Madjid Daeng Sikki , warga Jalan Andi Tonro Makassar, nekad menikam Syaiful (23) warga Perumahan Kompleks Puri Taman Sari Blok C2 Jalan Sultan Alauddin Makassar.
Peristiwa yang menggemparkan ini, terjadi Rabu 7 November 2012, berawal saat Abd. Madjid dan isterinyamendatangi rumah Syaiful untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya.
Setelah menghamili putri Madjid Daeng Sikki, dan saat ini telah berbadan dua, dengan usia kehamilan memasuki bulan ke tujuh.
Maksud hati mencari penyelesaian, malah mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh, jangankan mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, justeru kata-kata kasar yang diterima.
Syaiful dan keluarganya, menyebutkan kalau anaknya Abd. Madjid itu adalah pelacur. Tidak menerima perlakuan kasar dari sang calon menantu.
Abd. Madjid langsung mengeluarkan pisau daging yang sering dibawanya dan menikam bagian dada Syaiful dan perut.
Korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Islam Faisal Makassar, namun nyawanya tidak tertolong, ia menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pelaku lalu diamankan oleh pihak Kepolisian Sektor Rappocini.
Sementara Abd. Madjid Daeng Sikki tetap pada pendiriannya, bahwa ini masalah “SIRI”sehingga taruhannya adalah nyawa.
Saya datang baik-baik untuk bicara dari kehati-kehati dan menyelesaikan secara baik-baik, tapi malah mendapatkan perlakuan yang tidak manusia, sebagai orang Makassar harga diri sudah terkoyak maka badik harus berbicara.
Berbeda halnya dengan kondisi yang dialami sahabat saya yang bernama Herman, dengan teror yang di terima melalui putrinya.
Kalau ayahnya itu adalah seorang yang playboy,namun pengirim sms itu dianggap tidak bertanggungjawab, disebabkan karena faktor kecemburuan dan keterbatasan pemahaman yang berujung pada ketidaksenangan akan karya yang sudah diukir.
Kondisi semacam ini juga tak perlu diselesaikan di ujung badik, karena peristiwa semacam ini, sudah lazim di kota ini, baik teror dan segala bentuk penistaan merupakan sebuah wujud dari ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan persaingan yang semakin sengit.
Kalau kita menyimak berbagai perbincangan, termasuk apa yang diucapkan Bapak Gubernur Sulawesi Selatan di Radio Celebes Makassar, dijelaskan bahwa, dalam menghadapi permasalahan, pakai ki otakmu, jangan bertindak tanpa nalar dan perhitungan.
Demikian halnya dengan pesan para pelaut ulung, bila engkau mengarungi samudera luas dan mendapatkan gelombang tinggi, jangan pernah berfikir pulang, akan tetapi menepilah dan cari solusi terbaik untuk sampai ke pulau idaman.
Semoga goresan pena ini menjadi tamsil bagi karakter Orang Makassar yang berpendirian keras, namun dibalik semua itu, sesungguhnya ada kelembutan yang memerlukan sentuhan halus dari pertautan budaya dan jalinan silaturahmi antar etnis,,
Pada gilirannya, tercipta nuansa kesepahaman, agar bisa hidup sejahtera, hingga pada saat yang sudah ditentukan, usiapun berakhir dengan kalimat La ilaha illah, Muhammaddarrusullah.-