SYAKHRUDDIN.COM – Kiat ini, Penulis sampaikan ketika bertemu dengan sahabat tercinta di Kota Bandung, sahabat saya yang baru saja menduduki jabatan terhormat di kampung halamannya, mengalami kendala untuk berkabar, alasannya karena dia sekarang sudah sangat sibuk.
Setiap hari masuk kantor, hadiri undangan dan menyelesaikan tugas-tugas rutin perkantoran. Karena kesibukannya yang teramat sangat, sehingga badannya yang dulu bongsor, kini sudah mulai ramping dan gerakannya semakin lincah.
Suatu ketika, saat saya bertandang ke daerahnya, tetapi jaraknya masih terlalu jauh dari lokasi tempat tinggalnya, sebagai bukti kasih sayang dan rasa pertemanan yang mendalam.
Beliau pun mendatangi saya walaupun dengan jalan yang berliku dan melalui jalur pematang, yang kalau salah arah, salah bisa jadi tersesat jalan.
Akan tetapi dibalik semua itu, sesungguhnya karena rasa sayang dan persahabatan diantara kami yang sangat erat. Di usai pertemuan, Dody demikian namanya sering kupanggil.
Mengajak untuk bertamasya ke kotanya, akan tetapi karena kondisi perjalanan kami yang singkat, akhirnya kami harus menginap diantara dua kota, tepatnya kami sebutkan di batas kota di sebuah hotel yang asri.
Dalam bincang lepas di lobby hotel tempat kami berdua menghabiskan kopi, “Ia pun mengeluhkan akan IPAD-nya yang selalu ngadat bila sedang dioperasikan, kepadanya saya sarankan untuk mengganti atau tukar tambah.
Namun dia menolak halus, karena IPAD itu punya kenangan yang manis, katanya sih pemberian dari seseorang yang selama ini telah menambatkan hatinya, ujarnya sambil menikmati secangkir kopi dengan sepotong roti.
Sejurus kemudian, Dony mengisap rokoknya dalam-dalam dan mengingatkan kenangannya saat bertugas di Kota Daeng dahulu. Saat mengisap rokoknya, Dody lalu berkata pelan, ”Sudah bagus Makassar ya Daeng” ujarnya sambil melihat langit-langit hotel.
Ya …. jawabku padanya, dulu waktu saya disana, masih awal dibuat jalan tol reformasi, jalan itu punya kenangan tersendiri dalam hidupku.
“Segera saya menimpalinya,” wow ada kenangan ya Don … akh, tidak, ia lalu mengeser cara duduknya dan menatapku dengan penuh selidik.
Ngapain Don di Makassar, Anu …bang, Anu apa …. Di Tol itu, saya pertama kali memeluk pacarku, “Oh itu toh kenangannya, jadi bagaimana sekarang, wah itu sudah ceritera lalu, yang penting selamat datang Daeng di kotaku, tuturnya.
Setelah cukup lama bercengkerama di lobby hotel, kami mengajak untuk menikmati sate kambing. Bang, masih kuat makan kambing, ujarnya dalam nada bertanya.
Jangankan makan kambing, penjual kambingnya saja bisa di makan, maka pecahlah tawa dalam suasana rinai yang membasahi Bumi Parahiyangan, kami menghabiskan satu porsi sate kambing dan lalapan ala Jawa Barat.
Don apa aktifitas sekarang, Anu bang, saya sudah makin sibuk sejak menjadi sekretaris, maklum tugas-tugas yang berat itu membuat diriku sulit menulis, tapi saya selalu membaca setiap karya abang di FB. Dan itu tuh, banyak penggemar cewe-nya, tutur Doddy sambil tersenyum dikulum.
Dony, kataku dengan mantap, kalau mau jadi penulis, maka menulislah di saat sibuk, pokoknya dimanapun posisimu, lakukan penulisan…. tulis dan tulis.
Bagaimana kalau salah, soalnya tulis saja dulu, editing nanti setelah selesai, Jangan mau jadi penulis sekaligus jadi editing.
Oh begitu bang, Ia dong, sebenarnya potensimu banyak sekali, karena itu jangan takut salah, tapi ditengah kesibukanmu sebagai sekretaris di instasimu.
Lakukanlah penulisan dan perbaikannya nanti setelah apa yang ada dalam botak kepala ini tertuang, baru diperbaiki, Dodypun tersipu mendapatkan resep menulis dengan cepat.
Sejurus kemudian Dony dengan mantap berkata, Bang…… saya mau ke Makassar kembali bersama anak-anak, jemput ya Bang, tutur Dody…. “jangan khawatir deh, kalau sudah mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Maka yang jadi penanggungjawab adalah Saudaramu. Maklum banyak waktu terbuka soalnya sudah purnatugas Don. “ Oh ya, tapi Abang kan masih enerjik, masih menjadi Dosen dan terakhir saya lihat di FB jadi penyiar lagi, katanya sambil menghirup kopi yang sudah mulai dingin.
Dody lalu menawarkan untuk istirahat, Bang barangkali saatnya kita istirahat, karena besok saya akan kembali ke tempat tugas yang jaraknya masih delapan jam dari sini, sementara Abang akan terbang kembali ke Makassar.
Dalam kondisi kami istirahat di kamar hotel, ketika kami tengah terbuai dalam mimpi-mimpi yang indah dan pada keesokan harinya, di saat akan menyantap sarapan pagi, Donny pun berkata pelan, Bang makasih ya nasehatnya, “ Menulislah Di saat Sibuk”
Bagai mendapat resep dan kiat yang sulit dilupakan, akhirnya kami berdua meninggalkan hotel dan kami berpisah di stasiun bus seraya melambaikan tangan, Bang makasih ya, Menulislah di saat sibuk, bye…bye !!!