Menyongsong Hari Ulang Tahun Taruna Siaga Bencana (TAGANA) ke-10 yang akan diperingati, Senin 24 Maret 2014, berikut ini kilas balik perjalanan sejarah TAGANA di Persada Nusantara, yang diuraikan dengan pola bertutur oleh Drs.H.Syakhruddin.DN,M.Si, pembaca dekralasi di Lembang Jawa Barat saat awal pembentukan TAGANA.
Taruna Siaga Bencana (TAGANA) sebagai suatu organisasi sosial (Orsos) yang bergerak di bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial berbasis masyarakat, Senin, 24 Maret 2014 memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kesepuluh.
Sejak pembentukannya di Lembang Jawa Barat oleh perwakilan dari 33 provinsi, kemudian dideklarasikan di hadapan Dirjen Bantuan Sosial mewakili Menteri Sosial RI, menyatakan bahwa ;
“Pada Hari ini, Rabu, 24 Maret 2004 di Lembang Jawa Barat, dideklarasikan berdirinya sebuah organisasi yang bergerak di bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial” yang bernama : TARUNA SIAGA BENCANA (TAGANA).
Organisasi besutan Bapak ANDI HANINDITO yang kala itu masih menjabat sebagai Kasubdit Bantuan Bencana Alam Departemen Sosial RI dan berlanjut dengan pelaksanaan Jambore Penanggulangan Bencana dan Gelar Akbar Kesetiakawanan Sosial Nasional yang berlangsung di Cibubur tanggal 19 s/d 23 Desember 2004.
Jelang tiga hari usia pelaksanaan Jambore Penanggulangan Bencana di Cibubur, Indonesia dikejutkan dengan musibah Tsunami yang terjadi pada hari Minggu, 26 Desember 2004 berkekuatan 8,9 skala richter yang terjadi sekitar pukul 08:30 WIB.
Gempa berkuatan besar yang mengguncang Medan sampai akhirnya Presiden SBY mengumumkan Minggu, 26/12/2004 Pukul 20:57 WIB dan menyatakan Gempa di Aceh sebagai “Bencana Nasional” yang merenggut nyawa berkisar 240.000 jiwa meninggal dunia atau hilang di telan bumi.
TAGANA yang latar belakang pembentukannya dilandasi lahirnya Undang-Undang No.22 tahun 1999 dan perubahan sebagaimana mandat konstitusi, dimana Departemen Sosial tidak lagi memiliki Kanwil dan Kandep Sosial di masing-masing provinsi, bergesernya peran para Pekerja Sosial Kecamatan (PSK) dan pupusnya perhatian Tenaga Penanggulangan Bencana yang sudah berpengalaman, seperti; Tim Reaksi Cepat (TRC), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Tim Penanggulangan Bencana di masing-masing Kantor wilayah.
Sementara fenomena bencana alam yang makin kompleks dan luasnya jangkuan wilayah Negara Indonesia serta kesadaran masyarakat terhadap bencana, menuntut terbentuknya tenaga terlatih bidang kebencanaan dari kalangan muda yang disebut : Taruna Siaga Bencana (TAGANA) yang cikal bakalnya sebagian berasal dari anggota Karang Taruna dan pemerhati bencana.
Pemikiran cerdas yang di tunjang anggaran APBN, Kementerian Sosial terus melakukan perekrutan personil di masing-masing provinsi. Organisasi relawan yang memiliki seragam biru-biru dan coklat ini, adalah insan sosial yang memiliki pemahaman yang sama tentang konsep penanggulangan bencana berbasis masyarakat, baik pada posisi prabencana, tanggap darurat maupun pascabencana.
Selain itu, untuk tetap bisa menggelorakan pengabdian setiap tahunnya, dilakukan Jambore dengan berbagi varian lomba yang menghadirkan utusan dari 33 provinsi se-Indonesia. Dalam perkembangan kemudian di masing-masing Dinas Sosial Provinsi/Kab/Kota melalui anggaran APBD melaksanakan pelatihan TAGANA di wilayahnya dengan motto, One Command, One Rule dan One Corps.
