Suasana pensiun kini mulai akrab dilakoni, kalau selama ini, setiap hari senin, seusai sholat subuh, langsung mempersiapkan pakaian Hansip, semir semir dan panasi mobil serta memeriksa perlengkapan kantor.
Kali ini, sekalipun bangunnya lebih awal dan menuju Masjid Al-Abrar, sekembalinya dari sana, tidak lagi mempersiapkan busana kebesaran, tapi memulai kehidupan dengan pola baru, menikmamti secangkir kopi dan membaca koran Harian Fajar Makassar.
Suasana lebih santai, adem dan penuh kehangatan menjemput pagi, merupakan rakhmat dari Sang Khalik yang wajib kita syukuri serta mempersiapkan perjalanan panjang berikutnya.
Dulu kami harus berpacu waktu mengejar kebendaan dan keduniawian, kali ini etafe menuju keridhaan, bukan lagi harus mengejar jumlah dan besarnya perolehan, akan tetapi bagaimana nilai “keberkahan” itu menjadi inti dari sebuah perolehan.
Ungkapan syukur dan terima kasih, karena masih menikmati kesehatan dan keselamatan serta kesejahteraan yang sulit dinilai dengan “uang”
Intinya, marilah kita mensyukuri nikmat dan senantiasa rukuk dan sujud kepada-Nya. Betapa sorga-sorga itu telah menyelimuti segenap jalinan kehidupan, persahabatan yang banyak dan kemerdekaan berinprovisasi adalah sebuah bukti kesyukuran sebagai hamba.
Kepada saudaraku yang kini masih aktif ber-PNS, kejarlah karier dan duniamu, akan tetapi jangan pernah melupakan akan labuhan akhir berupa, Pensiun.
Raih kemenangan, sandarkan hidupmu pada sang khalik, jangan berniat membeli jabatan, karena sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, jadilah yang terbaik sehingga diakhir karier, anda akan tersenyum bahagia di tengah keluarga.
Di saat kami tengah asyik membaca koran, tiba-tiba HP berdering, “Pak,kita ketemu setelah apel ya, ??? ujar penelpon dari seberang, sejurus kemudian, saya menjawab dengan tenang, Maaf, kami sudah tidak apel pagi, salamaki.