Alhamdulillah, hari ini Minggu 5 Januari 2014 merupakan Hari Ulang Tahun Ke-57 ( 5 Januari 1957 s/d 5 Januari 2014), sebuah perjalanan usia yang patut kita syukuri.
Dengan demikian, sudah satu tahun perjalanan masa pensiun, bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebelum aturan baru diberlakukan hanya sampai batas 56 tahun, sudah harus menikmati masa purnatugas.
Tentu saja ada rasa bahagia, rasa syukur atas semua rahmat yang telah di peroleh, baik selama masa aktif bekerja sebagai Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial (Banjamsos) pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan maupun sejak setahun menikmati masa purnatugas di tengah masyarakat di kawasan Jalan Andi Tonro I No. 6 Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Kota Makassar.
Rasa syukur kepada Sang Khalik atas segala rahmat kesehatan, kesempatan dan kebahagiaan disisi keluarga, anak-anak dan para sahabat. Bahkan sejak dinihari telah menerima ucapan selamat dari berbagai penjuru di tanah air, ini menunjukkan bahwa banyak sahabat banyak rejeki.
Semua itu tentunya karena dalam kehidupan ini, kita harus senantiasa memperbanyak persahabatan dan silaturahmi sebagai makhluk sosial, termasuk di dunia maya yang sampai menjelang sore hari sudah 165 ucapan dari para sahabat, rekan dan mitra kerja dan itupun masih terus bertambah.
Sebuah kejutan peringatan yang dilakukan oleh Ananda Syawal Agussentosa bersama isterinya Arfani, yang menyiapkan “Kue Ulang Tahun” yang bertuliskan HUT ke-57 di rumah kediamannya Kompleks PLN Makassar dan merayakan dalam suasana penuh kebahagiaan.
Terima kasih atas semuanya dan terima kasih Ya Allah, atas rahmat yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada-Mu-lah tempat kami kembali. “Innasalati wanusuki, wamayahya, wamamati, walillahi rabbil alamien” yang artinya sesungguhnya sholatku, hidup dan matiku hanya semata-mata untukmu Ya Allah.
Bila kita bercermin kepada para pensiunan yang lebih senior dari Penulis. Maka Penulis harus merasa syukur karena usia pascatugas masih mendapat kesempatan mengajar pada Universitas Islam Negeri (UIN) pada jurusan Kesejahteraan Sosial, ini suatu peluang emas untuk mengabdikan diri dan membagi pengalaman kepada anak-anak bangsa dan kader pekerja sosial yang kelak akan mengembang tugas dan tanggungjawab sebagai pekerja sosial professional.
Kesempatan ini pulalah membuatku terus belajar dan berselancar di internet untuk mendapatkan informasi dan berbagai perkembangan zaman dan pada gilirannya dapat diterapkan pada mahasiswa yang masih minim pengalaman.
Semoga dengan momentum peringatan ke-57 tahun ini akan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menemukan jati diri bahwa dalam kehidupan ini tidak ada yang abadi. Salah satu kunci kebahagian, adalah “Mensyukuri Nikmat” atas segala yang telah kita peroleh dan rajinlah “Membagi nikmat” kepada sesama ciptaan Allah SWT.
Terima kasih kepada isteri dan anak-anak, sahabat-sahabatku, teman dekat dan orang-orang yang telah memberi perhatian, kasih sayang termasuk mereka yang kurang simpatik dan membenciku, karena dalam kehidupan ini, ada tiga komponen persahabatan yaitu, “menyayangi – membenci dan pura-pura menyanyangi”
Walaupun dalam hatinya sangat membenci (munafik) dan itulah kehidupan yang sudah berlangsung secara turun-menurun sejak zaman Nabiullah Muhammad SAW hingga akhir zaman, dengan sebuah kata kunci yaitu tiga golongan manusia dalam bersahabat yaitu orang yang suka, orang yang benci dan orang yang munafik.
Menelusi jalur kehidupan 57 tahun yang silam maka terkenang kembali ketika pada tanggal 5 Januari 1957 di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, lahir seorang bayi lelaki pasangan dari H.Dobolo Daeng Nassa dengan Sittiara Daeng Lebang.
Kemudian berturut-turut lahir adik kandung Nurtia Daeng Sanga (Almarhumah), Alimudin dan Abd. Salam (keduanya meninggal di usia masih terbilang bayi), Almarhum menyusul Ibunda tercinta dan keduanya dimakamkan disisi Ibunda di Pekuburan Islam Dadi Makassar>
Lebih lanjut, Penulis dibesarkan oleh Nenek dari Ibu bernama Daeng Baji dan seorang nenek lainnya yang tidak kawin hingga akhir hayatnya bernama Daeng Sibo. Waktu terus berjalan, hingga menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Labuang Baji Makassar.
Sementara kedua orang tua berpindah tempat dari Jalan Kelinci (Veteran Selatan) ke Jalan Andi Tonro sekitar tahun 1963 serta membeli satu kawasan yang kondisinya pada waktu masih terbilang rawa-rawa. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dan hidup bersama Nenek dari pihak Bapak.
Namanya Daeng Rabai, hingga akhirnya menyelesaikan pendidikan tahun 1972 dan kembali ke Makassar melanjutkan pendidikan di Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) Negeri selama 4 tahun, sekolahnya beralamat di jalan Amanagappa Makassar.
Setelah menyelesaikan pendidikan tahun 1976 kemudian lanjut ke Akademi Pendidikan Pekerjaan Sosial (APPS), karena itu perguruan swasta, maka tahun 1977/1978 dibuka kelas matrikulasi di Universitas Hasanuddin dan berhasil lolos setelah ujian lisan dan tertulis.
