Lelaki paruh baya itu tersenyum ria, saat bertemu di pagi hari, namanya Amir tinggal di sekitar Borong Makassar. Tugasnya sebagai sopir mobil sampah untuk Kecamatan Tamalate khusunya Kawasan Pa’Baeng-Baeng dan sekitarnya.Amir mencintai profesinya walaupun sebagaian orang tidak mau memilih sebagai petugas sampah namun itulah suratan takdir.
Saat berdialog dengannya, Amir sang sopir sampah ini, mengusulkan agar bak sampah yang ada di ujung lorong Jalan Andi Tonro I Makassar supaya di bongkar saja, karena dari hasil pengamatannya, yang membuang sampah disana bukan warga setempat melainkan orang luar kompleks yang membuang sampahnya di waktu subuh.
Ironisnya para pencari barang bekas (Payabo,red) selalu membongkar bungkusan sampah untuk mencari plastik bekas atau barang kardus lainnya. Dampaknya sampah berserakah disana-sini, mengakibatkan Amir sering mendapat teguran dari koordinator lapangan unit kebersihan Kota Makassar.
Bagai gayung bersambut, pihak pemilik lahan, Bapak Haji Ago juga merelakan bak sampah itu di bongkar dan solusinya mobil sampah akan masuk lorong dan menjemput sampah yang sudah terbungkus di depan rumah warga.
“Pola seperti ini kan jauh lebih praktis” tutur Amir yang selalu setia mengangkut sampah setiap hari. Saat kami tanyakan tentang kariernya, Amir menuturkan kalau saat ini, masih tercatat sebagai honorer di Pemkot Makassar sembari berharap bisa di angkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
Amir selain menjadi sopir sampah juga menjadi pengangkut sampah langsung ke rumah warga dibantu dua orang pembantunya. “Kami harus ikhlas menjalani pekerjaan ini” sekalipun kami jadi sopir sampah namun kami bukan sampah masyarakat, tuturnya berseloroh.
Kisah hidup Amir ditutur dalam perbincangan pagi mengatakan, kalau dia juga pernah mengabdi sebagai sopir di Institusi BKKBN Sulsel. Amir sangat menghargai tugas yang dilakoninya setiap pagi hari mengangkut sampah di sepanjang jalur Andi Tonro dan membawanya ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir di Tamangapa Kota Makassar.
Semangat Amir untuk membersihkan kota, tidak lepas dari mimpi Walikota Makassar, Bapak Danny Pamanto untuk menjadikan Kota Makassar sebagai kota terbersih melakui program MTR (Makassar-Ta Tidak Rantasa).
RANTASA dalam Bahasa Makassar berkonotasi kotor atau jorok, semoga MTR yang didengungkan Walikota Makassar ini dapat disosialisasikan dan dilaksanakan masyarakat melalui program LISA (Lisa Sampah Ambil)
Amir dan kawan-kawannya adalan profil pejuang kebersihan yang patut mendapat apresiasi dari masyarakat. Karena itu, beberapa warga yang simpatik padanya terkadang memberi tip (persen) bagi Amir dan kawan-kawannya sebagai tenaga petugas kebersihan dan menjadikan Kota Makassar sebagai kota terbersih yang kelak diharapkan dapat meraih kembali Piala Adipura tahun 2015 mendatang.
Lurah Pa’Baeng-Baeng Kota Makassar Bapak Arif,SH selalu setia mengontrol kebersihan kawasannya tentunya hal ini patut diberikan apresiasi, walaupun diketahui tantangannya sangat berat, terutama dengan Pasar Pa’Baeng-baeng yang merupakan penghasil sampah yang cukup besar setiap harinya.
Oleh sebab itu, peran serta masyarakat untuk mensukseskan Makassar-Ta Tidak Rantara (MTR) dapat diwujudkan agar kita tidak berpangku tangap dalam menjadikan Makassar-Ta Tisak Rantasa, terutama dalam menyongsong Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, bulan Agustus mendatang, tuturnya.