu mati tiba-tiba” semula dia melangkah bermaksud untuk menghindar, tapi tak kuasa menahan emosi dan ketakutan, berteriak keluar kamar.
Melihat gelagat yang kurang menguntungkan, tari yang hanya berpakaian dalam, turut berteriak ketakutan, sementara Nurul yang mendapatkan kondisi panik, juga lari dengan memakai roknya sebagaoi kudung.
Irwan Mawardi dan Heru Cahyadi mendengar ribut-ribut membuka kamar dan menemukan Tari hari memakai pakaian dalam, akhirnya segera dilemparkan sarung dan kudung lalu berlarian dan kesurupan, hebohlah di malam minggu di kota Batam.
Sejurus kemudian petugas hotel segera menenangkan suasana, sementara Penulis yang sejak magrib meninggalkan hotel menuju rumah keluarga yang bermukim di BTN Tiban Indah D2 Sekupang Batam, diantar oleh cucunda Tony Arif bersama isteri dan dua orang anaknya yang tinggal di Batu Aji.
Begitu masuk ruang lobby, Wahyu langsung melapor’ Heboh tadi Pak. Ada apa kata-ku ???
Rini dan tari kesurupan ??? jadi bagaimana kondisinya, sudah aman Pak. Syukurlah bila demikian. Dan selanjutnya anggota rombonganistirahat namun DR. Ian bersama Pak CWahab dan Adi masih menyempatkan diri untuk ngopi di depan hotel.
Pagi di Pasar Cakar : Minggu pagi (23/3) merupakan aktifitas perorangan, danseperti dikomando masing-masing menuju “Pasar Pagi” atau lebih tepat disebut “Pasar Cakar”
Mereka membeli dengan sepuasnya, mengingat harga yangs angat murah, mulai dari jam tangan, sepatu hingga jaket dan berbagai souvenir lainnya.
Pendek kata, di Batam merupakan perbelanjaan habis-habisan dan menjelang Pukul 12.00 WIB santap siang bersama, sholat lalu lanjut menuju ke Bandara Hang Nadim Batam.
Tiba di bandara Hang Nadim, melakukan claim bagasi, memberi tanda bahkan sebagaian menjadi portir untuk mempercepat proses.
Perjalanan dengan pesawat Lion JT 0926 seri Boeng 737-800 yang berbadan lebar menuju ke Bandara Internasional Bali di Denpasar. Transit sekitar 15 menit mengisi bahan bakar lalu melanjutkan perjalanan menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros.
Tepat Pukul 23.05 Wita mendarat dengan selamat dan dijemput masing-masing keluarga. Ada satu hal yang menjadi kendala karena satu koper milik Ketua Jurusan Dra St Aisyah BM, M.Sos.I tidak diketemukan dan untuk itu pihak Travel Cakrawala Timur Bapak Haji asriadi yang memiliki tagline “Pajokka Travel” mengurusnya kepada pihak Lion di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Mandai,sementara yang lainnya kembali ke rumah masing-masing dengan sejuta kenangan yang tak terlupakan, semangat pagiiiii….. !!!