Tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia, diumumkan kabinet pertama yang didalamnya terdapat “Kementerian Sosial” Mr. Iwa Koesoema Soemantri ditunjuk sebagai Menteri Sosial pertama. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyatakan bahwa tugas Kementerian Sosial adalah melaksanakan urusan fakir miskin dan anak-anak terlantar seperti yang diamanatkan dalam Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam susunan pemerintahan selanjutnya yaitu Pemerintahan RI di Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 20 DESEMBER 1948, Sehari setelah Tentara Kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibukota negara yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Sosial, lalu berubah menjadi Hari Kebaktian Sosial dan belakangan ketika Menterinya dijabat oleh Nani Soedarsono, S.H. berubah menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN).
Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial ini telah ditunjukkan bangsa ini, saat Tentara Kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibukota Negara di Yogyakarya, seluruh lapisan masyarakat dan kekuatan bangsa bahu-membahu, tua muda, laki perempuan, baik dari kalangan petani, pedagang, pelajar, pegawai dan seluruh komponen anak bangsa bergabung dan membentuk mata rantai perjuangan.
Petani di desa memberikan dukungan logistik, menampung pengungsi dari kota, menyediakan rumahnya sebagai markas komando gerilya bahkan ikut serta berperang. Kaum Ibu dan gadis belia menyelenggarakan dapur umum lapangan bagi para pejuang maupun pengungsi, mendirikan pos-pos kesehatan, menjadi perawat bahkan ikut sebagai anggota kelasykaran.
Mereka yang tidak ikut berperang membantu menyediakan logistik dan permakanan, apa saja yang mereka miliki dipersembahkan secara tulus ikhlas, seperti menyediakan kendi dan nasi bungkus, jagung dan umbi-umbian yang mereka miliki, para pelajar ikut bertempur, mulai sebagai kurir, petunjuk jalan bahkan menjadi mata-mata bagi pejuang, prinsipnya berjuang terus mempertahankan republik tercinta.
Peringatan Hari Kesetiakawan Sosial Nasional (HKSN) yang dilaksanakan setiap tanggal 20 Desember merupakan upaya untuk mengenang kembali, menghayati dan meneladani semangat persatuan, kesatuan dan kegotongroyongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia yang secara bahu-membahu mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia.
Dewasa ini bangsa Indonesia tidak lagi menghadapi fisik perjuangan berupa perang dan pertempuran, akan tetapi dihadapkan berbagai masalah sosial, kemisikinan, keterlantaran, korupsi dan melemahnya semangat kegotongroyongan. Oleh sebab itu, modal dasar kesetiakawanan sosial berupa jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial harus diarahkan dan ditumbuhkembangan terutama di kalangan generasi muda untuk secara bersama mengatasi problema bangsa yang kini tengah dilanda arus globalisasi yang merasuk hingga pelosok pedesaan.
Kesetiakawanan Sosial adalah nilai, sikap dan perilaku masyarakat yang dilandasi pengertian, kesadaran, tanggungjawab, kesetaraan, partispasi sosial untuk mengatasi dan menanggulangi berbagai masalah sosail sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan semangat kebersamaan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih.
SULSEL tuan rumah Peringatan HKSN Tahun 2013 : Pada tahun ini, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan terpilih menjadi tuan rumah puncak acara Kesetiakawan Sosial Nasional (KSN) yang akan diperingati pada Hari Sabtu, 21 Desember 2013 di Lapangan Karebosi Makassar. Koordinator lapangan pada acara puncak tahun ini ditunjuk Bapak Drs.ANDI HANINDITO,M.Si (Direktur Kepahlawanan Ditjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI) sekaligus Panglima TAGANA Indonesia yang akan merekonstruksi seluruh rangkaian acara puncak pelaksanaan KSN Tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kesetiakawanan sosial dalam perjalanan bangsa hakekatnya telah terinternalisasi secara kultural jauh sebelum Indonesia menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat. Kesetiakawanan sosial dipandang sebagai patron pola pikir, sikap, perilaku dan tindakan sosial pada setiap bangsa sebagai bagian dari tatanan kehidupan bersama.