Kehadiran TAGANA di persada Nusantara merupakan sebuah kekuatan relawan yang dimiliki Kementerian Sosial RI untuk menjadikan mereka sebagai tenaga siap pakai dan diharapkan mampu mengurangi resiko bencana, dengan membangun kesiapsiagaan di masing-masing provinsi/lokasi bencana serta membangun ketahanan masyarakat dan kelembagaan pada masa krisis dan memulihkan dampak bencana secara fisik maupun psikologis.
Di awal pembentukan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) oleh para dekralator utusan 33 provinsi didukung dengan pertemuan dan pemantapan dari Para Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial (Banjamsos) telah merumuskan tujuan luhur dari terbentuknya TAGANA di persada Nusantara.
Ditandaskan, kehadiran TAGANA untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, membangun partisipasi dan kemitraan dari berbagai pihak, mendorong semangat kegotongroyongan, kesetiakawanan dan kedermawanan serta menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sekedar kilas balik dalam pembentukan TAGANA di Lembang-Jawa Barat, masih terngiang instruksi Bapak Andi Hanindito kepada para peserta bahwa hari ini, kami baru bisa memberikan baju kaos berwarna putih, untuk digunakan sementara, sembari beliau bersama timnya terus berfikir melengkapi seluruh perangkat TAGANA mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut, termasuk kendaraan operasional yang dapat dipergunakan oleh TAGANA bilamana terjadi kondisi kebencanaan.
Dan benarlah ucapan beliau, selama masa pertumbuhan TAGANA dari tahun ke tahun terus meningkat. Ada kenangan yang sulit terlupakan, disaat teks deklarasi akan dibacakan, posisi Penulis waktu itu sebagai pembaca doa, Bapak Andi Hanindito meminta supaya digantikan oleh Saudara Tarmiji dari Aceh sedang pembaca deklarasi dipercayakan kepada Penulis untuk membacakan “Teks Deklarasi” dengan suara yang menggema di seantero Hotel Grand Lembang-Jawa Barat, deklarasi tersebut dibacakan dihadapan para petinggi Kementerian Sosial, maka saat itu resmilah terbentuknya TAGANA di Indonesia untuk selama-lamanya.
Direktur Bantuan Sosial saat itu dijabat Alm.Drs. Poernomo Sidik, selalu mewanti-wanti kepada seluruh anggota TAGANA pada saat penyerahan perlengkapan TAGANA untuk senantiasa menjaga nama baik dan kehormatan TAGANA, pesan yang selalu kami kenang adalah “Kehormatan TAGANA ada di tangan Anda”.
Zaman berputar dan masa berganti, demikian halnya para Direktur Bencana Alampun ikut dimutasi, Penulis yang ikut mendandani TAGANA di Provinsi Sulawesi Selatan, juga telah memasuki masa purnatugas pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan sejak 1 Februari 2013.
TAGANA adalah relawan sejati yang telah mewakafkan dirinya untuk kepentingan pertolongan terhadap korban bencana alam dan bencana sosial, terus memberikan pengabdiannya secara konsisten dan pengabdiannya di gelanggang penanganan bencana di Indonesia memberikan nama yang harum.
Kemajuan pembinaan TAGANA di masing-masing provinsi berfluktuasi tergantung dari peran dan kreasi dari masing-masing Kepala Bidang Banjamsos di daerah, ada beberapa provinsi yang membuat Diklat TAGANA menggunakan APBD, ada yang menambah dana tali asih yang diserahkan setiap enam bulan sekali, ada pula yang membuatkan Asuransi TAGANA dan berbagai aktifitas lainnya sesuai dengan kondisi daerah bahkan sudah ada provinsi yang mengembangkan anggota dengan spesialisasi pengetahuan seperti pada program Psikososial dan Tagana khusus.
