Disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung dihari tua, sampai akhir menutup mata, potongan bait lagu Indonesia Pusaka, membuat bulu kuduk berdiri apalagi dengan aransemen yang tertata apik.
Akhirnya Pemerintah R.I. dibawah kepemimpinan Presiden R.I. ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Insya Allah Jumat 17 Agustus 2012, bersama Rakyat Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-67.
Bersamaan dengan pelaksanaan puasa Ramadan ke-28 dan pada hari Minggu 19 Agustus 201, kita merayakan hari kemenangan 1 Syawal 1433 H.
Tapi apakah semua rakyat Indonesia sudah merdeka ???
Secara jujur dapat kita katakan belum, karena penderitaan rakyat yang masih banyak dan berada di bawah garis kemiskinan, keterbelakangan pendidikan serta sanitasi kesehatan masih memprihatinkan.
Beruntung Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dibawah kepemimpinan SYL (Syahrul Yasin Limpo) memiliki program pro rakyat yaitu pendidikan dan kesehatan gratis.
Kembali ke persoalan kemerdekaan, perasaan ini masih terbelenggu dengan terjangan berbagai produksi teknologi luar negeri, perekonomian berada dalam genggaman kapitalis dunia dan Negaraku Indonesia tercinta.
Seakan menjadi sasaran empuk sebagai negara konsumtif, karena masyarakatnya sangat doyan dengan produksi luar negeri yang lebih heboh lagi.
Ppara pemangku kepentingan yang mengurus republik ini, baik itu di Yudikatif, Legislatif maupun Eksekutif terlibat dalam korupsi dan sejumlah pejabatnya harus berurusan dengan KPK dibawah kepemimpinan Abraham Samad.
Terlepas dari semua itu, maka di usia 67 tahun kemerdekaan R.I. perlu segera diadakan pembenahan dan penataan kembali agar apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini dapat terwujud, terutama impian terlaksananya sila ke lima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Namun inti dari goresan pena ini, sesungguhnya masih ada warga negara yang telah 24 tahun memperjuangkan hak dan kemerdekaannya, namun hingga saat ini belum juga merdeka, dia berada diantara bayangan dan ketakutan yang membelenggu seluruh jiwanya.
Sehingga keberadaannya dalam setiap tampilannya sungguh amat kontradiktif dengan kenyataan hidup yang dialami dan sesungguhnya, kamuflase serta kepalsuan dari sandiwara kehidupan.
Kesemua ini menjadi sebuah spirit kehidupan yang kini terus diperjuangkan, diimpikannya hingga satu waktu kelak.
Benar-benar berada dalam kemerdekaan yang hakiki, kasih sayang yang tulus dan perasaan terlindungi dengan pesona kebahagiaan, sampai akhir menutup mata, sebagaimana petikan bait lagu diatas.