SYAKHRUDDIN.COM – Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, GALAU atau BERGALAU diartikan sibuk beramai-ramai, sangat ramai disana-sini, terdengar bisik-desus contohnya ; Galau fikiran dan pendapatnya.
Kondisi Galau seperti ini, melanda para calon pengelola kegiatan di Institusi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan yang menangani 22 PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
Ini berawal dengan terbitnya surat keputusan sang pimpinan yang belum bern0mor, kondisi seperti sekarang, menunjukkan kemungkinan untuk berubah.
Sekaligus test case bagi para calon pengelola, dan para kepala bidang yang ada di lingkungan tersebut.
Apalagi ada KABID menolak mentah-mentah surat tugas yang sudah ditandatangani KADIS, ini sebuah pembangkangan secara nyata karena tidak “dimusyawarahkan” atau dimintai pendapat untuk kepentingan bersama.
Semua bisa menjadi preseden buruk, untuk pengembangan konsep penanganan sosial berbasis masyarakat, karena sudah ada benturan kepentingan pada tingkat pengambil keputusan.
Dalam penempatan personil, ada promosi, ada yang mutasi jabatan dan ada pula alih tugas. Namun saat surat keputusan tiba di tangan masing-masing calon pengelola.
Ada yang menyambut dengan riang, ada juga menerima dengan wajah sedikit tegang, namun sebagian lainnya, menerima dengan tersenyum bahagia.
Terlebih bagi mereka yang didudukkan dalam posisi yang amat manis, namun sudah tiga bulan tidak pernah masuk kerja, tentu ini sebuah kemajuan sekaligus kecelakaan sejarah, sehingga muncul sinisme,
“Ada apa dengan sang pejabat ini” seribu tanya yang masih membelenggu dari staf yang hanya mau menguping tanpa pernah mau menyampaikan secara tertulis kepada atasannya.
Sementara sang atasan juga manusia biasa yang tak lupuk dari kesalahan.
Kondisi inilah yang membuat beberapa kalangan merasa GALAU, ada juga Kepala Seksi (KASI) yang seharusnya memiliki kewenangan untuk mengatur dan menata di seksi yang dipimpinya, tidak di beri kewenangan.
Dengan demikian, dapat diprediksi bahwa akan terjadi, benturan kepentingan dan bisa menjadi batu sandungan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terlebih lagi kalau ada SOPIR yang jadi staf pengelola.
Dimana letak rasionalitas, hal ini kelak bisa menjadi temuan bagi Inspektorat dan Pemeriksa lainnya, bahwa dalam penempatan personil tidak berdasarkan kecakapan melainkan kedekatan.
Suasana yang kurang kondusif, karena adanya penolakan dalam batin staf, belum lagi beban partisipasi yang semakin besar.
Apalagi di tahun 2013, akan dilaksanakan Peringatan HKSN (Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional) yang dipusatkan di Makassar dan Pemilihan Bupati Enrekang pada Bulan September mendatang.
Semuanya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan personil yang memang punya komitmen tinggi dan pengabdian tampa pamrih.
Sementara pencapaian target sasaran untuk tahun 2013 sejauh ini, belum di buat POK dan ROK atau (Petunjuk Operasional Kegiatan) dan Rencana Operasional Kegiatan.
Sehingga dibutuhkan staf yang mampu mengoperasikan perangkat komputer dan bekerja secara tim. Dalam kondisi seperti ini, kehadiran figur pemimpin yang selalu mengayomi sangat dibutuhkan.
Ironisnya, pada saat yang bersamaan, dua pejabat eselon III masing-masing Sekretaris dan Kabid Banjamsos, memasuki masa purnatugas, sehingga tidak dapat lagi berkontribusi pemikiran kecuali kalau diminta oleh sang pemimpin.
Untuk keluar dari kondisi yang kurang menguntungkan, maka Pimpinan diharapkan segera mengambil langkah-langkah strategis, menunjuk pelaksana tugas yang memang kafabel dan bertanggungjawab, bukan hanya untuk kepentingan sesaat dan sekadar mencari keuntungan pribadi.
Ke-GALAU-an dalam kondisi seperti ini, harus segera dicarikan solusinya, pola pendekatan karena masalah primordial kedaerahan dan ABS (Asal Bapak Senang) secara bertahap harus dielemanasi, mengingat di era keterbukaan informasi dewasa ini, semua gampang tersorot dengan kasat mata.
Akhirnya, Penulis ucapkan selamat kepada mereka yang sudah dipercayakan pimpinan untuk meraih jabatan sebagai pengelola, sementara bagi mereka yang belum memperoleh amanah.
Diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dan kesabaran, serta menyelesaikan tugas-tugas yang diamanahkan pimpinan, sehingga semua dapat keluar dari ke-GALAU-an, dengan SEMANGAT PAGI.
2 thoughts on “Galau”
Wah, kalau pribadi melihat ini, Instansinya tidak lagi mampu bermain cantik dalam ranah urusan ekopol. sebuah gerakan kolektif yang kelihatan tidak seimbag
Itulah kehidupan adinda, tidak ada manusia yang tak pernah salah, saatnya kita koreksi bila ada yang di luar jalur, agar perjalanan ke depan bisa lestari
Wah, kalau pribadi melihat ini, Instansinya tidak lagi mampu bermain cantik dalam ranah urusan ekopol. sebuah gerakan kolektif yang kelihatan tidak seimbag
Itulah kehidupan adinda, tidak ada manusia yang tak pernah salah, saatnya kita koreksi bila ada yang di luar jalur, agar perjalanan ke depan bisa lestari