Kisruh Di Awal Tahun
Seorang sahabat dekat saya, sebut saja namanya Daeng Ngewa (nama samaran) mengeluh karena issue rumah tangganya yang terancam berantakan. Pasalnya kehadiran pihak ketiga yang secara tak sengaja telah memporakporandakan ketenangan rumah tangganya.
Semula tidak percaya musibah ini akan terjadi, terlebih lagi baru kembali dari Jambore di Kiarapayung-Bandung Jawa Barat, saat itu tepat pada penanggalan 4 s/d 6 Desember 2011, kembali dari lokasi Jambore, sang isteri tanpa ba-bi-bu langsung minta cerai. Alasannya sudah dibuat dan di setting untuk sengaja dihancurkan.
Daeng Ngewa dengan penuh kesabaran menerima kenyataan sambil bertanya pada keluarga pihak isteri, setelah meneliti secara mendalam, akhirnya menemukan sesuatu yang aneh karena hadirnya pihak ketiga, kondisi itupun terkuak karena beberapa fakta yang ditemukan bahwa sesungguhnya yang membuat kisruh semua ini karena pihak pasangan sendiri. Sekarang nasi sudah jadi bubur, namun kami berharap semoga bubur itu menjadi bubur terbaik sehingga bisa kembali rukun seperti sedia kala.
Walaupun disadari sepenuhnya bahwa kekisruhan yang dibuat para petinggi, itu adalah sebuah malapetaka, akan tetapi semua dapat tertutupi dengan hanya dua pilihan, berhentikan di penghujung jabatan atau publikasikan di media massa, bila keduanya juga belum mempan maka petinggi kita di KPK yang berdarah Makassar siap melibas dan menyelesaikan dengan cara yang cepat dan tuntas, Percayalah …!!!
Belum tuntas prahara di kantor tiba di kediaman malah pembantu minta pulang kampung, alamaaaaaak…………… mengizinkan pergi berarti rumah telantar, menahan berarti merampas hak asasi, sementara pilihan harus saya lakukan, akh …….. tidaaaak, saya tidak bisa cengeng, saya harus kuat, saya sudah pernah merantau ke Makassar dan saya memiliki karakter itu, semangat Pongtiku, kebesaran Hasanuddin dan ikrar Tubarani (orang berani) yang tegar diatas tiang Phinisi sembari berbicara pada angin nan lalu.
Dengan kesetiaan penuh memegang pesan leluhur yang mengatakan, bila dalam pelayaranmu engkau menghadapi ombak besar jangan balikkan biduk ke tepian, tapi menepilah ….. dan yakinkan dirimu akan sampai ke pulau idaman, karena pelaut ulung lahir dari deburan ombak, kalau pun engkau telah menepi dan amukan ombak juga belum bersahabat maka jangan pernah berfikir pulang karena ikrar manusia bahari “Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut ke Pantai” dan itulah yang kini menjadi lambang daerah bagi pemerintah di kotaku, Mangkasara Butta Passolongan Cerakku (Makassar tanah tumpah darahku)……. Salamaki…!!!