Entah siapa yang mulai mempopulerkan tokoh I RAHING (Rahim) yang mulai ngetop di dunia maya menjelang Idul Adha 1437 H. Tokoh I Rahing langsung menjadi trending topik setelah mengirim surat kepada gurunya dengan Bahasa Indonesia bercampur Makassar yang medok.
Figur Rahing lalu menjalajah dunia maya dan sesuai dengan keinginan dan kemauan penulis, Tokoh Rahing cocok dalam segala moment, “Dia bisa menjadi tokoh karismatik, tokoh pendidik, tokoh agama namun di lain waktu, Rahing bisa menjadi orang yang lucu, bisa juga menjadi Rahing yang Idiot namun banyak akal, seperti Abunawas di masa silam, pendek kata Rahing adalah “Tokoh Segala Zaman”
Kali ini, Rahing menjadi seorang dermawan yang akan berkurban, Rahing sudah menjadi tokoh yang banyak berkurban untuk warganya. Karena itu Rahing dihormati dan menjadi tokoh sentral di Kampungnya di bilangan Kampung Rappokaleleng Kabupaten Gowa.
Hanya saja sikap I Rahing jadi dermawan kadang-kadang buat nyeleneh, “Saat akan memotong hewan kurbannya, mengajak para pendukungnya untuk mengambil air wudhu dan semua yang ada dekat hewan kurban harus berdzikir”
Tapi seteleh memotong sapi, I Rahing minta dibuatkan kopi hitam sambil berceritera ketika kakeknya dulu adalah keturunan Raja. “ Saya sesungguhnya termasuk anak keturunan raja” ketika di desak oleh oleh sahabatnya I DollaH, Raja apako kau seng Rahing” sambarang tong kau.
Tidak percayanya ini, dulu kakekku itu nama lengkapnya “ RAJA-WAN DAENG MANGKA” Jadi saya ada tong keturunan “Raja-Ku”
Oh Rahing, jai na caritanu- deh