SYAKHRUDDIN.COM – Senin pagi, 26 Desember 2011 dibawah curah hujan, kami menuju Bandara Sultan Hasanuddin untuk menjemput Saudara Joni Pasomba dan keluarga dari Jakarta yang akan menuju kampung halamannya di Tana Toraja.Dalam mobil renjer kami berlima, tiga diantaranya adalah anggota Tagana yang berprofesi tukang batu dan crewnya, masing-masing Syamsuddin Emba, Abdul haris dan Agus yang akan membantu Pak Joni membenahi rumahnya di Makale Tana Toraja.
Setelah menikmati Coto Makassar di kawasan jalan Muhammad Tahir tepatnya di belakang Mesjid Tua Jongaya, kami menuju bandara lewat jalur tol reformasi. Hujan terus mengguyur Kota Makassar yang mempersiapkan dirinya meraih gelar sebagai Kota Dunia. Tiba di bandara Pukul 11.45 Wita dan dari kejauhan tampak patung Sultan Hasanuddin yang berdiri megah menunjukkan kekokohannya sebagai pendorong semangat Ayam Jantan Dari Timur.
Pukul 12.05 Wita pesawat Garuda nomor penerbangan 612 mendarat dengan mulus di landasan bandara Sultan Hasanuddin, kami menjemput Sdr. Joni Pasomba beserta anaknya, setelah berdiskusi beberapa saat, kami serahkan kunci mobil renjer yang akan digunakan sampai tanggal 3 Januari 2012, terasa memang cukup lama di Tana Toraja, tapi itulah bukti pelayanan kami di kawasan timur.
Selanjutnya kami kembali dengan menggunakan jasa taksi bandara, tidak langsung ke rumah melainkan menuju Mall Panakukang Makassar. Untuk memanjakan diri maka kami masuk ke Pusat Reflexiologi Mega Glodok yang terletak di Lantai I Samping Ramayana dan di pijat oleh Saudara Tessy dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama 90 menit direfleksi sempat tertidur pulas sampai mengeluarkan suara seperti kereta api yang akan menempuh jalur Jakarta – Bandung, tapi kondisi seperti itu juga terjadi dengan orang yang ada disebelah saya, semuanya mengeluarkan suara laksana berpacu dalam melodi.
Usai dipijat, kondisi fit seperti usia 17 tahun, lutut kiri yang biasa ngadat sekarang seperti siap panjat tebing, di dukung semangat baru langsung menelusuri tangga penghubung ke buku Gramedia. Tiga buah buku baru masing-masing berjudul, Tahun Naga 2012 “Naga berjalan dalam hujan“ atau Tahun Dramatis karya Suhu Bingo, berikutnya “Feng Shui untuk Logo” tulisan Mas Dian, MRE dan Jassica Diana Kartika, SSN yang terakhir, ini juga saya anggap penting, judulnya Cinta, Kenangan dan Hal-hal yang tak selesai.
Buku yang merupakan kumpulan sajak cinta yang diterbitkan oleh Kompas Jakarta ini mengambil enjel dari Rabindranath Tagore yang berkisah tentang “Pikiran-pikiran sederhana ini adalah gemerisik dedaunan, mereka berbisik gembira dihatiku“ kemudian menutup tulisan itu, redaksi mengutip sebuah sajak yang berbunyi “Aku selalu belajar dari bayang-bayang bagaimana menjadi sabar, samar dalam debar“ yang mengingatkanku akan seseorang yang selalu menanti goresan penaku dalam deburan sukma yang tak terbantahkan.
Pulang Pakai Bentor
Keluar dari gerbang Mall Diamond Panakukang Makassar hujan turun dengan deras, sementara adzan di masjid sudah terdengar, di dorong oleh perasaan cepat sampai, akhirnya melangkah keluar menerobos derasnya hujan, seorang anak menawarkan jasa untuk memakai payung, tanpa basa-basi langsung menyambar payungnya, sementara dia dan anak-anak sebayanya membawa payung sambil berhujan ria, seperti ketika aku masih kanak-kanak 40 tahun silam, disaat itu belum ada Mol, apalagi toko serba ada tapi yang ada kedai kumuh yang menjual pisang goreng dan Putu cangkiri (Kue tradisional Makassar).
Menanti taksi agak lama akhirnya memilih becak motor (Bentor), transaksi terjadi, mintanya sepuluh ribu ke Jalan Andi Tonro I No. 6 Makassar, langsung naik dan tancap gas. Karena got-got dalam kota tersumbat akhirnya kami memilih jalan memutar, melalui jalur Jalan Mangga di sebelah selatan Mall Panakukang, ternyata juga disana tergenang. Bentor yang kami pergunakan berjalan pelan, namun dari arah berlawanan, muncul taksi berwarna putih dan melintas dengan kencang, kaerna berpapasan dengan sendirinya membawa gelombang air yang deras dan melabrak bentor yang kami tumpangi, bentor tertahan sejenak dan akibatnya semua pakaian basah kuyup termasuk (maaf) pakaian dalam.
Ya Allah, masih ada juga orang nekat balap di hujan lebat, saya nikmati saja kondisi tersebut karena itu mungkin sebuah suratan, bersyukurlah bila ada musibah, karena mungkin saja ada rahasia yang ada dibaliknya, itulah kisah nyata yang melahirkan tulisan dari Mol dan Prahara Bentor serta Banjir di Kota Daeng, Makassar yang akan menuju ke Kota Dunia, Wallahu Alam.