Menjadi Instruktur/Narasumber pada Kegiatan Pemantapan Kemampuan Shelter Korban Bencana Alam, merupakan kegiatan perdana setelah dua tahun berpisah dengan anggota TAGANA se-Sulawesi Selatan.
Selama memasuki masa purnatugas 02 Februari 2013, kebijakan Kadis Sosial Ir.Suwandi,M.Si tidak memberi kesempatan untuk memberikan kesempatan menjadi instruktur, narasumber atau apapun namanya, sehingga masa itu boleh dikatakan, komunikasi dengan TAGANA terputus total.
Barulah pada era kepemimpinan DR.H.Ilham Gazaling,M.Si beliau membuka kesempatan untuk bersilaturahmi dan saling bertukar Informasi dan memberikan penguatan kepada para Tagana se-Sulawesi Selatan.
Melalui kegiatan yang digagas Muhammad Jufri Abdullah, maka pada Hari Selasa, 19 Mei 2015 merupakan pertemuan perdana dengan utusan para TAGANA se-Sulawesi Selatan. Momentum itu, tentu saja membawa kenangan tersendiri akan masa silam saat menjadi Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan.
Ada haru yang menggelayut, menyaksikan pelatihan tanpa ketegasan pakaian, para peserta yang hadir sebahagian ada datang dengan pakaian lengkap, sementara lainnya berpakaian biasa bahkan ada yang menggunakan kaos lapangan. Di masa Penulis memimpin, kondisi itu tentu sebuah pelanggaran disiplin.
Kalau Diklat ke-Tagana-an, mereka sangat taat azas dan disiplin tinggi, namun dewasa ini Kondisi itu berubah. Memang kata orang, “Lain Koki Lain Masakan” sehingga kondisi itu terkadang membuat miris bila membandingkan masa lalu.
Salah satu yang menjadi faktor kunci adalah “Kepemimpinan di Tagana” mereka membutuhkan sentuhan dan merasa dirangkumm, baik itu melalui sapaan, dekapanmaupun ciuman pipi, semuanya akan memberikan nuansa keakraban.
Sebagaimana Dadang Pradana dan Koko serta Ahmad Pananrang yang kini masih saja mengikuti pelatihan dengan pakaian lengkap, tentu saja memberikan spirit tersendiri dalam melakukan aktifitas, lain halnya dengan Hasbi yang berbadan besar, selalu hadir disetiap pelatihan baik diundang maupun tidak diundang.
Dua tahunberpisah pasukan tentu saja banyak hal-hal yang berubah, kedisiplinan berpakaian, pendamping/calon pegawai di lingkungan Dinas Sosial yang belum pernah ikut pelatihan TAGANA dan selalu memberi komando dan aba-aba tentang ke-Tagana-an, akan berbeda nuansanya bilamana pegawai dijajaran Dinas Sosial pernah ikut pelatihan karena akan merasakan betapa seni dan suasana diklat yang penuh dengan dinamika persahabatan yang kelak dapat dibagikan bagi para relawan di daerah masing-masing.
Semoga dengan adanya perubahan di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan tentang pembinaan ke-Tagana-an akan kembali membuka wawasan untuk memajukan Tagana yang tetap memiliki semboyan, One Command, One Rule dan One Corps, salamaki
Penulis
H.SYAKHRUDDIN.DN
Perintis Tagana Indonesia