Terhadap kepengurusan, sebagaian ada yang menggunakan nama lembaga dengan sebutan, Forum TAGANA, ada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) ada pula yang masih menggunakan Koordinator yang dijabat oleh Kabid Banjamsos setempat.
Namun ada hal yang membuat kita menjadi mafhum, perkembangan dan pertemuan rutin melahirkan gelar baru, Bapak Andi Hanidito disebut Panglima Besar, Kabid Banjamsos Palembang Drs. Iwan Sumarwan yang akrab disapa Bung Marwan di Sumatera Selatan bergelar Panglima Kawasan Barat dan Drs.H.Syakhruddin.DN,M.Si di sapa dengan gelar Panglima Kawasan Timur. Gelar dan julukan ini, semata-mata hanya untuk sapaan keakraban belaka, sehingga menunjukkan betapa solidnya pembinaan dan serasinya koordinasi antara Kementerian Sosial di Salemba Raya 28 Jakarta dengan rekan-rekan yang tersebar pada 33 provinsi di bawah bendera otonomi daerah. Keinginan dari arus bawah di kalangan anggota TAGANA sudah menjadi sebuah “Ikon” yang tak lekang oleh panas danj tak lapuk karena hujan.
Seiring dengan perkembangan TAGANA yang tahun ini memasuki tahun ke-10 banyak hal yang menjadi catatan kebanggaan. Nama Bapak Andi Hanindito walaupun tidak lagi menjabat sebagai Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) akan tetap di kenang sebagai pencipta TAGANA di Indonesia, dan itu fakta sejarah yang sulit dipungkiri.
Banyak rencana besar dan ide-ide cemerlang yang ingin Penulis bangun bersama, termasuk “membangun siaran pancar ulang (refiter) di masing-masing provinsi dengan pusat kendali berada di Salemba Raya No. 28 Jakarta, sayang ketentuan usia Pegawai Negeri Sipil (PNS) kala itu hanya 56 tahun sudah harus mamasuki masa purnatugas.
Sehingga pengelolaan siaran pancar ulang diteruskan oleh kader Tagana yang hadir sebagai penerus dan sebagian para dekralator TAGANA yang cukup lama malang melintang di gelanggang kebencanaan, selanjutnya membentuk wadah dan bergabung dalam “LEGIUN TAGANA INDONESIA” sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan kontribusi pemikiran dalam setiap aktifitas ke-Tagana-an di Indonesia.
Direktur boleh berganti-ganti, para Kabid Banjamsos se-Indonesia boleh dimutasi tapi nama ANDI HANIDITO tak pudar oleh zaman, khususnya bagi TAGANA angkatan pertama yang menghadiri “Deklarasi Lembang 24 Maret 2004”.
Suatu hal yang patut kita syukuri dan menjadi bukti pengabdian TAGANA disaat seorang ibu yang bernama Boru Ginting melahirkan di pengungsian saat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tana Karo Sumatera Utara.
Sang Ibu yang di tolong oleh anggota TAGANA memiliki kesan mendalam akan layanan yang diterimanya sehingga anaknya diberi nama : TAGANA ORBA SITEPU, ujar sang ibu di lokasi pengungsian di Langkat Sabtu 7 Desember 2013.
Namun kita juga harus menundukkan kepala sejenak dan mengenang mereka yang harus menyabung nyawa disaat menolong tetangga Mbah Marijan dari Gunung Merapi menghamburkan hawa panas, beberapa anggota TAGANA dengan seragam biru-biru harus berhadapan dengan maut, hawa panas yang menerpa tubuhnya tak kuasa untuk menerobos tebalnya awan panas, sehingga terjerembab ke tanah dan menghembuskan nafas terakhir dalam upaya menolong dan membantu para tetangga Mbah Marijan yang terlambat meninggalkan rumahnya.