Kuliahpun mulai berlangsung hingga akhirnya pada tanggal 2 Februari 1979 tiba Surat Keputusan (SK) dari Departemen Sosial yang menetapkan, bahwa Penulis ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda.
Karena bimbang antara kuliah atau kerja, akhirnya diputuskan “kerja dulu” kuliah menyusul, maka kami meninggalkan Kampus Unhas Baraya dan menuju ke Kalimantan Timur. Ada syarat lain sebelum merantau, harus kawin dulu tutur ayahanda.
Penulis mengikuti amanah ayahanda, dan kawin lalu merantau ke Samarinda. Pada waktu itu sarana yang tersedia amat terbatas, untuk pesawat terbang biaya besar, sehingga kami menempuh kapal kayu dari Pelabuhan Parepare ke Samarinda.
Ditengah laut kami hanya berdoa, Ya Allah, kami tinggalkan Makassar demi hari esok yang lebih baik, gelombang laut yang menerpa dan seluruh pandangan hanyalah kaki langit, kami benar-benar sudah pasrah pada suratan takdir, namun ada yang selalu memberi spirit hidup.
“Saya sudah memiliki surat keputusan sebagai pegawai” sementara yang kutemani di atas geladak kapal adalah perantau yang tak berijazah, Dia hanya nekad, karena waktu itu Kalimantan Timur sedang banjir kayu gelondongan yang membutuhkan pekerja kasar.
Tiba di pelabuhan laut Samarinda, kemudian lanjut ke rumah sanak family Bapak Parawangsa Balfas Daeng Lira yang bekerja di RRI Samarinda. Sepekan kemudian kami diantar ke Kanwil Depsos Prov. Kaltim di Jalan basuki Rakhmat Samarinda dan ditempatkan di Seksi Bantuan Sosial.
Waktu terus berjalan, setelah tiba surat keputusan seratus persen, kami di mutasi lagi ke Dinas Sosial Kabupaten Pasir di Tanah Grogot. Kabupaten Pasir waktu itu, dapat dikatakan kota mati, sarana transfortasi masih terbatas, bacaan sangat kurang dan komunikasi hanya lewat surat Pos dan telegram, itupun waktunya sepuluh hari baru sampai ke alamat.
Selama lima tahun di Tanah Grogot, dua anak lahir disana, masing-masing Lisnawaty syakhruddin dan Syawal Agussentosa, hingga akhirnya pada tanggal 25 Februari 1985 kami berhasil pindah ke Kanwil Depsos Provinsi Sulawesi Selatan dan ditempatkan di Kandep Sosial Kabupaten Takalar yang dipimpin Drs.HM. Sewang Thamal.
Di Takalar kami terus berjuang, selain tinggal di Kota Makassar dan bekerja di Kabupaten Takalar, sore harinya kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu kesejahteraan Sosial (STIKS) Jalan Bungaya Makassar yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Drs.H.Syamsul Bahri (Mantan Direktur Karang Taruna Departemen Sosial RI).
Melihat potensi yang Penulis miliki, pihak Kanwil Depsos Prov. Sulsel menarik dari daerah dan menempatkan di Bagian Hubungan Masyarakat (Humas Dinsos Prov. Sulsel dan menempatkan pada jabatan sebagai Sekretaris Korpri.
Dari sini kami banyak menemukan sahabat dari pegawai yang baru pindah dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Seiring dengan perjalanan waktu, era kepemimpinan berubah dari Presiden Soeharto ke Presiden Gusdur, maka Depsospun ditiadakan dalam kabinet pembangunan, akhirnya dibentuk Badan Kesejahteraan Sosial Nasional sebagai pengganti sementara.
Sebagai pejuang birokrasi, tidak mau patah arang, tapi melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin untuk program pascasarjana dengan konsentrasi Antropologi Sosial. Setelah berhasil meraih gelar di Pascasarjana tahun 2000.
Departemen Sosial kembali diaktifkan ketika Megawati Soekarno Putri memegang tampuk pemerintahan. Penulis mendapat kesempatan menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Fakir Miskin, kemudian mutasi lagi Ke Karang taruna lalu ke Seksi HIV-Napza hingga dipromosikan menjadi Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial (Banjamsos).
Seiring dengan putaran masa, usiapun mencapai puncaknya pada angka 56 tahun tanggal 5 Januari 2013 dan terhitung 1 Febuari 2013 memasuki masa purnatugas dengan pangkat Pembina Tingkat I (IV/c). Bagai gayung bersambut, Universitas Islam Negeri (UIN) membuka jurusan Kesejahteraan Sosial dan membutuhkan Dosen yang memiliki kualifikasi dengan latar belakang pekerja sosial.
Penulis meneruskan pengabdian di Kampus Peradaban Samata Gowa hingga hari tiba hari Ulang tahun ke-57 atau setahun pascapensiun. Ayo mari berbagi bahagia di hari yang penuh rahmat dan kemenangan.
Semoga kebahagiaan ini menjadi milik Anda juga, karena sesungguhnya setiap hamba pasti memiliki hari ulang tahun, termasuk para pembaca blog ini, dan terima kasih kepada seluruh sahabat dari Sabang sampai Marauke yang telah menuliskan ucapan selamatnya di dunia maya, Salamaki.
Salam Takzim,
website : syakhruddin.com SMS : 081 2424 5938
email 1 : syakhruddin@gmail.com Pin BB : 2A2 FC 722
email 2 : syakhruddin@yahoo.co.id Pin Android : 7BCE 92D9
HP Alternatif : 0878 4217 6989 – HP. 0896 9526 7889