Mama …Mama …”Ini gaji pertamaku sebagai PNS” ungkapAgus putra kedua sang penuli, seraya menyerahkan kepada Ibunya lembaran Sudirman berwarna merah. Peristiwa di tanggal dua desember dua ribu empat belas, menjadi catatan sejarah kehidupan bagi Ananda Syawal Agus Sentosa (SAS) di jajaran Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Dari peristiwa itu, terkenang kembali masa silam, ketika pada tanggal 1 februari di tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh. Gaji pertama Penulis, saat itu sebagai seorang PNS sebesar Rp 17.900,- itupun berada di perantauan di Provinsi Kalimantan Timur tepatnya di Kota Samarinda, lalu mutasi ke Kabupaten Paser di Tanah Grogot.
Kedua kondisi itu mengingatkanku akan masa-masa awal menjadi seorang PNS di perantauan. Sang Penulis lalu berusaha pindah ke Sulawesi Selatan, menduduki jabatan eselon lima, eselon empat lalu ke eselon tiga kemudian memasuki masa pensiun dan lanjut berkarier sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Jurusan Kesejahteraan Sosial.
Terlepas dari semua itu, ternyata proses awal sangat menentukan jalannya kareier seseorang, siapa yang pernah menyangka akan perjalanan anak manusia, demikian halnya Syawal Agus Sentosa yang saat ini ditempatkan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Makkareso di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.
Sementara kakaknya Lisnawaty syakhruddin ditempatkan pada Dinsos Prov. Sulsel pada Seksi Pelayanan Anak. Kini kedua bersaudara, Alhamdulillah sudah menikmati bagaimana menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sebagai orang tua tentunya ada rasa bahagia, betapa tidak, dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, kini keduanya mulai menapaki kariernya dari bawah sama seperti ketika saya mengawalinya tiga puluh dua tahun silam.
Ternyata proses itu amat menentukan, jangan bermimpi untuk bisa langsung ke puncak sebelum melalui suatu proses yang panjang dan melelahkan, hanya ketabahan dan daya tahan yang unggul, serta keterampilan pribadi dan doa-doalah yang bisa mengantar seseorang hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Tentunya dalam melayari kareir, banyak onak dan duri yang merintangi, mulai dari kompetisi antar sesama calon pegawai negeri sipil, lingkungan sekitar maupun kondisi dan suasana kerja yang kita hadapi.
Akan tetapi suatu hal yang harus kita pegang dalam prinsip hidup bahwa setiap hamba Allah lahir ke dunia membawa takdirnya masing-masing. Terkadang kita mengimpikan yang jauh dan tinggi diatas sana namun kadang tidak mampu untuk mensyukuri apa yang kita miliki dan telah diraih selama ini, dengan demikian kata kunci yang bisa kita pegang, adalah bagaimana mensyukuri nikmat.
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quranul Kariem “ Pandai-pandailah engkau mensyukuri nikmat yang kuberikan dan insya Allah aku akan menambah rakhmat itu, bilamana engkau pandai mensyukurinya,” itulah janji Tuhan kepada hambanya yang pandai bersyuykur.
Disini lain, ketika masa memasuki purnatugas, disitulah ajang untuk bisa mengasa fikir dan dzikir, betapa perjalanan waktu tiga puluh dua tahun dalam dunia birokrasi Indonesia telah mengantarkan berbagai pengalaman, decak kagum, intrik bahkan persaingan tak sehat semuanya sudah dilalui dengan selamat.
Kini saatnya untuk senantiasa berbenah diri mempersiapkan generasi berikut, mengingat dalam kehidupan ini tidak ada yang abadi, semuanya akan berlalu seiring berjalannya waktu.
Sementara di bahagian lain pulau ini, sahabat saya yang memulai karier sepuluh tahun di belakang, saat ini tengah mencapai puncak karier, “sebagai sahabat tentu senantiasa selalu mendoakan agar mampu meniti karier sampai ke puncak”. Karena kebahagiaan seorang abang manakala adik-adiknya bisa mencapai puncak dengan tidak terlalu banyak aib, sehingga orang lain bisa berkata, “Memang dia pantas”.
Di era kekinian dengan kabinet kerja tentu saja persaingan akan semakin ketat, seorang pegawai negeri sipil akan diminta menjadi pelayan masyarakat bukan lagi sebagai seorang priyayi yang harus dilayani, “PNS harus tampil sebagai abdi dalam ”pelayan masyarakat dan tetap setia kepada Pemerintah Republik Indonesia dan UUD 1945”.
Profil PNS yang kita impikan adalah mirip “SUSI” Sang Menteri Kelautan kelahiran Pangandaran Jawa Barat, adalah seorang yang tampil di birokrasi dengan keunikan tersendiri. Ini merupakan rakhmat bagi Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Beliau mampu mengimplementasikan bagaimana sesungguhnya kehidupan seorang “pelayanan masyarakat”. Dia tampil dengan keunggulan pengetahuan yang dimiliki, walaupun jebolan SMP, akan tetapi beliau memiliki segalanya, sebagai apa yang dimiliki oleh orang yang memiliki jebolan pendidikan kelas dunia.
Fenomena Menteri SUSI mengejutkan dunia, khususnya di dunia Perikanan dan Kelautan, dari tangannya serta karya bakti dalam bentuk tim kerja berhasil menenggelamkan tiga kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.
Kembali pada kedua anak-anak yang di awal bulan Desember ini sudah menerima gaji pertama dari Negara, merupakan langkah perdana untuk membuktikan diri sebagai pelayan masyarakat yang kehadirannya sangat dinantikan, khususnya terhadap mereka yang berada pada kategori orang-orang yang tidak beruntung, selamat bekerja kepada dua ananda di birokrasi Indonesia, doa kami menyertaimu, salamaki.