Para pejuang kemanusiaan itu gugur bersama ganasnya awan panas Merapi, Innalillahi waiina ilahi rajiun. Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Indonesia dalam perkembangannya kemudian, melaksanakan Jambore di Bandung dibawah kepemimpinan Direktur Drs. Moch. Helmy dengan nuansa kearifan lokal, dimana TAGANA selain ikut Jambore juga menghadirkan kesenian daerah dan pakaian adat dari masing-masing kontingen.
Peragaan yang disaksikan Sekjen Mensos RI dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, melintas di halamn Gedung Sate Bandung dengan berbagai atraksi dan ketangkasan yang dimiliki.
Belum berhenti sampai di situ, di Kawasan Asia Tenggara. TAGANA pun terus berkiprah, melalui kepemimpinan Bapak Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Dirjen Perlinjamsos), DR. Ir. A.Zaenal Dulung, M.Sc menggelar pertemuan akbar untuk pertama kalinya di kawasan Asia Tenggara.
Tim pelaksana dibawah kendali Direktur Korban Bencana Alam (PSKBA) Bapak Drs. Margowiyono, M.Si terus memantau perkembangan di lapangan dan Koordinasi Sdr. Iyan Kusmadiana,M.Si (Kasubdit Tanggap Darurat) melaksanakan aktifitas Jambore ASEN+3 di Bumi Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan dengan sukses.
Di ulang tahun yang ke-10 ini, berkenan Menteri Sosial RI, DR.Salim Seggaf Al-Jufri menjadi inspektur upacara pada peringatan HUT TAGANA Ke-10 sekaligus meresmikan pemanfaaatan TAGANA TRAINING CENTER (TTC) di Sentul Jawa Barat, sekaligus menandai masa-masa akhir kepemimpinan dalam jajaran Kabinet Pembangunan Indonesia Bersatu dibawah Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Selamat kepada segenap anggota TAGANA se-Indonesia dan tetaplah memiliki semangat pagi, Are you ready ???
Penulis,
Drs.H.Syakhruddin.DN,M.Si
Pembaca Teks Deklarasi TAGANA
Lembang, Rabu 24 Maret 2004
salute for Panglima Tagana Wilayah Timur sebagai pembaca teks Deklarasi Tagana … it’s gracious … semangat pagi Tagana Indonesia !
Saya baru tahu kalau Taruna Siaga Bencana (TAGANA) didirikan pada Hari Rabu, tanggal 24 Maret 2004 di Kabupaten Lembang, Provinsi Jawa Barat.
Selamat karena anda sudah mengetahui sejarah Tagana Indonesia
Sejak tahun 2015 sampai sekarang ini, pihak Kementrian Sosial Republik Indonesia, tidak lagi memberikan bantuan Seragam dan Atributnya. Apakah untuk mendapatkannya harus melalui surat permohonan ? Seyogyanya pihak kementrian sosial RI secara terus menerus menyalurkan bantuan seragam dan atribut tagana, agar semangat anggotanya tetap tumbuh terus.
Seragam dan atribut Tagana yang semestinya diberi, meliputi :
1. SERAGAM / PAKAIAN PDH
2. TOPI RIMBA TAGANA
3. LENCANA TAGANA
4. KOPEL RIEM TAGANA
5. SEPATU PDL TAGANA
6. SERAGAM / PAKAIAN PDL TAGANA
7. KAOS KRAH LENGAN PANJANG TAGANA
8. ROMPI TAGANA
9. TOPI TAGANA
10. TOPI RIMBA TAGANA
11. SARUNG TANGAN TAGANA
12. BANDANA TAGANA
13. TAS RANGSEL TAGANA
14. TAS PINGGANG TAGANA
15. JAKET TAGANA
16. JAS HUJAN TAGANA
17. MATRAS TAGANA
18. KOMPAS LENSATIC TAGANA
19. MISTING TAGANA
20. LAMPU SENTER SEGALA ARAH, KHUS UNTUK PERLNEGKAPAN TAGANA
21. PLUIT TAGANA
22. ID CARD TAGANA