Oleh karenanya, kesetiakawanan sosial mengandung jiwa dan semangat spiritualitas perekat persatuan dan kesatuan dari seluruh etnik yang dilandasi oleh komitmen bersama, kesamaan kesempatan tanpa diskriminasi, saling menghargai dan menghormati, berkorban tanpa pamrih, saling peduli dan berbagi menuju terwujudnya kesejahteraan bersama.
Oleh karena itu kesetiakawanan sosial merupakan modal sosialyang sangat strategis bagi kehidupan bersama bagi seluruh bangsa Indonesia baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Sejarah membuktikan bahwa kesetiakawanan sosial telah teruji dengan serangkaian perjalanan sejarah cukup panjang dalam kehidupan berbangsa sejak masa pra kolinial, masa kolonial yang puncaknya adalah kemerdekaan Indonesia serta masa pasca kemerdekaan.
Kesetiakawanan sosial telah terbukti menjadi modal sosial yang ampuh dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman bangsa. Indonesia sebagai bangsa telah berhadapan dengan berbagai ancaman dan tantangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar yang sertamerta mengganggu kehidupan bersama. Bahkan selama beberapa dekade mendatang ancaman dan tantangan tersebut diperkirakan makin kuat, jika modal sosial bangsa tidak kokoh sebagai penyangga.
Kesetiakawanan sosial pada masa lalu adalah pada saat bangsa Indonesia secara bersama-sama, saling bahu membahu berkorban tanpa pamrihdengan semangat gotongroyong tanpa membedakan suku, agama, golongan dan keturunan antara Tentara Rakyat dan warga masyarakat merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh warga masyarakat terlibat sepenuhnya dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sesuai dengan kemampuan dan peran yang dimilikinya.
Semangat inilah yang kemudian menghasilkan Negara Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai hasil perjuangan seluruh bangsa Indonesia. Sudah barang tentu, tantangan pada saat ini dan mendatang akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan masa lalu. Pada saat ini, Indonesia tengah menghadapi serentetan ancaman dan tantangan. Diperkirakan kedua ancaman dan tantangan dimaksud makin menganggu kehidupan bersama.
Tantangan dan ancaman tersebut antara lain menguatnya ideologi liberal, komunis, kapitalis dan berbagai kelompok aliran yang secara potensial dapat mengancam terhadap empat pilar kebangsaan ( Pancasila, UUD RI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika), merebaknya berbagai masalah kesejahteraan sosial dengan spektrum yang makin luas, hegemoni negara lain atas sumber-sumber dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia.
Konflik sosial yang berkepanjangan di sejumlah wilayah, meningkatnya budaya konsumerisme, hidonisme dan individualisme yang secara bertahap akan menggerus pola kesetiakawanan sosial dari kehidupan bersama tanpa pamrih kearah kehidupan bersama berdasarkan kepentingan kelompok/golongan dan dari kesadaran komunal menjadi kesadaran kolektif dan individualistik.
Merespon terhadap kondisi yang demikian, maka sudah saatnya kesetiakawanan sosial menjadi modal sosial yang perlu secara terus menerus ditumbuhkan, dikembangkan dan diinternalisasikan kembali dalam tatanan kehidupan bersama dengan tetap memperhatikan keberagaman dan kearifan lokal. Kesetiakawanan sosial haruslah diperankan sebagai penyangga dan sekaligus menjadi nilai dasar dalam kehidupan setiap warga negara.
Manifestasi dari langkah ini adalah setiap daerah wajib menempatkan kesetiakawanan sosial sebagai nilai dasar saling peduli dan saling berbagi yang penerapannya disesuaikan dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap komunitas. Adapun sejarah lahirnya Hari Sosial yang pada akhirnya berubah menjadi Hari Kebhaktian Sosial, dan berganti lagi menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah sebagai berikut :
HARI SOSIAL ke I atau pertama kali diperingati pada tanggal 20 Desember 1958 dicetuskan oleh Menteri Sosial Bapak H. Moeljadi Djojomartono. Pada Peringatan yang ke XIX tanggal 20 Desember 1976, oleh Menteri Sosial Bapak HMS.Mintardja, SH. Nama HARI SOSIAL diubah menjadi HARI KEBAKTIAN SOSIAL. Dan pada Peringatan yang XXVI tanggal 20 Desember 1983, oleh Menteri Sosial Ibu Nani Soedarsono, SH. nama HARI KEBAKTIAN SOSIAL diubah lagi menjadi HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL.
Jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih yang tumbuh di dalam masyarakat tersebut harus dikembangkan, direvitalisasi, didayagunakan dalam kehidupan berbangsa. Pada saat ini bangsa Indonesia masih berhadapan dengan berbagai masalah kesejahteraan sosial yang meliputi kemiskinan, keterlantaran, ketunaan, keterpencilan dan kebencanaan yang jumlahnya tidak kecil.
Sementara pemerintah memiliki kemampuan terbatas, sehingga diperlukan peran serta masyarakat. Kesetiakawanan sosial masa kini adalah instrumen menuju kesejahteraan masyarakat melalui gerakan peduli dan berbagi oleh, dari dan untuk masyarakat baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan berdasarkan nilai kemanusiaan, kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan yang dilakukan secara terencana, terarah dan dan berkelanjutan menuju terwujudnya Indonesia Sejahtera (INDOTERA).
Peringatan HKSN diharapkan dapat menjadi “alat pengungkit” untuk menggerakkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang ada dimasyarakat, yang dilaksanakanditingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota dengan berdasarkan pada tiga prinsip, yaitu : Prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat,yang berarti bahwa kegiatan Peringatan HKSN memerlukan peran aktif seluruh unsur masyarakat, antara lain TNI dan Polri, organisasi sosial/lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, pemuka masyarakat dan agama, relawan sosial dan masyarakat secara umum yang didayagunakan untuk kepentingan masyarakat.
Prinsip Tri Daya, yaitu bahwa penyelenggaraan HKSN diharapkan dapat memberdayakan manusia, usaha, dan lingkungan sosial sebagai satu kesatuan. Prinsip berkelanjutan, bahwa kegitan-kegiatan dalam rangka Kesetiakawanan Sosial Nasional hendaknya dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun (No Day Without Solidarity) dengan berdasarkan pada kedua prinsip tersebut di atas. Berbagai kergiatan yang dilaksananakan untuk mensukseskan pelaksanaan kegiatan Puncak HKSN di Makassar selama tahun 2013 antara lain Safari Bhakti Kesetiakawanan Sosial (SBKS).
Kegiatan Safari Bhakti Kesetiakawanan Sosial (SBKS) ini difokuskan pada penjangkauan (outreach) penyelenggaraan kesejahteraan sosial ke daerah perbatasan, pulau-pulau terluar, tertinggal dan terpencil dengan rute : Jakarta – Waingapu – P. Solor – P. Wetar – Ambon – P. Haruku – Fakfak – Makasar – Jakarta yang akan dilaksanakan selama 24 Hari mulai tanggal 4 s.d 28 Juni 2013 dengan menggunakan KRI Banjarmasin.
SBKS ini diikuti oleh 200 orang mewakili Kementerian/Lembaga, Organisasi Sosial, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Pemuda Lintas Agama, Dunia Usaha, Karang Taruna, Tagana, Pekerja Sosial Masyarakat, Mahasiswa, Pramuka dan relawan lainnya.Kegiatan yang dilaksanakan dalam SBKS adalah sebagai berikut :
Bedah Kampung ( Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan penanganan masalah sosial ), Pembentukan Kampung Siaga Bencana, Pembentukan Forum Keserasian Sosial di daerah tertinggal, Pemberian Paket Sembako, Pemberian Paket Sarana Pendidikan, Pemberian Paket Peralatan Rumah Tangga, Pemberian Paket Pakaian, Pemberian Santuan bagi Lanjut Usia, Orang Dengan Kecacatan dan Anak, Pelayanan Kesehatan,Penyuluhan Sosial, Santiaji, Nation Character Building (NCB),.
Pendataan dan Penelitian tentang PMKS dan PSKS di Pulau-pulau terluar, tertinggal dan terpencil. Deklarasi Gerakan Nasional Indonesia Setia Kawan (GNSK). Deklarasi GNSK akan dilaksanakan di 11 (sebelas) kota besar, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Denpasar, Kupang dan Papua. Kegiatan tersebut akan melibatkan berbagai unsur serta lintas agama, dan akan diakhiri dengan doa bersama untuk NKRI.
