Motor besar yang memiliki nama tenar di seantero jagat raya, Harley Davidson alias HD, begitu memikat hati para penikmat moge (motor gede).
Bagi yang bukan pemakai langsung, cukup memiliki dalam bentuk releif. Demikianlah paket releif “Herley Davidson” yang dikirimkan oleh mantan Mahasiswa yang telah lulus ujian akhir.
Selanjutnya akan kembali ke kampung halamannya di Provinsi Sulawesi Barat, dengan membawa predikat sebagai sarjana sosial, jebolan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Jurusan Kesejahteraan Sosial.
Berbicara motor besar, tiba-tiba saja, bayangan kita tertuju pada motor Kawasaki hijau yang digunakan Ustadz Jeffrey Al-Bochari alias Uje. Dengan kendaraan motor besarnya itu, hingga maut datang menjemput pada dinihari Jumat 26 April 2013.
Kepergiannya yang tiba-tiba dengan usia yang masih terbilang muda, tentunya membawa duka yang mendalam di kalangan para penikmat spritual, terutama ibu-ibu dari kelompok pengajian. Demikian halnya kaum muda yang merasa diayomi melalui sentuhan agama.
Pendek kata, Ustaz Uje adalah profil pendakwah yang mampu di terima oleh zamannya, wajar bila kepergiannya ditangasi banyak orang, terlebih lagi, beliau wafat di hari Jumat.
Jamaah yang membludak di Masjid Istiqlal Jakarta menjadi saksi yang menatap keranda Uje dari kejauhan, demikian halnya dengan para pemirsa televisi se-Indonesia.
Moge atau motor besar ini, kini semakin tren dengan berbagai merek, baik Honda maupun Suzuki sudah memproduksinya, kini tergantung selera para penggunanya. Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, sering melakukan roadshow ke berbagai daerah menggunakan motor Herley Davidson bersama komunitasnya.
Harganya sebuah motor HD dapat menyantuni satu desa/kelurahan warga miskin, bilamana dananya di konversi untuk pembelian beras miskin.
Terkait dengan masalah kemiskinan ini, kembali menjadi hangat, setelah goncang-ganjing harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang akan naik setelah para anggota DPR yang terhormat, menyetujui dan menyediakan dananya untuk keperluan si “Miskin”.
Kepandaian Presiden SBY yang tak mau buru-buru menaikkan harga, sebelum mendapat restu DPR, seakan memberi pesan yang jelas, bahwa sesungguhnya bukan kemauan Pemerintah saja yang ingin menaikkan harga, tapi DPR sebagai wakil rakyat juga telah memberikan persetujuan.
Akan tetapi sebelum diputuskan dan diundangkan serta ditulis dalam lembaran negara. Sudah banyak yang bersiap-siap untuk melakukan unjuk rasa dan penolakan.
Satu diantaranya pada momentum Hari Buruh Nasional 1 Mei 2013, dapat menjadi sumbu dan pemicu yang mudah tersulut, sekaligus dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang ingin mengail di air keruh.
Beda halnya dengan Mahasiswa Makassar, yang sejak akhir penanggalan Bulan April 2013, sudah menahan mobil kontainer di Jalan Hertasning Makassar dan menggiringnya ke Jalan A.P.Pettarani di samping Kantor DPRD Kota Makassar.
Sebuah spanduk besar yang bertuliskan, “Jangan naikkan harga” karena banyak menyengsarakan rakyat. Di Kalangan politisi tercium aroma politik yang ingin mendulang suara melalui pemberian dana kompensasi BBM dalam bentuk beras raskin.
Bea siswa Mahasiswa miskin, Program Keluarga Harapan (PKH) dan tentunya tak lepas dari pesan politik, bahwa semua ini dapat terlaksana dengan baik karena di pimpin oleh seorang Presiden dari Partai Demokrat.
Sungguh sangat ironis memang, kondisi kekinian dimana harga BBM yang akan dipatok dengan pola, dua harga dari produksi yang sama, tentunya akan mengalami kekacauan dalam inplementasinya.
Berbagai persiapan untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dengan menurunkan aparat Polri dan TNI, maka sebaiknya segera berganti kendaraan dari mobil ke motor, kalau saja belum bisa beli motor besar (Moge) seperti Herley Davidson dan sejenisnya.
Maka untuk sementara waktu, cukup dengan “reflika HD”dari bahan kayu jati yang sudah di pernis warna coklat, sebagaimana persembahan dari Mahasiswaku, sebagai kenangan atas keberhasilannya meraih gelar sarjana.