Lelaki yang berperawakan gemuk ini, mengaku bernama Waridi (38 thn), lahir di Jawa Timur, merupakan deportan Malaysia yang tiba di Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, Senin 7 Agustus 2012. Sesungguhnya Waridi bersama isteri dan seorang anaknya, sudah mulai hidup tenang di Kota Monakwari sebagai pekerja bangunan. Akan tetapi tergiur dengan gaji tinggi, serta ajakan dari salah seorang Pengerah Tenaga Kerja ke Malaysia untuk bekerja di kebun kelapa sawit di Siri Key Malaysia Timur, janji manis membuatnya nekad dan meninggalkan isteri dan anaknya di Monokwari.
Pengembarannya pun di mulai dari Monokwari menuju Semarang lalu ke Pontianak, akhirnya memasuki Entikong menuju Malasya Timur, tempat dimana Waridi akan memulai hidup baru dengan bekerja sebagai petani kelapa sawit yang bergaji 1.300 ringgit Malaysia. Karena kondisi pekerjaan tidak sesuai dengan apa yang disepakati pada saat direkrut oleh pengerah tenaga kerja di Manokwari, Waridi mengambil jalan pintas dan meninggalkan pekerjaan tanpa paspor. Akhirnya Waridi melaporkan diri ke Polisi Diraja Malasya selanjutnya di bawa ke Kucing, setelah diproses akhirnya Waridi diserahkan ke Konsulat Jenderal R.I. dan disana berjumpa petugas yang bernama Pak Toto dan Pak Hengky
Di Konjen, Waridi dikumpulkan di tempat penampungan bersama 40 orang deportan lainnya, Waridi ditunjuk sebagai koordinator, Waridi menyaksikan bagaimana para deportan mengalami kondisi yang meradang, 40 orang deportan yang senasib dengannya merasakan bagaimana derita yang dialaminya diperantauan. Satu diantara para deportan terpaksa gantung diri di belakang Kantor Konjen Malasya, karena dia hamil dan pacarnya menghilang.
Satu orang teman Waridi meninggal dunia dan diurus oleh Dinas Sosial di Pangkal Pinang. Waridi juga mendapat penugasan dari Konjen untuk mengurus deportan lainnya yang sedang sakit keras, Waridi harus bertindak sebagai koordinator yang bertanggungjawab terhadap para deportan, satu diantara deportan, nekad melarikan diri dan seorang lainnya diadopsi sebagai anak oleh pegawai sosial di Tanjung Pinang.
Kini Waridi yang masih memiliki pinjaman pada “Touke” sebanyak 370 ringgit sampai dia pulang belum bisa membayarnya. Di hadapan petugas di Dinsos Sulsel, Waridi harus melalui perjalanan panjang untuk pemulangannya sejak di tahan di Pontianak selama tiga minggu, kemudian menuju ke Bambu Apu di Jakarta, disana oleh petugas di bawa ke stasiun DAMRI menuju Yogyakarta dan dari sana meneruskan perjalanan ke Surabaya.
Di Surabaya, Waridi yang berbekal tas kumuh menuju Makassar dan melapor pada Dinsos Sulsel di Makassar, selanjutnya pada harinJumat (10/8) mendatang, Waridi akan meneruskan perjalanan menuju Monokwari bersama deportan lainnya dengan tujuan Papua. Saat ini Waridi masih di tampung di Dinsos Sulsel, sambil menunggu, Waridi melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan sholat di Masjid Al-Muawanah Sosial bersama jamaah dari kalangan pegawai.