Seminar Nasional Kesetiakawanan Sosial Nasional. Seminar Nasional Kesetiakawanan Sosial Nasional untuk tahun 2013 akandilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan peserta terdiri dari Mahasiswa, Ormas dan organisasi sosial serta tokoh masyarakat. Penggalangan Dana dan Kepedulian Dunia Usaha. Penanggulangan permasalahan sosial yang sedang dialami oleh sebagian masyarakat yang kurang beruntung memerlukan dana dan usaha yang cukup besar.
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diperlukan upaya untuk menumbuhkan rasa kepedulian dan kebersamaan masyarakat luas khususnya dari masyarakat mampu melalui kegiatan penggalangan dana dan penggalangan kepedulian dunia usaha, dalam bentuk pengumpulkan dana dan atau tenaga/sistem sumber lainnya.
Upaya ini dimaksudkan sebagai salah satu komitmen masyarakat untuk menerapkan semangat kesetiakawanan sosial dengan karya-karya kemanusiaan. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan Desember sebagai “ Gerakan Bulan Dana Kesetiakawanan Sosial” dengan inisiasi masyarakat dan atau dunia usaha.Kegiatan Karya Bhakti Sosial.
Kegiatan bhakti sosial ini dilaksanakan selama “sebulan penuh”pada bulan November – Desember 2013 dengan nama kegiatan : BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL (BBKS). Kegiatan BBKS lebih difokuskan untuk mereplikasi semangat kebersamaan untuk Peduli dan Berbagi pada semua lapisan masyarakat tanpa kecuali, yang selanjutnya dapat dijabarkan dalam bentuk kegiatan :
Donor Darah.,Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata dan Taman Makam Pahlawan di wilayah setempat, Pengobatan Gratis, Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat, Rehabilitasi Sosial Kawasan Kumuh,Pagelaran Seni Budaya Rakyat sebagai media integrasi dan penyuluhan sosial. Kegiatan Publikasi,Dokumentasi dan Pameran Pembangunan Kesetiakawanan Sosial.
Publikasi dan Dokumentasi, Kegiatan publikasi dan dokumentasi adalah proses penyebarluasan informasi dan dokumentasi melalui multi media yang dilakukan secara berkelanjutan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial tersebut di atas.
Tujuannya adalah meningkatkan dukungan masyarakat dalam penerapan kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bersama. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal Januari 2013-31 Desember 2013. Kegiatan Publikasi meliputi : Penyebaran leaflet dan stiker,Pemasangan spanduk dan umbul-umbul, Pemasangan baliho, Pemasangan balon udara, Talk show di TV dan Radio, Peliputan media cetak dan elektronik, Konferensi press.
Pameran Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Pameran Pembangunan Kesejahteraan sosial adalah proses unjuk karya dalam bentuk penyajian, promosi dan penyampaian informasi atas hasil pembangunan kesejahteraan sosial di Pusat dan Daerah. Tujuan kegiatan ini adalah mempromosikan hasil-hasil pembangunan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan pada setiap daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan November 2013 dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah, organisasi non pemerintah dan dunia usaha. Pameran Pembangunan Kesejahteraan Sosial merupakan sarana untuk menyampaikan informasi tentang berbagai permasalahan sosial dan upaya penanggulangan yang telah dilaksanakan baik oleh instansi pemerintah, organisasi non pemerintah dan dunia usaha.
Sasaran atau pengunjung pameran diharapkan dari kalangan masyarakat luas yang mampu dan mempunyai potensi untuk membantu memecahkan masalah sosial : Pengukuhan secara simbolis Satgas Kesetiakawanan Sosial. Pengukuhan Satgas Kesetiakawanan Sosial akan dilaksanakan secara simbolis oleh Menteri Sosial RI pada acara puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Makassar.
Diharapkan di setiap desa / kelurahan dapat dibentuk Satgas Kesetiakawanan Sosial yang terdiri masing-masing 10 orang melalui surat edaran Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati / Walikota di seluruh Indonesia. Selanjutnya Satgas Kesetiakawanan Sosial yang dibentuk akan menjadi jejaring kerja di bawah koordinasi Tenaga Kesejahteraan Kecamatan (TKSK) di seluruh Indonesia, kesemua Langka ini adalah untuk memperkuat jejaring sosial dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, sehingga apa yang menjadi tema peringatan HKSN amatlah relevan, yaitu “Kesetiakawanan Sosial untuk Indonesia Sejahtera“
email : syakhruddin@gmail.com