Suasana Syawalan masih terus menggelora di kalangan Umat Islam, lebaran membuatnya saling bersilaturahmi kepada kerabat, keluarga dan sanak family, pokoknya momentum Idul Fitri benar-benar telah memberi kesan kemenangan, setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1433 H. Sekarang sejauhmana hasil pelatihan Ramadan dapat kita lestarikan untuk sebelas bulan ke depan, di bulan Ramadan kita di tuntut untuk sholat tepat waktu, di siang hari berpuasa, barang halal yang menjadi milik pribadi, termasuk isteri-isteri yang syah, kita diharamkan untuk menggaulinya, semua ini merupakan ajang latihan yang diharapkan dapat membekas di hati sanubari, dan selama sebulan penuh perperang dengan hawa nafsu dan Alhamdulillah kita keluar menjadi pemenang dengan predikat hamba yang bertaqwa.
Setelah kepergian Ramadan 1433 H, apakah bekas-bekas Ramadan masihbersemayam dalam benak kita, disinilah letak tantangannya.Untuk langkah awal, maka di Bulan Syawal ini, disunatkan untuk berpuasa lagi selama enam hari, dapat berturut–turut atau berselang-seling, sepanjang masih dalam bulan Syawal.
Nilai pahala enam hari itu bagaikan berpuasa selama setahun penuh. Namun sesungguhnya format kehidupan yang diinginkan, agar umat yang telah mendapat rakhmat itu, terus memiliki semangat dan nuansa ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Perjalanan sebelas bulan ke depan, merupakan tantangan dalam hidup, Ramadan boleh berlalu namun hal-hal yang baik harus kita selalu tanamkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk diantaranya bagaimana memperbanyak tulisan di blog, karena sesungguhnya menulis itu adalah memperpanjang usia, tutur sang Ustas DR.H.Barsihan Noer saat ceramah di Masjid Al-Muawanah Sosial.
Apa saja Keutamaan Puasa di Bulan Syawal ?
- Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
- Puasa Syawal dan Sya’ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabiullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.
- Membiasakan puasa setelah Ramadan menandakan diterimanya puasa Ramadan, karena apabila Allah Ta’ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: “Pahala’ amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya.”