Kalau seorang hamba yang berdoa kepada Sang Khaliq itu sudah hal yang lumrah, tapi kali ini agak luar biasa, karena yang berdoa adalah SAPI. Informasi ini di peroleh dari hasil perenungan setelah lampu padam menjelang Idul Adha 1434 H, tepatnya pada di Hari Minggu 14 Oktober 2013 Pukul 20.30 s/d 22.30 wita mengakibatkan Kota Makassar gelap gulita.
Syahdan pada saat itu, Sapi-sapi kurban sedang melakukan ritual dan permintaan terakhir kepada “Dewata Yang Agung” dengan doa imajiner sebagai berikut, ” Ya Rabb, besok suka atau tidak, ikhlas atau terpaksa kami warga Sapi, akan menemui ajal ditangan para penjagal yang saat ini sudah menajamkan pisaunya untuk menggerek leherku besok pagi.
Doa Sapi terdengar di Arasy, karena itu duhai “Dewata Yang Agung”, terimalah permintaanku yang terakhir. Apa itu Sapi ??? Jawab Dewata. Berilah kesempatan kepada Keluarga Besar Sapi, untuk bisa tenang, tafakkur dalam keheningan malam, agar bisa menangis sejadi-jadinya. Supaya warga tak melihat air mataku, Maka gelapkan Kota Makassar dan sekitarnya.
Sejurus kemudian, lampu listrik pun padam dan Petugas PLN panik menerima pengaduan, sumpah sarapah warga ditujukan kepada PLN, semua persiapan yang akan dipergunakan besok pagi pada acara Idul Qurban menjadi terhenti dan pasrah, Kota Makassar dan sekitarnya gelap gulita.
Warga kota yang sedang masak buras, yang sedang setrika pakaian bahkan yang sibuk di dapur, harus menerima kenyataan, aliran listrik PLN putus total. Dalam kondisi seperti itu, aksi nyamuk juga menggigit di kegelapan malam, mungkin saja sang nyamuk itu berkata, “Ini saat yang tepat untuk melakukan pembalasan, karena baygon tidak ditemukan dimana letaknya.
Intinya “Listrik Padam, Warga Merana“ dan begitulah situasi yang melanda kota-ku di malam menjelang Idul Adha 1434 H. Setelah listrik menyala, SAPI KURBAN pun sudah kembali menemukan jati dirinya, untuk “PASRAH” menerima ketentuan Sang Khaliq menjadi “Hewan Kurban” sebagai perlambang kesetiaan dan keikhlasan yang hakiki.
Keikhalasan Sapi untuk mempersembahkan nyawanya sebagai pengejawantahan dari “Keikhlasan Nabiullah Ismail” yang rela untuk di sembelih itu sebagai bukti nyata pentingnya ketulusan menjalankan perintah Allah. Hanya saja dewasa ini, ketulusan itu sudah mulai tergerus dengan kepentingan duniawi, sehingga KORUPSI masih merajalela di Persada Bunda Pertiwi.
Sapi-Sapi itupun tersenyum menyaksikan anak Cucu Adam yang begitu panik di saat padam lampu, dan begitu bangga menerima upeti dan memperkaya diri dalam jabatan, seluruh aspek ketatanegaraan juga di rambah, termasuk Mahkamah Konstitusi yang begitu sakral, juga diterobos koruptor, sehingga wajar bila dalam implementasi peringatan Idul Qurban 1434 H.
Secara tulus dan ikhlas, kita bersama-sama mengorbankan semua sifat-sifat dan napsu kebinatangan kita, agar bisa kembali suci sebagai insan yang senantiasa memiliki rasa kepekaan untuk saling berbagi kepada sesama hamba di atas mayapada ini, Selamat Idul Adha 1434 H, mohon maaf lahir dan batin, salamaki.
www.syakhruddin.com
email : syakhruddin@gmail.com atau syakhruddin@yahoo.co.id
Makassar (Minggu), 14 Oktober 2013